Selasa, 26 Desember 2017

MAKALAH PERENCANAAN INSTRUKSIONAL DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN "Psikologi Pendidikan"



PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
     Sering dikatakan bahwa jika orang gagal membuat rencana, maka dia merencanakan kegagalan. Banyak orang sukses menghubungkan prestasi mereka dengan perencanaan yang efektif. Jadi, di dalam pembelajaran dibutuhkan perencanaan yang matang untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Adanya rencana di dalam pembelajaran jauh lebih baik dan efektif daripada tidak adanya rencana di dalam pembelajaran, menjadikan guru lebih percaya diri untuk mengajar anak didiknya tentang materi yang diajarkan.
Pada zaman modern ini teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Misal dalam bidang pendidikan, teknologi informasi  memiliki peran sangat penting dalam proses belajar mengajar yakni melalui teknologi informasi berbagai informasi atau ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengah mudah. Misal ketika kita mencari sesuatu yang tidak pernah diketahui sebelumnya, maka kita hanya perlu membuka aplikasi Google.
Nah, pada kesempatan ini, penulis akan membahas materi terkait “ Perencanaan Instruksional dan Teknologi Pendidikan”.
B. Rumusan Masalah
                  1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Perencanaan Instruksional beserta macam-macamnya dan strateginya?
                  2. Apa maksud dari instruksi langsung?
                  3. Bagaimana teknologi pendidikan?
C. Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian dari Perencanaan Instruksional
2.    Untuk mengetahui strategi Perencanaan Instruksional
3.    Untuk mengetahui penggunaan media teknologi dalam pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN
A.           Perancanaan Instruksional
Perencanaan merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah pembelajaran untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif. Perencanaan ini dapat  dirancang oleh guru maupun  murid.
Perencanaan Instruksional adalah pengembangan atau penyusunan strategi dan tertata untuk merencanakan sebuah pelajaran. Guru perlu menentukan seperti apa dan bagiamana mereka akan mengajar. Walaupun beberapa momen instruksional yang baik kadang terjadi spontan, pelajaran masih harus tetap direncanakan dengan cermat.[1]

