MAKALAH STUDI AL-QUR'AN "AMTSALUL QUR'AN"
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah SWT. Dia-lah yang telah menganugerahkan al-Qur’an
sebagai hudan li al-nās (petunjuk bagi seluruh manusia) dan rahmat li
al-‘ālamīn (rahmat bagi segenap alam). Dia-lah yang Maha Mengetahui makna
dan maksud al-Qur’an. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW utusan dan manusia pilihan-Nya. Dia-lah sebagai penyampai, pengamal,
dan penafsir al-Qur’an. Dengan
pertolongan Allah makalah ‘Studi Qur’an ini dapat diselesikan.
Amthalul Qur’an merupakan salah satu bab yang dibahas dalam mata
kuliah ‘Ulūmul Qur’an. Amthalul Qur’an merupakan salah satu aspek keindahan
retorika al-Qur’an yang tidak hanya memuat permasalahan dunia saja, tetapi juga
berbicara tentang kehidupan akhirat yang sangat menarik untuk dibahas tentunya.
Pada kesempatan ini kami mengucapakan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah membimbing kami untuk menyusun makalah ini. Juga kepada kedua orangtua kami yang telah
membantu kami dari segi materi. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan,
untuk itu kami meminta kritik dan saran bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam syairnya masyarakat Arab banyak
menggunakan bahasa kiasan dan perumpamaan-perumpamaan, karena mereka gemar
menggunakannya untuk memamerkan keahliannya dalam bidang sastra arab. Hal ini
sudah menjadi suatu budaya bagi masyarakat Arab sejak jaman Jahiliyah.
Setelah Rasulullah SAW diutus untuk
menyampaikan ajaran Islam, beliau diberi Allah SWT kitab suci al-Qur’an yang di
dalamnya banyak sekali amthâl yang sangat indah dari segi
bahasanya yang tidak ada logika. Namun, perumpamaan dalam al-Qur’an harus
ditafsirkan lebih dalam oleh para mufassir
agar bisa lebih mudah dipahami oleh masyarakat muslim pada umumnya.
Dalam makalah ini akan dibahas amthâl al-Qur’an, kami membahas amthâl al-Qur’an karena di dalam al-Qur’an
banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan tentang perumpaman dan tidak banyak
kaum muslimin yang mengetahui dan mengerti bagaimana mengetahui bahwa yang dibacanya
itu ayat-ayat perumpamaan atau bukan. Maka dari itu alasan kami membuat makalah
ini untuk mempermudah pembaca dalam
mengetahui ciri-ciri ayat-ayat amthâl dalam
al-Qur’an.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian amthâlul Qur’an?
2.
Bagaimana tujuan dibuatnya perumpamaan di dalam al-Qur’an?
3.
Bagaimana macam dan pengertian dari masing-masing amthâlul Qur’an?
4. Bagaimana manfaat yang
diperoleh dari mempelajari amthâlul
Qur’an?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian Amthâlul Qur’an.
2.
Untuk mengetahui tujuan dibuatnya perumpamaan di dalam al-Qur’an.
3.
Untuk mengetahui macam dan pengertiannya dari masing-masing amthâlul Qur’an.
4.
Untuk mengetahui manfaat apa saja setelah mempelajari amthâlul
Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Amthâlul Qur’an
Amthâl adalah bentuk jamak dari mathal.
Kata mathal, mithl dan mathil adalah sama dengan shabah,
shibh dan shabîh, baik
lafaz maupun maknanya.[1]
1.
Menurut istilah ulama ahli Adab, amthal adalah ucapan yang banyak
menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
2.
Menurut istilah ulama ahli Bayan amthal adalah ungkapan majaz yang
disamakan dengan asalnya karena ada persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut
tashbīh.
3.
Menurut ulama ahli Tafsir amthsal adalah menampakkan pengertian
yang abstrak dengan bentuk tashbīh maupun majaz mursal.[2]
2.2 Tujuan Dibuatnya
Perumpamaan
Diantara tujuan dibuatnya perumpamaan atau Tamthil dalam
al-Qur’an adalah agar manusia mau
melakukan kajian terhadap al-Qur’an, baik dalam berkaitan dengan ekosistem,
ekologi, astronomi, anatomi, teologi, biologi, sosiologi, dan ilmu-ilmu
lain termasuk untuk mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami oleh
umat-umat yang lampau. Semua ini adalah untuk meningkatkan ketakwaan kepada
Allah setelah melihat keagungan dan kekuasaan-Nya.
