Kamis, 25 Januari 2018

Makalah Tumbuhnya Peradaban Ilmu Pengetahuan Masa Abbasiyah




PEMBAHASAN
A.    Suasana Tumbuhnya Peradaban Ilmu Pengetahuan Masa Abbasiyah
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa Bani Abbasiyah ini tidak lepas dari pengaruh dinasti sebelumnya yakni dinasti Umayyah. Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam. Pada masa itu umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban, dan kekuasaan. Selain itu juga berkembang ilmu pengetahuan, ditambah dengan banyaknya penerjemah buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Inilah yang menjadi pemicu lahirnya cendekiawan-cendekiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.[1] 
Suasana tumbuhnya peradaban di Abbasiyah terjadi setelah perluasan wilayah seecara besar-besaran. Faktor yang paling dominan mendorong suasana itu adalah kebijakan dari Khalifah Abu Ja’far, bahwa yang menjadi Khalifah harus orang yang mencintai dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Suasana keilmuan memang diciptakan oleh khalifah dengan menyediakan segala fasilitas penunjang, lembaga pendidikan dan perpustakaan dibangun, tempat-tempat istirahat dan mukim disediakan oleh siapa saja yang mau belajar ilmu pengetahuan. Ulama dari berbagai disiplin ilmu didatangkan untuk mengajari orang-orang Islam yang belajar.
Kegiatan menulis buku berjalan dengan pesat, karena pemerintah mewajibkan belajar sambil menuliskan ilmu dalam kitab. Dalam sejarah, kegiatan menulis ilmu itu berjalan menurut 3 tingkat yaitu :
a.    Tingkat pertama, mencatat ide-ide atau percakapan dalam satu halaman kertas dituliskan rangkap dua, asli dan salinan.
b.    Tingkat kedua, merupakan pembukuan ide-ide seupa hadis-hadis dalam satu buku, hukum-hukum fiqh di satu buku, cerita-cerita sejarah di satu buku dan seterusnya.
c.    Tingkat ketiga, tingkat penyusunan yang lebih halus dan paling sempurna. Segala yang sudah dicatat, diatu dan disusun dalam bagian bab-bab tertentu serta berbeda satu sama yang lainnya.
Tingkat penyusunan peradaban ilmu semikian berlangsung pada Bani Abbasiyah fase pertama masa kekuasaan 9 khalifah pertama Abbasiyah. Khalifah-khalifah seperti al-Mansur, Harun al-Rasyid, dan al-Makmum adalah khalifah-khalifah yang paling disiplin dalam suasana tersebut.[2]
B.     Bentuk Peradaban Hasil Riset dari Para Ahli Beserta Tokohnya
Dari hasil ijtihad dan riset para ahli ilmu pengetahuan dan ulama atau cendekiawan muslim, berhasil menemukan berbagai bidang ilmu pengetahuan, antara lain :
1.      Filsafat
Melihat fungsi Filsafat bagi umat Islam, maka para pakar keilmuan Islam di samping memahami Filsafat, ia juga seorang ulama yang sangat disegani ke-dalaman ilmunya, misalnya Imam Al Gazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Thufail. Di samping itu, di antara mereka ada yang sangat menguasi ilmu-ilmu umum, misalnya kedokteran (Ibnu Shina). Tokoh-tokoh Filsafat yang ilmu dan pemikirannya sampai kepada kita, misalnya adalah :
a)      Al Kindi (194 – 260 H / 809 – 873 M), buku karangannya sebanyak 236 judul.
b)      Al Farabi (wafat tahun 390 H / 916 M dalam usia 80 tahun) – orang Eropa me-nyebutnya dengan Al Pharabius. Karangannya yang masih tinggal ada 12 judul.
c)      Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H).
d)      Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H). Yaitu Abu Bakar bin Abdul Malik bin Thufail, beliau adalah salah seorang murid Ibnu Bajah dan termasuk filosof terkenal.[3]
e)      Ibnu Shina atau Avicena (370 – 428 H/980 – 1037 M), buku karangannya adalah Shafa (18 Jilid) Najaaat, Qonun, Sadidia (5 jilid), Danes Names, Najmul Hikmah (10 Jilid) dam Al Qonun Fi At Thib.
f)       Al Gazali (450 – 505 H/1058 – 1101 M), buku karangannya sejumlah 70 jilid, diantaranya adalah Al Munqidz minadl Dlalal, Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin, Al Wajiz, Miyazul Ilmu dan Maqosidul Falasifah.
