Selasa, 26 Desember 2017

Makalah Metode Pendidikan Islam



BAB II
Pembahasan


A.    Pengertian metode dan alat pendidikan Islam
Metode berasal dari bahasa Latin “meta” yang berarti melalui dan“hodos” yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqah” artinya jalan, cara, sistem, atau ketertiban dalam menjalankan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita.[1]
Jadi metode pendidikan  Islam yakni jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyapaikan materi pendidikan kepada anak didik agar jadi kepribadian muslim.
Dan alat pendidikan Islam yakni segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, maka alat ini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk didalamnya metode pendidikan Islam.
Metode dan alat pendidikan Islam adalah cara dan segala apa saja yang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak didik dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi manusia berkepribadian baik. Oleh karena itu, metode dan alat pendidikan haruslah searah dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah atau dengan kat lin tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

B.     Pentingnya metode dan alat pendidikan Islam
Metode dan alat pendidikan Islam mempunyai peranan penting sebab hal itu merupakan jembatan yang penghubungkan pendidik dengan peserta didik menuju ke tujuan pendidikan Islam yakni terbentuknya kepribadian muslim.
Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan itu dipengaruhi dan tergantung oleh seluruh faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan Islam ini. Apabila ada masalah atau kendala yang menghalangi dan menimbulkan masalah maka kita harus segera dan secepat mungkin menyelesaikannya agar tidak terjadi kekeliruan yang fatal, katena ini menyangkut masalah agama.
Kita juga harus pandai dalam merinci dan mengklasifikasikan metode pendidikan Islam yang lebih kecil dan terperinci lagi. karena metode itu sangat penting maka Rasulullah menganjurkan kemampuan dan perkembangan anak didik.[2]
Rasulullah SAW bersabda:
نحن معا شرالانبياءامرناان انزل الناس منازلهم ونكلمهم علي قدرعقولهم
Artinya: “Kamu para Nabi, diperintahkan untuk menempatkan seseorang pada posisinya, berbicara kepada mereka sesuai dengan kemampuan akalnya.”
Jadi dapat ditarik kesimpualan bahwasannya pendidik dalam menyampaikan materi dan bahan pendidkan Islam kepada anak didiknya harus benar-benar disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak didiknya, kita tidak boleh mementingkan materi atau bahan dengan mengorbankan anak didik kita.
Nah, kita sebagai pendidik juga harus berusaha bagaimana caranyan agar materi tersebut sampai kepada peserta didik kita dengan cara semenarik mungkin, dan pada akhirnya mereka memahami akan dapat memahami  dan tercapailah suatu keberhasilan dalam pendidikan.

C.     Jenis-jenis metode dan alat pendidikan Islam
Pada dasarnya Islam tidak menggariskan secara jelas mengenai metode pendidikan Islam, hal tersebut karena diserahkan kepada manusia itu sendiri untuk memilih metode mana yang cocok dan tepat untuk diterapkan dan digunakan. Karena manusia sendirilah yang dapat mengetahui seberapa besar kemampuannya dan apa yang mereka butuhkan dala menjalani hidupnya.
Islam menjelaskan bahwa ajaran dalam kitab suci Al-Qur’an ada dua macam yakni yang  sudah jelas nasnya dan yang belum jelas nasnya. Maka dari itu, manusia menyikapinya juga dapat dengan mudah. Pada yang sudah jelas nasnya kita tinggal melaksanakannya. Sedangkan yang belum jelas nasnya maka kita punya tugas untuk mengkaji, meneliti, dan berusaha untuk memecahkannya.[3]
Berkenaan dengan masalah tersebut Rasulullah SAW bersabda: “jika ada urusan agamamu, serahkanlah ia padaku. Jika ada urusan keduniawianmu, maka kamu akan mengetahui akan urusan duniamu itu.”
Prinsip-prinsip lainlain yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan atau penggalian kesejahteraan hidup manusia di dunia yaitu sabda Rasul :
يسراولاتعشراوبشراولاتفراوتطاوعاولاتختلفا
Artinya: “Mudahkanlah, janganlah kau persulit, berilah kabar-kabar yang menggembirakan dan jangan sekali-kali engkau memberikan kabar yang menyusahkan sehingga mereka lari menjauh dari dirimu, saling taatlah kamu dan janganlah berselisih yang dapat merenggangkan kamu. ”
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan untuk kesejahteraan hidup manusia termasuk didalamnya penyelenggaraan (metode) pendidikan Islam harus mendasarkan kepada prinsip:
a.       Memudahkan dan tidak mempersulit.
b.      Menggembirakan dan tidak menyusahkan.
c.       Dalam memutuskan sesuatu hendaknya selalu memiliki kesatuan pandangan dan tidak berselisih paham yang dapat membawa pertentangan bahkan pertengkaran.
Dari kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh umat Islam selama ini di bidang pendidikan Islam ternayata mereka telah melaksanakan berbagai kegiatan antara lain:
1.      Mendidik dengan cara memberikan kebebasan kepada anak didik sesuai dengan kebutuhan.
2.      Mendidik anak dengan pendekatan perasaan dan akal pikiran.
3.      Mendidik anak secara informal.
4.      Mendidik secara formal.
Ustaz Muhammad Said al Bawythi dalam bukunya yang berjudul “Al-Manhajut Tarbawi Farid fil Qur’an”, bahwa ada 3 macam dasar/asas yang dipakai Al-Quran untuk menanamkan pendidikan:
1)      Mahkamah aqliyah, yakni mengetuk akal pikiran untuk memecahkan segala sesuatu.
2)      Al-Qisas wat tarikh, yakni menggunakan ceritera-ceritera dan pengetahuan sejarah.
3)      Al-Isarah Al Widaniyah, yakni memberikan perangsang kepada perasaan-perasaan. Nah perasaan itu terbagi menjadi:
a)      Perasaan pendorong: yakni rasa gembira, harapan hasrat yang besar dan seumpamanya.
b)      Perasaan penahan: yakni rasa takut (berbuat kejahatan), ras sedih (berbuat kedzaliman), dan seumpamanya.
c)      Perasaan kekaguman: yakni rasa hormat dan kagum, rasa cinta, rasa bakti dan pengabdian, dal lain sebagainya.
Menurut Muhammad Quth dalam bukunya “ Minhajut Tarbiyah Islamiyah” menyatakan bahwa teknik atau metode Pendidikan Islam itu ada 8 macam, yakni:
1.      Pendidikan melalui teladan
2.      Pendidikan melalui nasihat
3.      Pendidikan melalui hukuman
4.      Pendidikan melalui ceritera
5.      Pendidikan melalui kebiasaan
6.      Menyalurkan kekuatan
7.      Mengisi kekosongan
8.      Pendidikan melalui peristiwa-peristiwa