B.            Macam-macam Perencanaan Instruksional
1.      Perencanaan Intraksional Teacher-Centered
Perencanaan ini berpusat pada guru. Guru berperan banyak dalam proses pembelajaran yaitu merencanakan proses pembelajaran.
Dalam merencanakan proses pembelajaran guru menggunakan 3 alat, antara lain:
a)        Menciptakan Sasaran Behavioral
Merupakan pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa sasaran behavioral harus mengandung 3 bagian:
·       Perilaku murid. hal ini fokus pada apa yang akan       dipelajari atau dilakukan murid.
·       Kondisi di mana perilaku terjadi. Hal ini menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi aau dites.
·       Kriteria kinerja. Hal ini menentukan level kinerja yang dapat diterima.Misalnya: Guru mungkin menyusun sasaran behavioral berdasarkan gagasan bahwa murid akan menulis Arab (perilaku murid). Guru berencana untuk memberi murid tes tulis terkait  topik ini (kondisi di mana perilaku akan terjadi). Dan, guru menentukan bahwa jika murid menulis Arab dengan baik, maka ia sudah memenuhi kriteria kerja (kriteria kerja).
b)       Menganalisis tugas
Alat ini difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen (Alberto & Troutman, 1999). Analisis ini dapat melalui 3 langkah dasar (Moyer & Dardig, 1978):
·       Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
·       Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator dll.
·       Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.
c)        Menyusun Taksonomi Instruksional
Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi Bloom dikembangkan oleh Benjamin Bloom dan kawan-kawannya (1956). Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi 3 domain: kognitif, afektif, dan psikomotor.
·       Domain Kognitif, taksonomi kognitif Bloom mengandung enam sasaran (Bloom dkk., 1956): Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, Evaluasi
·       Domain Afektif, taksonomi afektif terdiri dari lima sasaran yang berhubungan dengan respon emosional terhadap tugas (Krathwohl, Bloom, & Masia., 1964): Penerimaan, Respons, Menghargai, Pengoorganisasian, Menghargai karakterisasi.
·       Domain Psikomotor, sasaran Psikimotor menurut Bloom adalah: Gerak refleks, Gerak fundamental dasar, Kemampuan perseptual, Kemampuan fisik, Gerakan terlatih, Perilaku nondiskusif. [2]
2.      Perencanaan Instruksional Learned-Centered
Perencanaan ini berpusat pada murid. Murid berperan dalam proses pembelajaran yaitu merencanakan proses pembelajaran. Dalam sebuah studi, persepsi murid terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid.
Meningkatnya minat terhadap prinsip Learned-Centered dalam perencanaan dan instruksi ini telah menghasilkan satu set pedoman yang diberi judul lerner-Centered Psychological Principles: A Framework for school Reform and Redesign. Pedoman ini disusun dan direvisi secara periodik oleh sekelompok ilmuwan dan pendidik ternama dari berbagai bidang ilmu. Prinsip-prinsip ini mengandung implikasi penting bagi cara guru merancang dan mengajar, karena prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada riset tentang cara belajar paling efektif bagi murid.
Learner-Centered Principles Work Group (1997) percaya bahwa selama dekade yang lalu riset psikologi yang relevan dengan pendidikan telah memberikan banyak informasi dan meningkatkan pemahaman kita tentang aspek kognitif, emosional dan kontekstual dari pembelajaran. Kelompok kerja ini menyatakan bahwa prinsip psikologi lerner-centered yang mereka usulkan telah didukung secara luas dan semakin banyak diadopsi di banyak kelas. Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Menurut kelompok kerja ini, pendidikan akan lebih baik apabila fokus utamanya adalah para orang yang belajar (learner).
Prinsip lerner-centered yang dikembangkan oleh gugus tugas American Psychological Association (APA) dapat diklasifikasikan berdasarkan empat faktor: kognitif dan metakognitif, motivasional dan emosional, perkembangan dan sosial, dan perbedaan individual.
a)   Faktor Kognitif dan Metakognitif
Ada enam prinsip, yakni sifat proses pembelajaran,tujuan proses pembelajaran, konstruksi pengetahuan, pemikiran strategis, metakognisi dan konteks pembelajaran.
·            Sifat proses pembelajaran. Pembelajaran subjek materi yang kompleks akan sangat efektif jika dilakukan dengan melalui proses pengkonstruksian makna dari informasi dan pengalaman. Pelajar yang sukses adalah pelajar yang aktif,punya tujuan dan mampu mengatur diri sendiri, Mereka mau bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri.
·                Tujuan proses pembelajaran, Pelajar yang sukses dengan bantuan dan pedoman instruksional,dapat menciptakan representasi  pengetahuan yang bermakna dan koheren. Murid perlu menciptakan dan mengejar tujuan yang relevan secara personal yang bisa menyukseskan si pelajar.
·                Konstruksi Pengetahuan. Pelajar yang sukses bisa menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan cara mengandung makna tertentu, Pengetahuan akan bertambah luas dan makin mendalam jika murid terus membangun hubungan antara informasi baru dengan pengalaman dalam pengetahuan mereka yang sudah ada.
·                Pemikiran Strategis, Pelajar yang sukses dapat menciptakan dan menggunakan berbagai strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
·                Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi), Pelajar yang sukses adalah pelajar metakognitif, mereka merenungkan cara belajar dan berpikir menentukan tujuan pembelajaran yang reasonable, memilih strategi yang tepat dan memantau kemajuan mereka menuju tujuan pembelajaran.
·                Konteks Pembelajaran, Pembelajaran tidak terjadi di ruang hampa, Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti kultur, teknologi dan praktik instruksional.