Untuk melakukan kajian terhadap suatu masalah, orang harus berakal sehat dan
berpengetahuan. Dengan sendirinya orang yang tidak berilmu, tidak mungkin
memahami tamthil yang disajikan al-Qur’an, apalagi sampai melakukan kajian,
jelas tidak mungkin. Oleh karena itu, orang yang bisa memahami makna yang
tersirat maupun tersurat di dalam Tamthil al-Qur’an, hanyalah orang-orang yang
berilmu dan orang yang mau menggunakan nalarnya. Seperti disebutkan Allah dalam
surat al-Ankabut:
وَتِلْكَ
الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا وَمَا يَعْقِلُهَا͂
إِلَاالْعَامِلُوْنَ. “Dan
perumpamaan-perumpamaan ini hanya dibuatkan untuk manusia, tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”(QS. al-Ankabūt: 43)[3]
Ilmu al-Qur’an yang paling agung, menurut al- Mawardi adalah amthâl-nya.
Bahkan ash-Syafi’i mengharuskan seorang mujtahid mengetahui ilmu-ilmu
al-Qur’an, termasuk amthâl-nya.[4]
2.3
Macam-macam amthâl dalam
Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an ada beberapa bentuk amthâl:
1.
Perumpamaan yang terang-terangan اللأمثال
المصرحة yaitu kalimat yang menyebutkan kata permisalan atau perumpamaan “مثل” dengan jelas, contoh[5]
مَثَلُ
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَا لَهُمْ فِى سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَةً مِا
ئَةُ حَبَّةٍط وَاللهُ
يُضٰعِفُ لِمَنْ يَشَا᷃ ءُ وَالله وٰسِعٌ
عَلِيْمٌ.﴿ البقرة :۲٦١﴾
Artinya:
“Peruumpamaan
(nafkah yang dkeluarkan oleh ) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah serupa dengan serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir,
pada tiap-tiap butir: kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” [6]
Tafsiran QS.
al-Baqarah ayat 261:
(Perumpamaan)
atau sifat nafkah dari (orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan
Allah) artinya dalam menaati-Nya (adalah sebutir biji yang menumbuhkan tujuh
buah tangkai, pada maasing-masing tangkai seratus biji). Demikianlah pula
halnya nafkah yang mereka keluarkan itu menjadi tujuh ratus kali lipat. (Dan
Allah melipatgandakan) lebih banyak dari itu lagi (bagi siapa yang
dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas) karunia-Nya (lagi Maha Mengetahui)
siapa-siapa yang seharusnya memperoleh ganjaran yang berlipat ganda itu.[7]
2.
Perumpamaan tersembunyi (الأمثال
الكامنة)
yaitu kalimat hikmah yang tidak menyebutkan kata permisalan atau perumpamaan
secara jelas, namun memiliki kandungan makna permisalan. Misalnya, ketika
hendak memilih “perkara tengah-tengah”, contoh ﴾ ٦٨ ﴿ البقرة .....لَافَارِضٌ
وَلَابِكْرٌعَوَانٌ بَيْنَ ذٰلِكَ.......
“...sapi
betina tidak tua dan tidak muda; Pertengahan diantara itu...”
3.
Perumpamaan bebas (الأمثال المرسلة) atau yang sering kita sebut peribahasan, yaitu kalimat-kalimat
hikmah yang bebas namun memiliki siratan perumpamaan seperti kalimat-kalimat
berikut :
1)
“siapa yang berbuat kejelekan maka ia akan dibalas dengan
setimpal”(kandungan peribahasa QS An-Nisa’:123).
2)
“bukankah kebaikan akan terbalas dengan kebaikan (?)” (kandungan
peribahasa QS Ar-Rahman: 60).
2.4
Faedah-faedah Amthâl Al
Quran
1)
Melahirkan sesuatu yang dapat dipahami dengan akal dalam bentuk
rupa yang dapat dirasakan oleh panca indera, lalu mudah diterima oleh akal,
lantaran makna-makna yang dapat dipahamkan dengan akal tidaklah tetap di dalam
ingatan, terkecuali apabila di tuang dalam bentuk yang dapat dirasakan yang
dekat kepada paham.
