BAB II
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan
merupakan sebuah sistem. Sebagai sistem, aktivitas pendidikan terbangun dalam beberapa komponen, yaitu pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, alat pendidikan,
dan lingkungan pendidikan. Semua
komponen yang membangun sistem pendidikan, saling berhubungan,
saling tergantung, dan saling menentukan satu sama lain. Setiap komponen memiliki fungsi masing-masing dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Aktivitas pendidikan akan terselenggara dengan baik apabila didukung oleh komponen-komponen
dimaksud. Fungsi pendidikan
sebenarnya adalah menyediakan fasilitas yang dapat
memungkinkan tugas pendidikan
dapat berjalan lancar, baik secara struktural,
maupun secara institusional. Secara struktural menuntut terwujudnya struktur organisasi yang
mengatur jalannya proses kependidikan. Secara
institusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan
yang terjadi dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk lebih menjamin proses pendidikan itu berjalan secara konsisten dan berkesinambungan mengikuti kebutuhan dan
perkembangan manusia yang cenderung
ke arah tingkat kemampuan yang optimal.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian
sistem dan pendidikan?
2. Apa saja
komponen-komponen dalam suatu sistem?
3. Apa saja
macam-macam teori sistem?
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sistem dan pendidikan
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
unsur-unsur atau komponen-komponen yang saling berinteraksi secara fungsioanal
dalam memproses masukan menjadi keluaran. Menurut definisi tradisional, sistem
adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Pendidikan
pada hakikatnya merupakan interaksi komponen-komponen yang esensial dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan. Perpaduan antara keharmonisan dan keseimbangan
serta interaksi unsur esensial pendidikan, pada tahap operasional sangat
menentukan keberhasilan pendidikan.[1]
2.2
komponen-komponen suatu sistem
1. Pendidik
Pendidik adalah
orang yang diserahi tugas atau amanah untuk mendidik. Pendidikan itu sendiri dapat berarti memelihara, membina,
mendidik. Pendidikan itu sendiri dapat berarti memelihara, membina, mendidik.
Pendidikan itu sendiri dapat berarti memelihara, membina, membimbing,
mengarahkan, menumbuhkan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Bab XI pasal 39 tentang Pendidik dan Tenaga
Kependidikan dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi. Dengan
demikian, pendidik adalah orang yang diberi amanah untuk tidak saja
membuat perencanaan, melaksanakan pembelajaran, menilai, membimbing,
tetapi juga melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal
ini berarti bahwa seorang pendidik tidak hanya bertugas untuk
mentranfer ilmu, melainkan harus selalu mengadakan penelitian dalam rangka
menyesuaikan pengetahuannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat.[2]
2.
Anak Didik atau
Peserta Didik
Anak didik atau peserta
didik konotasinya adalah pada orang-orang yang
sedang belajar. Anak didik lebih dititik beratkan kepada anak-anak yang masih dalam tarap perkembangan, baik
fisik maupun psikis, belumdewasa, dan masih membutuhkan bantuan dan pertolongan
dari orang-orang dewasa
di sekitarnya. Istilah peserta didik mengandung makna yang lebih luas, mencakup
anak yang belum dewasa, dan juga orang yang sudah dewasa,
tetapi masih dalam tarap mencari atau menuntut ilmu dan keterampilan. Anak didik atau peserta didik semuanya
menjadi salah satu sub sistem
dalam sistem pendidikan. Keberadaan peserta didik dalam sistem
pendidikan
merupakan hal yang mutlak untuk berlangsungnya aktivitas pendidikan. Tanpa peserta didik, pendidikan tidak mungkin
berjalan, sebab tidak
ada gunanya guru tanpa anak didik.[3]
3.
Tujuan Pendidikan
Tujuan
(tujuan akhir) merupakan dunia cita yang sulit untuk diwujudkan. Ia berada di dunia sana yang hanya ada dalam angan-angan. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan usaha
yang sangat maksimal. Itulah sebabnya
tujuan itu dibuat berjenjang seperti anak tangga. Untuk mencapai anak tangga paling atas, harus melalui
anak tangga-anak tangga di bawahnya.
Sebelum melaksanakan sebuah aktivitas, termasuk
pendidikan, yang pertama-tama
harus ditetapkan adalah
tujuan.
