BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial. Yang lahir kedunia ini untuk
menjalani kehiduan sehari-hari. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari banyak
membutuhkan bantuan dari orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain. Memerlukan orang lain baik dalam menjalankan proses
pendidikan serta proses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Dalam mengembangkan proses pendidikan butuh pola pikir yang
menunjang dan baik. Manusia memiliki akaldan pikiran untuk memecahkan
problem-problem dalam mengembangkan proses pendidikan yaitu proses mencerdaskan
manusia dalam kebodohan. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari memiliki sifat primitif
dalam berpikir sekarang sudah terfikir kearah yang medern, serta manusiabutuh filsafat
dalam proses pendidikan.
Dalam hal ini manusia berhubungan dengan filsafat dalam proses pendidikan.
Manusia harus mampu berfilsafat dalam dunia pendidikan. Mampu menjalankan proses
pendidikan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih. Agar
proses pendidikan dapat berjalan dengan baik mampu berfilsafat dalam mengatasi
masalah-masalah yang muncul dalam proses pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan filsafat, pendidikan dan manusia?
2.
Bagaimana
hubungan filsafat dan manusia?
3.
Bagaimana
hubungan filsafat dan pendidikan?
4.
Bagaimana
hubungan antara filsafat, manusia dan endidikan?
5.
Bagaimana
kedudukan filsafat dalam ilmu pendidikan?
6.
Bagaimana
kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian filsafat, manusia dan pendidikan
2.
Untuk
mengetahui hubungan filsafat dan manusia
3.
Untuk
mengetahui hubungan filsafat dan ilmu pendidikan
4.
Untuk
mengetahui hubungan antara filsafat, manusia dan pendidikan
5.
Untuk
mengetahui kedudukan filsafat dalam ilmu pendidikan
6.
Untuk
mengetahui kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian filsafat, manusia dan pendidikan
Filsafat adalah ilmu yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran
atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang
yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat
juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas
dan menyeluruh dengan segala hubungan.[1]
Manusia berasal dari kata “manu”
(sansekerta), “mens” (latin), yang berarti berpikir, berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok atau seorang individu.
Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan
Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam,
mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati dan seterusnya, serta
terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan
timbal balik positif maupun negatif.
Menurut UU No.20 tahun 2003 pengertian
pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2.
Hubungan filsafat dan manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah
yang telah mencapai derajat sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah
lainnya, termasuk diantaranya malaikat, jin,binatang dan lain-lain. Diantara
kesempurnaan itu terlihat dari ciri-ciri manusia yang memiliki jasmani (fisik),
ruh yang berfungsi untuk menggerakkan jasmani dan jiwa yang didalamnya ada rasa
dan perasaan. Filsafat adalah induk semua ilmu yang ada dalam semesta ini,
manusia berfilsafat guna mencari kebenaran dari sebuah ilmu. [2]
Berbicara tentang pendidikan,berarti
membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang
kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan. Jadi,
antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan
mutlak ada dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai
manusia yang manusiawi.
3.
Hubungan filsafat dan pendidikan
Hubungan antara filsafat dan pendidikan
terkait dengan persoalan logika, yaitu logika formal yang dibangun atas prinsip koherensi, dan logika diakletis dibangun
atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interaktif antara
filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada
akhirnya menghasilkan yang disebut
dengan filsafat pendidikan
4.
Hubungan antara filsafat, manusia dan pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar,
terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi
bawaan manusia, dan merupakan bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk
mencapai suatu tujuan.[3]
Melihat pengertian di atas dapat
disimpulkan, bahwa hubungan pendidikan dan manusia itu sangat erat. Adanya
pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang lebih
baik.
Manusia merupakan subjek pendidikan,
tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan itu sendiri. Pedagogic tanpa
ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa mengerti manusia,
berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa, bagaimana dan mengapa manusia
dididik. Tanpa mengerti sifat manusia, baik sifat individual-individualitasnya
yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina. Pendidikan akan
salah arah bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan merusak moral, kodrat
manusia, apabila digunakan secara negative.