b)   Faktor Motivasi dan Emosional
·            Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran.
Keyakinan dan ekspektasi pelajar dapat memperkuat atau melemahkan kualitas pemikiran dan pemrosesan informasi pelajar, Emosi positif seperti rasa ingin tahu,biasanya akan membantu memperlancar proses belajar.
·            Motivasi instrinsik untuk belajar. Motivasi instrinsik adalah motivasi dari diri sendiri (self-determined), Rasa ingin tahu, pemikiran mendalam dan kreativitas adalah indikator yang baik dari motivasi instrinsik murid untuk belajar, Motivasi instrinsik dapat menguat jika anak menganggap tugas sebagai sesuatu yang menarik,relevan secara personal, bermakna dan pada level yang sesuai dengan kemampuan murid sehingga mereka beranggapan dapat berhasil dalam menyelesaikan tugas itu.
·            Efek motivasi terhadap usaha, Usaha adalah aspek penting dari motivasi untk belajar, Pembelajaran yang efektif membutuhkan banyak waktu, energi dan ketekunan. Pembelajaran murid akan membaik jika guru mendorong usaha dan ketekunan murid pada tugas.
c) Faktor Sosial dan Developmental
·       Pengaruh perkembangan pada pembelajaran. Individu akan belajar dengan baik apabila pembelajarannya sesuai dengan tingkat perkembangan anak, Karena perkembangan fisik,kognitif dan domain sosiemosional individu itu bervariasi,maka prestasi dalam domain ini juga bervariasi.
·       Pengaruh sosial terhadap pembelajaran. Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial,hubungan interpersonal dan komunikasi dengan orang lain.
d)   Faktor Perbedaan Individual
Tiga prinsip learner-centered terakhir adalah fokus individual pada pembelajaran, diversitas, serta standar dan penilaian.
·       Perbedaan individual dalam pembelajaran, anak punya strategi yang berbeda, pendekatan berbeda dan kemampuan berbeda untuk belajar, perbedaan ini adalah akibat dari pengalaman dan hereditas (heredity).
·       Pembelajaran dan diversitas. Pembelajaran akan lebih efektif jika perbedaan bahasa,kultural, dan latar belakang sosial murid ikut dipertimbangkan, Prinsip dasar yang sama dari pembelajaran,motivasi,dan instruksi berlaku untuk semua anak, akan tetapi bahasa, etnis, dan status sosioekonomi dapat memengaruhi pembelajaran anak.
·       Standar dan Penilaian, Menentukan standar yang tinggi dan menantang dan menilai kemajuan pembelajaran dan siswa adalah bagian integral dari proses pembelajaran, Pembelajaran yang efektif terjadi ketika murid ditantang untuk bekerja meraih tujuan yang tinggi dan tepat. [3]


3.    Instruksi Langsung
Instruksi langsung adalah pendekatan teacher-centered yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan control guru, ekspetasi guru yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid. Tujuan penting dari instruksi langsung adalah memaksimalkan waktu belajar murid (Stevenson, 2009). Waktu yang dipakai murid pada tugas-tugas akademik di kelas dinamakan waktu pembelajaran akademik. Pembelajaran membutuhkan waktu, semakin banyak waktu pembelajaran murid, semakin besar kemungkinan mereka mempelajari materi dan meraih standar tinggi.

