BAB II
Pembahasan
A. Pengertian metode dan alat pendidikan Islam
Metode berasal dari bahasa Latin “meta”
yang berarti melalui dan“hodos” yang berarti jalan atau ke atau
cara ke. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqah” artinya jalan,
cara, sistem, atau ketertiban dalam menjalankan sesuatu. Sedangkan
menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu
cita-cita.[1]
Jadi metode pendidikan Islam yakni jalan atau cara yang dapat
ditempuh untuk menyapaikan materi pendidikan kepada anak didik agar jadi
kepribadian muslim.
Dan alat pendidikan Islam yakni segala
sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, maka alat ini mencakup
apa saja yang dapat digunakan termasuk didalamnya metode pendidikan Islam.
Metode dan alat pendidikan Islam adalah
cara dan segala apa saja yang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing
anak didik dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi manusia berkepribadian
baik. Oleh karena itu, metode dan alat pendidikan haruslah searah dengan
Al-Qur’an dan As-Sunnah atau dengan kat lin tidak bertentangan dengan Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
B. Pentingnya metode dan alat pendidikan Islam
Metode dan alat pendidikan Islam mempunyai
peranan penting sebab hal itu merupakan jembatan yang penghubungkan pendidik
dengan peserta didik menuju ke tujuan pendidikan Islam yakni terbentuknya
kepribadian muslim.
Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan
itu dipengaruhi dan tergantung oleh seluruh faktor yang mendukung pelaksanaan
pendidikan Islam ini. Apabila ada masalah atau kendala yang menghalangi dan
menimbulkan masalah maka kita harus segera dan secepat mungkin menyelesaikannya
agar tidak terjadi kekeliruan yang fatal, katena ini menyangkut masalah agama.
Kita juga harus pandai dalam merinci dan
mengklasifikasikan metode pendidikan Islam yang lebih kecil dan terperinci
lagi. karena metode itu sangat penting maka Rasulullah menganjurkan kemampuan
dan perkembangan anak didik.[2]
Rasulullah SAW bersabda:
نحن
معا شرالانبياءامرناان انزل الناس منازلهم ونكلمهم علي قدرعقولهم
Artinya: “Kamu para Nabi, diperintahkan
untuk menempatkan seseorang pada posisinya, berbicara kepada mereka sesuai
dengan kemampuan akalnya.”
Jadi dapat ditarik kesimpualan bahwasannya
pendidik dalam menyampaikan materi dan bahan pendidkan Islam kepada anak
didiknya harus benar-benar disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak
didiknya, kita tidak boleh mementingkan materi atau bahan dengan mengorbankan
anak didik kita.
Nah, kita sebagai pendidik juga harus
berusaha bagaimana caranyan agar materi tersebut sampai kepada peserta didik
kita dengan cara semenarik mungkin, dan pada akhirnya mereka memahami akan
dapat memahami dan tercapailah suatu
keberhasilan dalam pendidikan.
C. Jenis-jenis metode dan alat pendidikan Islam
Pada dasarnya Islam tidak menggariskan
secara jelas mengenai metode pendidikan Islam, hal tersebut karena diserahkan
kepada manusia itu sendiri untuk memilih metode mana yang cocok dan tepat untuk
diterapkan dan digunakan. Karena manusia sendirilah yang dapat mengetahui
seberapa besar kemampuannya dan apa yang mereka butuhkan dala menjalani
hidupnya.
Islam menjelaskan bahwa ajaran dalam kitab
suci Al-Qur’an ada dua macam yakni yang
sudah jelas nasnya dan yang belum jelas nasnya. Maka dari itu, manusia
menyikapinya juga dapat dengan mudah. Pada yang sudah jelas nasnya kita tinggal
melaksanakannya. Sedangkan yang belum jelas nasnya maka kita punya tugas untuk
mengkaji, meneliti, dan berusaha untuk memecahkannya.[3]
Berkenaan dengan masalah tersebut
Rasulullah SAW bersabda: “jika ada urusan agamamu, serahkanlah ia padaku.
Jika ada urusan keduniawianmu, maka kamu akan mengetahui akan urusan duniamu
itu.”
Prinsip-prinsip lainlain yang dapat
dijadikan dasar dalam pengembangan atau penggalian kesejahteraan hidup manusia
di dunia yaitu sabda Rasul :
يسراولاتعشراوبشراولاتفراوتطاوعاولاتختلفا
Artinya: “Mudahkanlah, janganlah kau
persulit, berilah kabar-kabar yang menggembirakan dan jangan sekali-kali engkau
memberikan kabar yang menyusahkan sehingga mereka lari menjauh dari dirimu,
saling taatlah kamu dan janganlah berselisih yang dapat merenggangkan kamu. ”
Dari hadits di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan untuk kesejahteraan hidup manusia
termasuk didalamnya penyelenggaraan (metode) pendidikan Islam harus mendasarkan
kepada prinsip:
a. Memudahkan dan tidak mempersulit.
b. Menggembirakan dan tidak menyusahkan.
c. Dalam memutuskan sesuatu hendaknya selalu memiliki kesatuan
pandangan dan tidak berselisih paham yang dapat membawa pertentangan bahkan
pertengkaran.
Dari
kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh umat Islam selama ini di bidang
pendidikan Islam ternayata mereka telah melaksanakan berbagai kegiatan antara
lain:
1. Mendidik dengan cara memberikan kebebasan kepada anak didik
sesuai dengan kebutuhan.
