PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering
dikatakan bahwa jika orang gagal membuat rencana, maka dia merencanakan
kegagalan. Banyak orang sukses menghubungkan prestasi mereka dengan perencanaan
yang efektif. Jadi, di dalam pembelajaran dibutuhkan perencanaan yang matang
untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Adanya rencana di dalam pembelajaran
jauh lebih baik dan efektif daripada tidak adanya rencana di dalam
pembelajaran, menjadikan guru lebih percaya diri untuk mengajar anak didiknya
tentang materi yang diajarkan.
Pada zaman modern ini teknologi mengalami perkembangan
yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Misal dalam bidang pendidikan,
teknologi informasi memiliki peran
sangat penting dalam proses belajar mengajar yakni melalui teknologi informasi berbagai
informasi atau ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengah mudah. Misal ketika kita
mencari sesuatu yang tidak pernah diketahui sebelumnya, maka kita hanya perlu
membuka aplikasi Google.
Nah, pada kesempatan ini, penulis akan
membahas materi terkait “ Perencanaan Instruksional dan Teknologi Pendidikan”.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan, apa
yang dimaksud dengan Perencanaan Instruksional beserta macam-macamnya dan
strateginya?
2. Apa maksud dari
instruksi langsung?
3. Bagaimana
teknologi pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Perencanaan Instruksional
2.
Untuk
mengetahui strategi
Perencanaan Instruksional
3. Untuk
mengetahui penggunaan
media teknologi dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perancanaan Instruksional
Perencanaan merupakan salah satu aspek penting
dalam sebuah pembelajaran untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.
Perencanaan ini dapat dirancang oleh
guru maupun murid.
Perencanaan Instruksional adalah pengembangan
atau penyusunan strategi dan tertata untuk merencanakan sebuah pelajaran. Guru
perlu menentukan seperti apa dan bagiamana mereka akan mengajar. Walaupun
beberapa momen instruksional yang baik kadang terjadi spontan, pelajaran masih
harus tetap direncanakan dengan cermat.[1]
B.
Macam-macam Perencanaan Instruksional
1.
Perencanaan Intraksional Teacher-Centered
Perencanaan ini berpusat pada guru.
Guru berperan banyak dalam proses pembelajaran yaitu merencanakan proses
pembelajaran.
Dalam merencanakan proses pembelajaran guru menggunakan
3 alat, antara lain:
a)
Menciptakan Sasaran Behavioral
Merupakan pernyataan tentang perubahan yang
diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager
(1962), sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa sasaran behavioral
harus mengandung 3 bagian:
·
Perilaku murid. hal ini fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
·
Kondisi di mana perilaku terjadi. Hal ini menyatakan bagaimana perilaku akan
dievaluasi aau dites.
·
Kriteria kinerja. Hal ini menentukan level kinerja yang dapat diterima.Misalnya: Guru
mungkin menyusun sasaran behavioral berdasarkan gagasan bahwa murid akan
menulis Arab (perilaku murid). Guru berencana
untuk memberi murid tes tulis terkait
topik ini (kondisi di mana perilaku akan terjadi). Dan, guru menentukan
bahwa jika murid menulis Arab dengan baik, maka ia sudah memenuhi kriteria
kerja (kriteria kerja).
b)
Menganalisis tugas
Alat ini difokuskan pada pemecahan suatu tugas
kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen (Alberto &
Troutman, 1999). Analisis ini dapat melalui 3 langkah dasar (Moyer &
Dardig, 1978):
·
Menentukan keahlian atau konsep yang
diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
·
Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk
melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator dll.
·
Mendaftar semua komponen tugas yang harus
dilakukan.
c)
Menyusun Taksonomi Instruksional
Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi
Bloom dikembangkan oleh Benjamin Bloom dan kawan-kawannya (1956). Taksonomi ini
mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi 3 domain: kognitif, afektif, dan
psikomotor.
·
Domain Kognitif, taksonomi kognitif Bloom mengandung enam
sasaran (Bloom dkk., 1956): Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis,
Sintesis, Evaluasi
·
Domain Afektif, taksonomi afektif terdiri dari lima sasaran
yang berhubungan dengan respon emosional terhadap tugas (Krathwohl, Bloom,
& Masia., 1964): Penerimaan, Respons, Menghargai, Pengoorganisasian,
Menghargai karakterisasi.