Tujuan
berfungsi untuk:
a. Mengakhiri
usaha
b. Mengarahkan
usaha
c. Merupakan titik
pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain
d. Memberi nilai
pada usaha (berhasil atau gagal).
Jika fungsi tujuan di atas dibawah ke dalam aktivitas
pendidikan, maka fungsi tujuan pendidikan adalah sebagai batas atau ukuran
apakah tujuan itu sudah tercapai atau belum. Tujuan pendidikan
juga mengarahkan aktivitas
pendidikan, sehingga tidak salah arah. Tujuan pendidikan harus ditetapkan secara berjenjang, sehingga
mudah diukur, Dalam aktivitas pendidikan ditetapkan tujuan-tujuan antara yang
diarahkan untuk mencapai tujuan
akhir dari pendidikan.[4]
4.
Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah
segala sesuatu atau apa saja yang dipergunakan
dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan. Pendidikan sebagi usaha,
juga merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Jadi alat pendidikan
dapat alat dari suatu alat, yaitu alat pendidikan. Segala perlengkapan yang dipakai dalam usaha
pendidikan disebut dengan alat pendidikan.
5.
Lingkungan
Pendidikan
Lingkungan merupakan
salah satu faktor pendidikan yang ikut serta menentukan
corak pendidikan yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap peserta didik. Lingkungan dapat berupa lingkungan sosial, lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial berupa
lingkungan yang terdiri atas manusia yang
ada di sekitar anak yang dapat memberi pengaruh terhadap anak, baik sikap, perasaan,
atau bahkan keyakinan agamanya, misalnya lingkungan pergaulan. Lingkungan nonsosial adalah
lingkungan alam sekitar berupa benda
atau situasi, misalnya keadaan ruangan, peralatan belajar, cuaca, dan sebagainya, yang dapat memberikan pengaruh
pada peserta didik.[5]
Dari beberapa pengertian dan komponen-komponen sistem
tersebut di atas, dapat diungkapkan bahwa sistem memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Sistem bertujuan
bersama dan berorientasi pada tujuan.
b. Tujuan sistem dapat
dijabarkan kepada beberapa fungsi.
c. Sistem
memiliki komponen-kornponen yang dapat menjalankan fungsi-
fungsi tersebut.
d. Komponen-komponen
sistem saling berkaitan dan tergantung satu sama
lain.
e. Sistem memiliki aspek
keterpaduan antar komponen.
f. Sistem memiliki
mekanisme umpanbalik
g. Memproses masukan
(input) menj adi keluaran (output).[6]
2.3 Macam-macam teori
a.
Karakteristik Teori Sistem
1) Keseluruhan
adalah hal yang utama dan bagian-bagian adalah hal yang kedua.
2) Integrasi
adalah kondisi salaing hubungan antara bagian-bagian dalam satu sistem.
3) Bagian-bagian
membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat dipisahkan.
4) Bagian-bagian
memainkan peranan mereka dalam kesatuan untuk mencapai tiujuan dari
keseluruhan.
5) Sifat bagian
dan fungsinya dalam keseluruhan dan tinkah lakunya diatur oleh keseluruhan
terhadap hubungan-hubungan bagianya.
6) Keseluruhan
adalah sebuah sistem atau sebuah kompleks atau sebuah konfigurasi dari energi
dan berperilaku seperti suatu unsur tunggal yang tidak kompleks.
7) Segala sesuatu
haruslah dimulai dari keseluruhan sebagai suatu dasar, dan bagian-bagian serta
hubungan-hubungan, baru kemudian terjadi secara berangsur-angsur.
b.
Karakteristik umum sistem
1) Cenderung
kearah entropi
Semua sistem
cenderung menuju kepada suatu keadaan terpecah belah, tidak teratur, lamban,
dan akhirnya mati.
2) Hadir dalam
ruang waktu
Semua sistem
berada dalam ruang waktu, atau berada dalam rangkaian waktu yang tidak dapat di
hentikan.
3) Mempunyai
batas-batas
Semua sistem
mempunyai batas-batas yang tidak menetap, tapi berubah-ubah.
4) Semua sistem
mempunyai sebuah lingkungan atau sesuatu yang berada diluarnya.
Semua sistem
mempunyai lingkungan proksimal ( lingkungan yang disadari oleh sistem), dan
lingkungan distal ( lingkungan yang tidak disadari oleh sistem).