Jadi, hubungan antara filsafat,
manusia dan pendidikansecara singkat adalah filsafat digunakan untuk mencari
hakekat manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri manusia. Hasil
kajian dalam filsafat tersebut oleh pendidikan dikembangkan dan dijadikannya
(potensi) nyata berdasarkan esensi keberadaan manusia.
5.
Kedudukan filsafat dalam ilmu pendidikan
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat
mempunyai kedudukan sentral, asal, pokok. Karena filsafatlah yang mula-mula
merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai
kebenaran atau pengetahuan. Lambat laun sesuai dengan sifatnya, manusia tidak
pernah merasa puas dengan meninjau suatu hal dari sudut yang umum, melainkan
juga ingin memperhatikan hal khusus.
Bisa disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat, antara lain:
a.
Setiap
ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem
b.
Filsafat
juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu
c.
Disamping
itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam
tiap-tiap ilmu pengetahuan
d.
Dasar
yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu
pengetahuan. Tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu
pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat
e.
Filsafat
juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan.
6.
Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia
Filsafat dalam coraknya yang
religius bukanlah yang berarti disamakan dengan agama atau pengganti kedudukan
agama, walaupun filsafat dapat menjawab segala pertanyaan atau soal-soal yang
diajukan. Kedudukan agama sebagai pengetahuan adalah lebih tinggi dari pada
filsafat karena di dalam agama masih ada pengetahuan yang tak tercapai oleh budi biasa dan hanya dapat diketahui karena
diwahyukan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia adalah:
a.
Memberikan
pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan
yang diberikan oleh filsafat.
b.
Berdasarkan
dasar-dasar hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada
manusia. Pedoman ini mengenai segala sesuatu yang terdapat di sekitar manusia
sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya. Kita juga
mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa, kehendak.
Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berfikir guna memperoleh
pengetahuan hidup untuk berfikir guna memperoleh pengetahuan.
Uraian mengenai filsafat sebagaimana
yang telah dibahas sebelum kiranya akan banyak memberikan gambaran dan kemudian
dalam memahami lapangan pendidikan dan filsafat
pendidikan. Dan muncullah filsafat pendidikan sebagai suatu ilmu baru
setelah tahun 1900 an tiada lain adalah sebagai akibat adanya hubungan timbale
balik antara filsafat dan pendidikan, untuk memecahkan dan menjawab
persoalan-persoalan pendidikan secara filosofis.
Dengan demikian hubungan antara filsafat dalam proses pendidikan.
Problematika yang ada dan harus diselesaiakan dengan pengetahauan yang logis
dan kritis. Serta mampu mengarahkan pendidikan serta ilmu pengetahuan yang
lebih maju dan mencapai tujuan yang dicita-citakan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hubungan antara
manusia, filsafat dan pendidikan adalah induk dari ilmu pengetahuan yang
melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang menbahas sesuai dengan apa yang telah
dikaji dan diteliti di dalamnya. Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai
kedudukan sentral,asal, atau pokok. Karena filsafat satu-satunya yang telah
mencapai kebenaran atau pengetahuan. Disamping itu filsafat juga memberikan
dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan. Dasar
yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu
penegtahuan.
Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna
memperoleh pengetahuan. Antara ketiga komponen yaitu, manusia, filsafat, dan
pendidikan sangat erat hubungannya. Manusia dilahirkan sebagai bayi yang tidak
bisa melakukan tanpa bantuan orang lain. Dalam proses kehidupan, manusia akan
dihadapkan dengan berbagai masalah kehidupan. Untuk dapat memilih dan
melaksanakan car hidup yang baik. Manusia yang memerlukan pendidikan. Dengan
pendidikan manusia akan menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab peran
filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir manusia yang
bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan.
Daftar Pustaka
Sutrisno.
Selamet. Filsafat dan Ideologi Pancasila.
Yogyakarta: Andi, 2006.
Prasetya. Filsafat
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Soegiono.
Tamsil. Filsafat pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Manfaat