D.    Metode pembelajaran dalam pendidikan Islam
1.      Metode pembelajaran di kalangan anak-anak
a.       Metode pmbelajaran Al-Quran, syair dan sajak
Pada periode awal anak sebelum belajar menulis dan membaca, anak diakjarkan untuk menghafal surat-surat pendek yang ada dari Al-Quran. Dalam metode pembelajaran ini dipentngkan penghafalannya bukan pengertiannya. Hal ini dilakuakn dengan alasan belajar diwaktu dini untuk medapatkan berkah dari Allah SWT dan penanaman jiwa keagamaan.[4]
2.      Metode pembelajaran akhlak
Islam memandang akhlak sangat penting dalam kehidupan bahkan Islam menegaskan pula akhlak merupakan misinya yang utama.
Rasulullah bersabda:
انمابعثت لاتمم مكارم الاخلق
Artinya: “sesungguhnya saya diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak umat manusia.”

3.      Metode pembelajaran di tingkat tinggi
Pendidikan ditinglat tinggi suda beda lagi dengan pendidikan ditingkat anak-anak, karena disini peserta didik umumnya sudah menginjak usia dewasa. Metreka memiliki minat yang tinggi untuk belajar. Dan pada saat pembelajaran ini banyak cara dan aat yang digunakan untuk media penyaluran ilmunya. Dan disini peserta didik bebas berkreasi dengan caranya sendiri, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan yang ada pada dalam dirinya untuk dikembangkan.
Imam Az Zarnuji menasihatkan agar seseorang gampang menghafalkan ilmu harus memenuhi aturan, yakni sebagai berikut:
1.      Senantiasa mengulang hafalannya dan berusaha mengurangi makanan dan sesuatu yang mengeluarkan dahak, sembahyang di waktu malam dan membaca Al-Qur’an.
2.      Senantiasa membersihlan gigi, minum madu dan memakan 21 biji anggur kering setiap hari sebelum makan yang lain.
3.      Menjauhkan diri dari maksiat dan dosa, serta kegundahan, membaca batu-batu kuburan dan berjalan di antara iring-iringan unta dan membersihkannya dari kutu-kutu.[5]

Adapun metode pembelajaran di tingkat tinggi yang antara lainnya:
1.      Sistem muhadarah atau kuliah
Sistem ini diberikan dengan cara memberikan pokok-pokok pikiran terlebih dahulu, baru kemudian perincian mengenai pokok-pokok itu. Kepada mahasiswa pertama-tama diberikan ide-ide pokok mengenai persoalan setelah itui beralih pada keterangan-keterangan terperinci mengenai setiap point dalam pelajaran. Cara-cara di perguruan tinggi selalu berbeda-beda dalam melaksanakan metode pembelajarannya.[6]
Seseorang yang tidak berilmu juga dapat di ibaratkan sebagai tanah yang tak dapat menumbuhkan tanaman. Hal ini merupakan perumpamaan orang yang jiwa dan hatinya tak dapat memanfaatkan wahyu dan sunnah Nabi, baik me,iliki pengetahuan untuk dorinya sendiri maupun untuk dibagiakn untuk disampaikan kepada orang lain.[7]



[1] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam(IPI) (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), 136.
[2] Ibid., 137.
[3] Ibid., 138.
[4] Ibid., 161-162.
[5] Az-Zarmuji, Ta’lim Muta’alim (diterjemahkan oleh Drs. Ali As’ad), 1978, 80.
[6]Uhbiyati, Ilmu Pendidikan., 176.
[7] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi (Yogyakarta: Teras,2008), 149.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Manfaat