4.    Strategi dalam Perencanaan Instruksional Teacher-Centered
Banyak strategi teacher-centered merefleksikan intruksi langsung:
1)      Mengorientasikan. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, susunlah kerangka pelajaran dan orientasikan murid ke materi baru tersebut (Joyce & Weil., 1996)
2)       Advance Organizer dibagi menjadi dua yaitu:
a.      Expository advance organizer adalah memberi murid pengetahuan baru yang akan mengorientasikan mereka ke pelajaran yang akan datang.
b.     Comparative advance organizer  adalah memperkenalkan materi baru dengan mengaitkannya dengan apa yang sudah diketahui murid.
3)       Pengajaran, penjelasan dan demonstrasi. Pengajaran dengan paparan atau ceramah (lecturing), penjelasan demonstrasi adalah aktifitas yang biasa dilakukan guru dalam pendekatan instruksi langsung.
4)         Pertanyaan dan diskusi. Dalam menggunakan strategi ini, adalah penting untuk merespons setiap kebutuhan pembelajaran murid sembari menjaga minat dan perhatian kelompok dan untuk mendistribusikan partisipasi luas sembari mempertahankan semangat belajar.
5)         Mastery Learning (pembelajaran penguasaan materi) adalah pembelajaran satu konsep atau topik  secara menyeluruh sebelum pindah ke topik yang lebih sulit.
6)         Seatwork adalah menyuruh semua  murid atau sebagian besar murid untuk belajar sendiri-sendiri di bangku mereka.
7)         Pekerjaan rumah. keputusan instruksional penting lainnya adalah seberapa banyak dan apa jenis pekerjaan rumah yang harus diberikan kepada murid.[4]
5.    Strategi dalam Perencanaan Instruksional Learned-Centered
Adapun beberapa strategi dalam Perencanaan Instruksional Learned-Centered, antara lain:
1) Pembelajaran Berbasis Problem
Menekankan pada pemecahan problem kehidupan nyata. Kurikulum berbasis problem akan memberi problrm riil kepada murid, yakni problem yang muncul dalam kehidupan sehari-harinyan (Jones, Rasmussen, & Moffitt, 1997).
2)  Pertanyaan Esensial
Pertanyaan yang merefleksikan inti dari kurikulum, hal paling penting yang harus dieksplorasi dan dipelajari oleh murid (Jacobs, 1997).
3) Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Pembelajaran di mana murid menyusun pemahaman sendiri. Pendidik John Dewey (1933) dan psikolog kognitif Jerome Bruner (1966) mempromosikan konsep pembelajaran penemuan dengan mendorong guru untuk memberi murid kesempatan belajar sendiri. Menurut mereka, pembelajaran penemuan mendorong murid untuk berfikir sendiri dan menemukan cara menyusun dan mendapat pengetahuan.[5]

6.    Teknologi Pendidikan
Segala bentuk teknologi yang berkaitan atau digunakan untuk keperluan pendidikan, ada tiga jenis umum penerapan teknologi dalam pendidikan. pertama, guru menggunakan teknologi dalam pengajaran mereka di ruang kelas. kedua, guru menggunakan teknologi untuk meneliti, melatih dan menyiapkan makalah dan presentasi. ketiga, guru dan pengurus menggunakan teknologi untuk mengerjakan tugas-tugas administratif yang terkait dengan profesi mereka. adapun program-program komputer yang dapat membantu dalam pendidikan seperti spreadsheet, basis data, hiperteks dan hipermedia dsb. dimana internet juga berperan penting dalam membantu pendidikan seperti surat elektronik, konferensi, listerv, chat room dan konferensi video untuk menghubungkan siswa dengan orang lain. Melalui interaksi ini , diharapkan siswa dapat melihat dari sudut pandang yang berbeda sehingga menimbulkan pemikiran-pemikiran baru yang lebih kritis.[6]
Asmani (2011: 145-149) menyatakan bahwa pemanfaatan Teknologi Informasi dalam bidang pendidikan meliputi:
·            Berbagi hasil penelitian
·            Konsultasi dengan pakar
·            Perpustakaan online
·            Diskusi online
·            Kelas online[7]





















BAB III
PENUTUP
A.            KESIMPULAN
Perencanaan instruksional sangat penting dalam pembelajaran karena ini dapat mendukung pembelajaran secara efektif baik dari guru maupun murid,  dimana dalam pembuatan perencanaan guru juga memerlukan teknologi sebagai pembantu pembelajaran. Sehingga menjadikan teknologi ikut andil dalam proses pembelajaran.






























DAFTAR PUSTAKA


Santrock, John W. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. 2007.
Samosir, Marianto. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Permata Puri Media. 2006.
Subarjo, Abdul Haris.“Pemanfaatan Teknologi informasi untuk  Pendidikan: Kajian pada Mata Kuliah Kewarganegaraan”. Edisi Mei 2015/ Vol VII. No 1.


[1] John W. Santrock, PSIKOLOGI PENDIDIKAN Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2007), 463-464.
[2] Ibid., 467-470.
[3] Ibid., 483-487.
[4]  Ibid., 472-478.
[5]  Ibid., 488-490.
[6]Marianto Samosir, psikologi pendidikan teori dan praktik ( Jakarta: Permata Puri Media, 2006), 73.
[7] Abdul Haris Subarjo, “Pemanfaatan Teknologi informasi untuk  Pendidikan: Kajian pada Mata Kuliah Kewarganegaraan”, (Yogyakarta: Mei 2015),Vol VII, No 1, 50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Manfaat