2. Mendidik anak dengan pendekatan perasaan dan akal pikiran.
3. Mendidik anak secara informal.
4. Mendidik secara formal.
Ustaz Muhammad Said al Bawythi dalam
bukunya yang berjudul “Al-Manhajut Tarbawi Farid fil Qur’an”, bahwa ada 3 macam
dasar/asas yang dipakai Al-Quran untuk menanamkan pendidikan:
1) Mahkamah aqliyah, yakni mengetuk akal pikiran untuk memecahkan
segala sesuatu.
2) Al-Qisas wat tarikh, yakni menggunakan ceritera-ceritera dan
pengetahuan sejarah.
3) Al-Isarah Al Widaniyah, yakni memberikan perangsang kepada perasaan-perasaan.
Nah perasaan itu terbagi menjadi:
a) Perasaan pendorong: yakni rasa gembira, harapan hasrat yang
besar dan seumpamanya.
b) Perasaan penahan: yakni rasa takut (berbuat kejahatan), ras
sedih (berbuat kedzaliman), dan seumpamanya.
c) Perasaan kekaguman: yakni rasa hormat dan kagum, rasa cinta, rasa
bakti dan pengabdian, dal lain sebagainya.
Menurut
Muhammad Quth dalam bukunya “ Minhajut Tarbiyah Islamiyah” menyatakan bahwa
teknik atau metode Pendidikan Islam itu ada 8 macam, yakni:
1. Pendidikan melalui teladan
2. Pendidikan melalui nasihat
3. Pendidikan melalui hukuman
4. Pendidikan melalui ceritera
5. Pendidikan melalui kebiasaan
6. Menyalurkan kekuatan
7. Mengisi kekosongan
8. Pendidikan melalui peristiwa-peristiwa
D. Metode pembelajaran dalam pendidikan Islam
1. Metode pembelajaran di kalangan anak-anak
a. Metode pmbelajaran Al-Quran, syair dan sajak
Pada periode awal anak sebelum belajar menulis dan membaca,
anak diakjarkan untuk menghafal surat-surat pendek yang ada dari Al-Quran.
Dalam metode pembelajaran ini dipentngkan penghafalannya bukan pengertiannya.
Hal ini dilakuakn dengan alasan belajar diwaktu dini untuk medapatkan berkah
dari Allah SWT dan penanaman jiwa keagamaan.[4]
2. Metode pembelajaran akhlak
Islam memandang akhlak sangat penting dalam kehidupan
bahkan Islam menegaskan pula akhlak merupakan misinya yang utama.
Rasulullah bersabda:
انمابعثت لاتمم
مكارم الاخلق
Artinya: “sesungguhnya saya diutus hanyalah untuk
menyempurnakan akhlak umat manusia.”
3. Metode pembelajaran di tingkat tinggi
Pendidikan ditinglat tinggi suda beda
lagi dengan pendidikan ditingkat anak-anak, karena disini peserta didik umumnya
sudah menginjak usia dewasa. Metreka memiliki minat yang tinggi untuk belajar.
Dan pada saat pembelajaran ini banyak cara dan aat yang digunakan untuk media
penyaluran ilmunya. Dan disini peserta didik bebas berkreasi dengan caranya
sendiri, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan yang ada pada dalam dirinya
untuk dikembangkan.
Imam Az Zarnuji menasihatkan agar
seseorang gampang menghafalkan ilmu harus memenuhi aturan, yakni sebagai
berikut:
1. Senantiasa mengulang hafalannya dan berusaha mengurangi makanan
dan sesuatu yang mengeluarkan dahak, sembahyang di waktu malam dan membaca
Al-Qur’an.
2. Senantiasa membersihlan gigi, minum madu dan memakan 21 biji
anggur kering setiap hari sebelum makan yang lain.
3. Menjauhkan diri dari maksiat dan dosa, serta kegundahan, membaca
batu-batu kuburan dan berjalan di antara iring-iringan unta dan membersihkannya
dari kutu-kutu.[5]
Adapun metode pembelajaran di tingkat
tinggi yang antara lainnya:
1. Sistem muhadarah atau kuliah
Sistem ini diberikan dengan cara
memberikan pokok-pokok pikiran terlebih dahulu, baru kemudian perincian
mengenai pokok-pokok itu. Kepada mahasiswa pertama-tama diberikan ide-ide pokok
mengenai persoalan setelah itui beralih pada keterangan-keterangan terperinci
mengenai setiap point dalam pelajaran. Cara-cara di perguruan tinggi selalu
berbeda-beda dalam melaksanakan metode pembelajarannya.[6]
Seseorang yang tidak berilmu juga dapat
di ibaratkan sebagai tanah yang tak dapat menumbuhkan tanaman. Hal ini
merupakan perumpamaan orang yang jiwa dan hatinya tak dapat memanfaatkan wahyu
dan sunnah Nabi, baik me,iliki pengetahuan untuk dorinya sendiri maupun untuk
dibagiakn untuk disampaikan kepada orang lain.[7]
[1]
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam(IPI) (Bandung: CV Pustaka Setia,
1997), 136.
[2]
Ibid., 137.
[3]
Ibid., 138.
[4]
Ibid., 161-162.
[5]
Az-Zarmuji, Ta’lim Muta’alim (diterjemahkan oleh Drs. Ali As’ad), 1978,
80.
[6]Uhbiyati,
Ilmu Pendidikan., 176.
[7]
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi (Yogyakarta: Teras,2008), 149.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Manfaat