g)      Ibnu Rusyd atau Avveroes (520 – 595 H/1126 – 1198 M) bukunya antara lain Mabadiul Falasifah, Kulliyat, Thahafutut Thahafut, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah, Bidayatul Mujtahid.[4]
2.      Kedokteran
Beberapa perguruan tinggi kedokteran yang cukup terkenal berada di kota Yunde Shapur (Iran), Harran (Syiria), dan Baghdad. Dan berikut para dokter dan ahli kedokteran yang terkenal, antara lain:
a)      Jabir bin Hayyan (wafat tahun 161 H/778 M), beliau dianggap sebagai bapak ilmu kimia, buku karangannya sebanyak 500 judul.
b)      Hunain bin Ishaq (194-264 H/810-878 M), beliau adalah seorang ahli mata yang terkenal dan banyak menterjemahkan buku-buku bahasa asing.
c)      Thabib bin Qurra (221-228 H/836-901 M)
d)      Al-Razi atau Razes (251-313 H/809-873 M), karangannya yang terkenal adalah bidang penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin.  

3.      Matematika
Diantara ahli matematika, yaitu :
a)      Umar Al- Farukhan, Beliau seorang Insinyur arsitek pembangunan kota Baghdad.
b)      Al- Khawarizmi, pengarang kitab Al-Gebra (Al jabar) beliau juga penemu angka Nol (0).
c)      Banu Nusa (3 anak Syakir Musa), mereka banyak menulis buku dan ilmu ukur.
4.      Astronomi
Para ahli ilmu astronomi yang terkenal, antara lain :
a)      Al Fazari, ia adalah seorang astronom yang menemukan “Astrolobe” (alat pengukur tinggi dan gerak bintang).
b)      Jabir Al Batani, beliau pencipta alat teropong bintang yang pertama.
c)      Abdul Wafak, menemukan jalan ke-3 dari bulan (jalan ke-1 dan ke-2 ditemukan oleh orang Yunani).
d)      Al-Farghoni atau Al-Fragenius.
5.      Seni ukir
Beberapa seniman ukir yang terkenal yaitu Badr dan Tariff (sekitar tahun 961-976 M), pada saat itu juga terdapat sekolah khusus seni ukir di Kairo yang bernama sekolah Kairo.
6.      Bahasa dan sastra 
Penyair pada masa bani umayyah, masih kental dengan keaslian warna arabnya, sedangkan sastrawan pada zaman pemerintahan Bani Abbas, telah melakukan perubahan kekuasaan tersebut. Mereka telah mampu mengkombinasikannya dengan sesuatu yang bukan berasal dari tradisi arab. Oleh karena itu wajar kalau kemudian pada masa pemerintahan bani Abbas banyak bermunculan penyair terkenal, antara lain :
a)      Abu Nawas (145-198 H),
b)      Abu Tamam (wafat 232 H),
c)      Dabal al-Khuza’I (wafat 246 H),
d)      Ibnu Rumy (221-283 H),
e)      Al-Mutanabby (303-354 H).[5]
C.     Pusat Peradaban Masa Abbasiyah
Bersamaan dengan tumbuhnya peradaban dengan pesat, maka kota-kota di wilayah Abbasiyah banyak yang tumbuh berkembang menjadi kota-kota pusat peradaban Islam. Tumbuhnya pusat-pusat peradaban Islam dapat menarik berbagai bangsa di dunia untuk belajar dari kota-kota pusat peradaban Islam tersebut, terutama yang paling banyak datang untuk belajar adalah mahasiswa dari Eropa Inggris dan Prancis.
a.    Baghdad
Kota Baghdad dibangun oleh khalifah ke-2 al-Mansur tahun 136 H. Tujuan al-Mansur membangun kota ini ialah untuk seteril dari kelompok syiah maupun kelompok Bani Umayyah yang baru saja dikalahkan. Letaknya di tebing sungai Dajlah. Dari sungai ini jalannya trasportasi barang dari India, Sind, Cina, Bashra, Ahwaz, Wasit, Mausil, Diar Bakar dan Diar Rabi’ah. Baghdad dibangun oleh 1000 pekerja dari seluruh wilayah Islam diawasi oleh arsitek ahli dari eropa yang dibayaar dengan harga mahal oleh Khalifah al- Mansur.