2)
Mengungkap hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang jauh dari
pikiran seperti mengemukakan sesuatu yang dekat pada pikiran.
3)
Mengumpulkan makna yang indah dalam suatu ibarat yang pendek.[8]
وَلَقَدْ
ضَرَبْنَالِلنَّاسِ فِىـ هٰذَا الْقُرْاٰنَ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُوْنَ. ﴿الزمر٢٧﴾
“Dan sungguh
telah kami buat untuk manusia dalam al-Qur’an ini berbagai macam rupa mathal.
Mudah-mudaham mereka mengambil pengajaran dari padanya.” [9]
4)
Mendorong orang yang diberi masal untuk berbuat sesuai dengan isi
masal, jika ia merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya Allah membuat
masal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah, di mana hal
itu akan memberikan kepadanya kebaikan
yang banyak, Allah berfirman dalam QS.al-Baqarah: 261:
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan harta
mereka di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Ia kehendaki . Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.”).
5)
Menjauhkan (tanfir, kebalikan no.4), jika isi masal berupa
sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya firman Allah QS. al-Hujurat: 12 tentang
larangan bergunjing
“Dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang
di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu
merasa jijik kepadanya.”.
6)
Untuk memuji orang yang diberi mathal. Seperti firman-Nya tentang
para sahabat:
“Demikianlah
perumpamaan (mathal) mereka dalam Taurat dan perumpamaan (mathal) mereka dalam
Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mungkin).” (al-Fath: 29). Demikianlah keadaan para sahabat. Pada mulanya
mereka hanya golongan minoritas, kemudian tumbuh berkembang hingga keadaannya
semakin kuat dan mengagumkan hati karena kebesaran kita.
7)
Untuk menggambarkan (dengan masal itu) sesuatu yang ḥmempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya
masal tentang keadaan orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat jalan
hingga tidak mengamalkannya.[10]
8)
Amthâl lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan
nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan
hati.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara bahasa amthâl berasal dari kata mithl yang artinya
perumpamaan Diantara tujuan dibuatnya
perumpamaan dalam tamthil dalam
al-Qur’an adalah agar manusia mau melakukan
kajian terhadap kandungan al-Qur’an, baik yang berkaitan dengan
ekosistem, ekologi, astronomi, anatomi, teologi, biologi, sosiologi dan
ilmu-ilmu lain termasuk untuk mengambil pelajaran dari umat-umat yang lampau.
Semua ini adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah setelah melihat
keagungan dan kekuasaan-Nya.
Dalam
al-Qur’an terdapat beberapa bentuk amthâl:
Perumpamaan
yang terang-terangan, perumpamaan tersembunyi dan perumpamaan bebas.
Faedah
Amthâl:
a.
Melahirkan sesuatu yang dapat dipahami dengan akal dalam bentuk
rupa yang dapat dirasakan oleh panca indera.
b.
Mengungkap hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang jauh dari
pikiran seperti mengemukakan sesuatu yang dekat pada pikiran.
c.
Mengumpulkan makna yang indah dalam sesuatu ibarat yang pendek.
DAFTAR
PUSTAKA
al-Qaṭṭān, Mannā’
Khalīl. Mabāhith fī ’Ulūmil Qur’an. Mesir:
Maktabah Wahbah.
Anwar Rosihon. Pengantar Ulumul
Quran. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi,
Teungku. Ilmu-ilmu Al Qur-an. Semarang: Pustaka Riski Putra, 2002.
Kauma, Fuad. Tamsil Al-Qur’an, Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2000.
Madyan, Ahmad Shams. Peta Pembelajaran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
Mahallī, Ibnu Ahmad, Jalal ad-Dīn
dan al-Mutabahhir Jalal ad-Dīn Abdurraḥman bin Abi Bakrin as-Suyūṭī. Tafsīr
al-Qur’an al-‘Aīẓm, Surabaya: Maktabah Imâm.
[6]QS. al-Baqarah (2): 261.
[7] Jalal ad-Dīn
Muhammad Ibnu Ahmad al-Mahalli dan al-Mutabahhir Jalal ad-Dīn ‘Abdurrahman bin
Abi Bakri as-Suyūti, Tafsīr al-Qur’an al-‘adhīm (Surabaya: Maktabah
Imam) 41.
[8] Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu AI-Qur-an (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2002),178-179.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Manfaat