5) Mempunyai
variabel dan parameter
Semua sistem
mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi sruktur dan fungsi dari sistem.
Faktor-faktor dalam sistem adalah variabel, dan faktor-faktor di luar adalah
parameter.
6) Mempunyai
subsistem
Semua sistem,
termasuk sistem yang paling kecil sekali pun mempunyai subsistem, dan setiap
subsistem merupakan sebuah kesatuan yang terbatas, terbentuk dari
bagian-bagian, dan karakteristik-karakteristek tertentu.
7) Mempunyai
suprasistem
Semua sistem,
kecuali sistem yang terbesar dan beberapa sistem tertutup, mempunyai
suprasistem, atau sistem yang lebih besar.
c.
Model dasar sistem
1. Masukan (Input)
Masukan adalah
sumber-sumber yang ada dalam lingkungan atau suprasistem yang masuk dalam
sebuah sistem. Masukan dapat berbentuk:
a. Informasi
Informasi
adalah keterangan yang disampaikan kepada pihak lain.
(1) Informasi
produk
Keterangan
tentang bahan olahan, bahan yang akan di proses menjadi suatu produk.
(2) Informasi
operasional
Keterangan
tentang bahan-bahan yang dipergunakan untuk memproses bahan olahan.
b. Energi atau
tenaga
Energi adalah
gerak dari alat-alat kerja yang di pergunakan dalam proses informasi atau semua
operasi yang terjadi dalam transformasi. Bentuk operasi tersebut dapat berupa:
(1) Operasi yang
dilakukan manusia.
(2) Operasi yang
dilakukan mesin-mesin.
c. Bahan-bahan
(1) Bahan-bahan
produksi adalah bahan-bahan olahan yang akan dijadikan hasil produksi.
(2) Bahan-bahan
operasional adalah sumber-sumber yang dipergunakan sebagai pelancar proses
trasnsformasi.
2. Transformasi
Proses
pengubahan masukan olahan menjadi hasil produksi atau jasa, yang dilakukan oleh
manusia atau mesin-mesin, atau manusia dengan mesin-mesin.
(1) Proses
manajemen
Metode-metode
yang dipergunakan untuk melakukan perencanaan, kepemimpinan, pengorganisasian,
pengawasan, dan perbaikan.
(2) Proses
fungsional
Metode-metode
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan-tujuan fungsional dari sekelompok orang
atau seseorang.
(3) Proses
fungsional silang
Metode-metode
yang dipergunakan untuk tujuan tertentu yang perlu kerja sama dengan orang lain
atau unit lain.
3. Hasil
Barang atau
jasa yand dapat dikeluarkan, disampaikan dan digunakan oleh lingkungan.
d. Tipe-tipe sistem
1.
Sistem alami dan sistem buatan
a. Sistem alami
Sistem ini
merupakan benda-benda atau peristiwa-peristiwa alam yang berkerja berdasarkan
hukum-hukum alam, dan hubungan antara masukan dengan hasil dappat di ramamalkan
secara ilmiah.
b. Sistem Buatan
Manusia
Sistem yang di
rancang, dilaksanakan, dan dikendalikan oleh manusia, dan hubungan antara
masukan yang diambil dari sistem alami, dengan hasil diataur oleh manusia.
2.
Sistem Tertutup dan Terbuka
a) Sistem Tertutup
Sistem yang
sruktur organisasi bagian-bagianya tidak menyesuaikan diri dengan lingkunganya,
sekurang-kurangnya dalm jangka waktu pendek. Sruktur bagian-bagian tersusun
secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis.
b) Sistem terbuka
Sistem yang
sruktur bagian-bagianya terus menyesuaikan diri dengan masukan dari lingkungan
yang terus menerus berubah-ubah dalam usaha dapat mencapai kapasitas
optimalnya. Sruktur bagian-bagian bersifat lentur dan bentuk operasinya
dinamis, karena bagian-bagian dalm sistem dapat berubah karakteristik dan
posisinya. [7]
Berbicara tentang pendidikan sebagai sistem kita lihat bagaimana
sistem yang di terapkan di Indonesia.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbagi dalam 34
provinsi. Ibukota Indonesia adalah Jakarta, suatu kota yang terletak di Pulau
Jawa. Bisa kita lihat bahwa jarak antara kota yang satu dan kota lain yang
berbeda pulau tidaklah mudah untuk ditempuh. Mungkin perbedaan jarak dan
sulitnya menjangkau kota yang satu dengan yang lain, memberi banyak pengaruh terhadap
berbagai aspek, termasuk aspek pendidikan Indonesia. Ketika kita berbicara
tentang pendidikan Indonesia, tidak sedikit masyarakat yang mengatakan bahwa
kita termasuk negara yang tertinggal dalam hal pendidikan.