Di dalam kota Baghdad dibangun berbagai peradaban seperti istana, masjid, madrasah, kuttab dan perpustakaan, darul khaliah atau perkampungan khalifah dan fasilitas lainnya. Pada masa Harun al-Rasyid kota Baghdad dibangun menjadi lebih sempurna, dengan fasilitas pendidikan, diantaranya berdiri Universitas Nizamiyah dan Perpustakaan Baitul Hikmah, dilengkapi dengan fasilitas belajar yang lengkap. Pada ahirnya kota Baghdad menjadi kota yang makmur, maju dan kaya dengan tamadun, ilmu pengetahuan dan kebaikan serta mendapat perhatian seluruh kaum muslimin dan terkenal di seluruh dunia. Selanjutnya banyak mahasiswa dari berbagai penjuru dunia datang untuk belajar di kota Baghdad.
b.    Samarra
Diriwayatkan bahwa, asal kata samarra dari bahasa arab yang artinya siapa yang melihat pasti senang. Kota ini dibangun di timur sungai Dajlah, sejauh seratus kilometer dari kota Baghdad. Asalnya dibangun oleh Harun dari sebuah kota tua, khalifah Harun menggali sebuah sungai yang dekat dengan istana namanya Taqul. Selanjutnya Khalifah al-Muktasim juga telah membangun sebuah istana yang dihadiahkan kepada Permaisurinya. Kota itu di bangun karena kota Baghdad semakin sesak dengan penduduk dan peradaban. Diantara bangunan-bangunan besar yang indah di kota Samarra ialah mahligai khaliah al-Mutawakkil khalifah ke-10 yang diberi nama mahligai al-Arus selanjutnya dibangun mahligai-mahligai khalifah berikutnya, al- Mukhtar dan al-Walid.
c.    Karkh
Kota Karkh dibangun oleh khalifah al-Mansur dengan tujuan sebagai kota bayangan bagi Baghdad sebagai kota pusat pemerintahan. Kota Baghdad yang sudah penuh sesak dengan berbagai bagunan, Masjid, istana, madrasah, maktab dan bangunan fasilitas pemerintahan lainnya, maka khalifah al- Mansur memindahkan pusat-pusat perniagaan dari kota Baghdad ke kota Karkh. Perniagaan yang dominan adalah perniagaan minyak wangi, tukang-tukang besi, tukang-tukang kayu, perniagaan-perniagaan pakaian dan senjata, serta perniagaan bunga, dan perniagaan alat musik.
d.    Anhar (Hasyimiyah)
Kota Anhar adalah kota tua yang dibangun oleh salah seorang raja Persia yang bergelar Heraklius. Pada saat Abbasiyah, maka khalifah pertama Abu Abas assafah memperbaiki kota ini dan mengganti namanya menjadi kota Hasyimiyah. Pada saat al-Mansur menjadi khalifah kedua, dia merasa tidak aman, karena pernah mendapat ancaman dari lawan politik, maka khalifah selalu pesimis tinggal di kota ini. Selanjutnya khalifah al-Mansur merancang untuk mendirikan kota baru yang namanya Baghdad. Meskipun ibu kota Abbasiyah dipindahkan ke Baghdad di wilayah bekas kekuasaan Romawi timur yang terkenal dengan Babilonia, akan tetapi Hasyimiyah tetap menjadi salah satu pusat peradaban Islam Abbasiyah. Selama 4 tahun Abu Abbas menjadi khalifah, kota ini menjadi pusat ibu kota Abbasiyah. Pada saat perkembangan peradaban Abbasiyah mengalami masa puncak kejayaan, Hasyimiyah termasuk salah satu pusatnya pegembangan ilmu pengetahuan.
e.    Bukhara dan Samarkand
Dua kota ini terdapat di wilayah paling jauh di wilayah perbatasan dengan Mongol. Sejarah berdiri dua kota ini adalah ketika Iskandar Zulkarnain diperintahkan agar membatasi hegomoni Mongol mengadakan serangan ke wilayah lain. Iskandar diutus ke wilayah ini yang sekarang dikenal dengan nama wilayah Tranxoania dan membangun Bukhara Samarkand menjadi pusat kota bagi komunitas di wilayah ini. dua kota ini masuk ke wilayah pada masa Abbasiyah berkuasa. Dua kota ini dikembangakan menjadi dua pusat peradaban besar. Di kota ini lahir ulama-ulama seperti Imam Bukhari dan Imam Samarkandi.
f.     Mesir
Mesir sejak dahulu kala telah berdiri beberapa kota tua yang dalam sejarah Mesir Kuno telah kita kenal beberapa kota seperi Alexandria, Fustat dan Kahira yang sekarang dikenal dengan nama Kairo. Pada saat wilayah ini dikuasai Abbasiyah, berdiri beberapa Universitas dan Masjid, Univesitas al-Azhar dan Masjid Quatul.[6]





D.    Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Dunia Barat
Ilmu pengetahuan Islam masuk dan berkembang di daratan Eropa pada awalnya di wilayah, Toledo, Cordoba dan Sevilla, kemudian mengalir ke negara-negara Barat lewat para kaum terpelajar Barat. Mereka menterjemahkan karangan buku-buku dari Islam dalam bahasa Barat. Diantara pelajar dari Barat antara lain:
1.    Abolard Bath. Berpendidikan Islam dari Toledo kemudian menjadi ahli matematika serta sebagai filosof Inggris yang terkenal.
2.    Mazarabes. Beliau seorang muslim dan mengubah namanya menjadi Petrus Alphonsi supaya tidak dicurigai, setelah bekerja sebagai dokter di Istana Raja Inggris Henri I. Setelah mendapatkan dukungan dari beberapa pihak, kemudian beliau membuka perguruan tinggi dan mengajarkan pengetahuan Islam. Ia termasuk orang yang berjasa menyebarkan Islam di Inggris.
3.    Archedeacon Dominico Gundissavi. Dengan meniru Khalifah Al-Makmun, beliau mendirikan "Bait al-Hikmah" (Badan Penterjemah/House of Wisdom) dari pihak pemerintah Kristen di Toledo yang waktu itu badan tersebut dipimpin oleh Raymond. Disana disalinlah buku-buku berbahasa Arab yang belum terbakar.
4.    Ibnu Dawud (seorang Muslim dari bangsa Yahudi). Di Barat ia terkenal dengan nama Avendeath. Ia menyalin buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin, tentang Astronomi dan Astrologi.
5.    Gerard Cremona. Lahir di Cremona Itali tahun 1114 M. Kemudian pindah ke Toledo, disana ia menyalin buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin tentang Ilmu Filsafat, matematika dan Kedokteran, semuanya berjumlah 80 buah. Menurut pengakuan para ahli kebudayaan dan ahli ilmu pengetahuan Barat, bahwa peradaban di negara-negara Barat banyak dipengaruhi oleh peradaban Islam. Berbagai orang pandai Eropa sekarang merasa bahwa kehidupan Eropa sebenarnya dibelit oleh kebudayaan Islam di sekelilingnya. Dan untuk melepaskan diri dari kebudayaan ini adalah sesuatu yang tidak mungkin kerena mereka sendiri telah mengakui kebudayaan ini adalah kebudayaan sendiri. Pengakuan para ahli dari Barat tentang pengaruh Islam terhadap dunia  Barat di masa lalu, diantaranya adalah :
a.    Prof. Dr. Charles Singer. "Di Barat Ilmu Tasrih (Anatomi) dan Ilmu Kedokteran sebenarnya tidak ada, ilmu mengenal penyakit dipergunakan dengan cara yang bukan-bukan, seperti dengan jengkalan jari, tumbuh-tumbuhan, tukang jual obat dan takhayul yang dijadikan untuk pengobatan".
b.    Para Orientalis Spanyol. "Buku karangan Ilmu Filsafat buah pikiran ahli Filsafat Islam yaitu Ibnu Rusyd, Al-Ghazali". Jadi pernyataan tersebut berarti bahwa filsafat Islam sangat mempengaruhi filsafat Barat.
c.    Ibnu Tumlus (ahli Ilmu Ukur, Ilmu Perbintangan, Ilmu Musik dan Aritmatika), "Orang-orang Islam telah jauh melampaui kepandaian orang-orang Barat".
d.    Dr. Peter Du Berg. "Pendeta Peter the Venerable berangkat ke Toledo hendak menyalin Al-Qur’an, tetapi pendeta tersebut takjub ketika melihat Yahudi Islam sedang menulis di atas benda tipis halus (kertas), kemudian ia membawa kepandaian umat Islam dalam membuat kertas itu ke Paris".
e.    Prof. H.A.R. Gibb (Maha Guru London University). "Sastra Barat itu berasal dari sastra Muslimin, tidaklah ada yang mempertengkarkan dan memperselisihkannya".
f.     Prof. Leo Weiner (sastrawan). "Kontak pengaruh sastra Islam dengan sastra Eropa dimulai pada abad VII M".
g.    Prof. Kodrad. Dalam bukunya "Ubar den Usprung deermite Literichen Minnesang" yang diterbitkan di Swiss tahun 1918, menyatakan bahwa Eropa mendapat sastra dan nyala api peradaban moderen adalah dari Islam".[7]


[1] A. Hasjmi, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), 210.
[2] Kementerian Agama, SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM untuk MADRASAH ALIYAH Kelas XI (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), 66-67.
[3] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1985), 69.
[4] Baitul Izzah, “PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH”, http://tsabbit-izzati.blogspot.co.id/2009/01/peradaban-islam-pada-masa-bani.html, diakses pada tanggal 02 Oktober 2017.
[5] Mubarikatin Najah, “SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM”, http://telaahmateri.blogspot.co.id/2016/06/mubarikatin-najah-sejarah-kebudayaan.html, diakses pada tanggal 02 Oktober 2017.
[6] Kementerian Agama, SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM untuk MADRASAH ALIYAH Kelas XI (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), 69-72.
[7] Ibid., 72-73.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Manfaat