Lalu bagaimana dengan sistem pendidikan Indonesia saat ini? Apakah
pemerintah sudah mampu memberikan yang terbaik untuk rakyatnya? Sebelum
menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu kita lihat pendidikan di Amerika,
di negara maju tersebut terdapat kurikulum terintegrasi (integrated curriculum),
metode mengajar yag berpusat pada siswa (student centered teaching method),
pengajaran atas dasar kemampuan dan minat individu (individualized
instruction), dan sekolah alternatif.
Kemudian, bagaimana dengan Indonesia? Apakah pemerintah perlu
merasa “iri” dengan segala kemajuan pendidikan di negara lain? Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan kurikulum pendidikan yang berkembang di Indonesia. Kalau kita tinjau
dari konsep pengadaan kurikulum tersebut, kurikulum kita tidak kalah dengan
kurikulum yang diterapkan di negaranegara maju lain, seperti Amerika. Akan
tetapi, yang terjadi di negara kita adalah sangat sulit untuk menerapkan
seperti apa yang telah dikonsepkan. Dalam penerapan kurikulum tersebut, banyak
terjadi ketidaksesuaian. Mungkin pemerintah sering mengadakan studi banding
terhadap pendidikan di negara lain. Akan tetapi, pemerintah juga harus
melakukan studi banding di dalam negeri. Pemerintah dapat melihat langsung
kondisi dan kemampuan masyarakat sehingga pemerintah dapat menerapkan suatu
kurikulum yang asli Indonesia yang benar-benar sesuai untuk digunakan di
Indonesia sehingga dapat menjawab keinginan bangsa Indonesia akan pendidikan.
Penerapan yang tidak sesuai dengan konsep juga terjadi pada pengadaan sekolah
gratis. Padahal, apabila subsidi dan pengadaan sekolah gratis bisa berjalan
sebagaimana mestinya, pasti rakyat Indonesia yang tidak mempunyai biaya
pendidikan bisa mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak,
seperti yang telah diatur dalam UUD 1945. Lalu, Mengapa pendidikan di negara
kita sangat jauh dari kata “baik”? Apakah persoalan sarana prasarana pendidikan
yang tidak memadai merupakan suatu masalah untuk pendidikan Indonesia? Banyak
masyarakat yang mengatakan bahwa pemerintah sangat tidak adil terhadap
pendistribusian segala hal di bidang pendidikan, sebut saja penyebaran tidak
merata. Tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk menunjang
berlangsungnya sistem pendidikan. Namun, terdapat juga sekolah yang
fasilitasnya sudah memadai, tetapi ssekolah tersebut tidak dapat
memaksimalisasikan fungsi dari fasilitas penunjuang pendidikan tersebut. [8]
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
sistem adalah seperangkat komponen atau
unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan interaksi
komponen-komponen yang esensial dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
Komponen-komponen yang ada dalam sebuah sistem antara lain
pendidik, peserta didik, alat pendidikan, lingkungan pendidikan, dan ptujuan
pendidikan. Dan pemerintah pun juga berperan penting dalam menunjang kualitas
dan kuantitas pendidikan di Indonesia.
[1] Radja
Mudyaharjo. Pengantar Pendidikan. (Jakarta: PT Rajagrfindo Persada,
2001).217-218
[2]Sulaiman
saat, faktor-faktor determinan dalam pendidikan, 8 (Desember, 2015). 3
[3]
Sulaiman, Ibid, 7
[4]
Sulaiman Saat, ibid. 9
[5]
Sulaiman Saat, ibid.11-12
[6] Salamah, Penelitian
dan Teknologi Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. 12 (Desember,
2006). 153
[7]
Tatang, ilmu pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2012). 91-110
[8] Ricardo F.
Nanuru, Progresifisme Pendidikan dan Relevasinya di Indonesia, 2(Agustus
, 2013). 138