·
Domain Psikomotor, sasaran Psikimotor menurut Bloom adalah:
Gerak refleks, Gerak fundamental dasar, Kemampuan perseptual, Kemampuan fisik,
Gerakan terlatih, Perilaku nondiskusif. [2]
2.
Perencanaan Instruksional Learned-Centered
Perencanaan ini berpusat pada murid.
Murid berperan dalam proses pembelajaran yaitu merencanakan proses
pembelajaran. Dalam sebuah studi, persepsi murid terhadap lingkungan
pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan
faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid.
Meningkatnya minat terhadap prinsip Learned-Centered
dalam perencanaan dan instruksi ini telah menghasilkan satu set
pedoman yang diberi judul lerner-Centered Psychological Principles: A Framework
for school Reform and Redesign. Pedoman ini disusun dan direvisi secara
periodik oleh sekelompok ilmuwan dan pendidik ternama dari berbagai bidang
ilmu. Prinsip-prinsip ini mengandung implikasi penting bagi cara guru merancang
dan mengajar, karena prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada riset tentang
cara belajar paling efektif bagi murid.
Learner-Centered Principles Work
Group (1997) percaya bahwa selama dekade yang lalu riset psikologi yang relevan
dengan pendidikan telah memberikan banyak informasi dan meningkatkan pemahaman
kita tentang aspek kognitif, emosional dan kontekstual dari pembelajaran.
Kelompok kerja ini menyatakan bahwa prinsip psikologi lerner-centered yang
mereka usulkan telah didukung secara luas dan semakin banyak diadopsi di banyak
kelas. Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan
reflektif. Menurut kelompok kerja ini, pendidikan akan lebih baik apabila fokus
utamanya adalah para orang yang belajar (learner).
Prinsip lerner-centered yang
dikembangkan oleh gugus tugas American Psychological Association (APA) dapat
diklasifikasikan berdasarkan empat faktor: kognitif dan metakognitif,
motivasional dan emosional, perkembangan dan sosial, dan perbedaan individual.
a) Faktor Kognitif
dan Metakognitif
Ada enam prinsip, yakni sifat proses pembelajaran,tujuan proses
pembelajaran, konstruksi pengetahuan, pemikiran strategis, metakognisi dan
konteks pembelajaran.
·
Sifat proses pembelajaran. Pembelajaran subjek materi yang kompleks akan
sangat efektif jika dilakukan dengan melalui proses pengkonstruksian makna dari
informasi dan pengalaman. Pelajar yang sukses adalah pelajar yang aktif,punya
tujuan dan mampu mengatur diri sendiri, Mereka mau bertanggung jawab terhadap
pembelajaran mereka sendiri.
·
Tujuan proses pembelajaran, Pelajar yang sukses dengan bantuan dan pedoman
instruksional,dapat menciptakan representasi
pengetahuan yang bermakna dan koheren. Murid
perlu menciptakan dan mengejar tujuan yang relevan secara personal yang bisa
menyukseskan si pelajar.
·
Konstruksi
Pengetahuan. Pelajar yang sukses bisa
menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan
cara mengandung makna tertentu, Pengetahuan akan bertambah luas dan makin
mendalam jika murid terus membangun hubungan antara informasi baru dengan
pengalaman dalam pengetahuan mereka yang sudah ada.
·
Pemikiran
Strategis,
Pelajar yang sukses dapat menciptakan dan menggunakan berbagai strategi
pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
·
Memikirkan
tentang pemikiran (metakognisi), Pelajar yang
sukses adalah pelajar metakognitif, mereka merenungkan cara belajar dan
berpikir menentukan tujuan pembelajaran yang reasonable, memilih strategi yang
tepat dan memantau kemajuan mereka menuju tujuan pembelajaran.
·
Konteks
Pembelajaran, Pembelajaran tidak terjadi di
ruang hampa, Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti
kultur, teknologi dan praktik instruksional.
b) Faktor Motivasi
dan Emosional
·
Pengaruh motivasi dan emosi terhadap
pembelajaran.
Keyakinan dan ekspektasi pelajar dapat memperkuat atau melemahkan kualitas
pemikiran dan pemrosesan informasi pelajar, Emosi positif seperti rasa ingin
tahu,biasanya akan membantu memperlancar proses belajar.
·
Motivasi instrinsik untuk belajar. Motivasi instrinsik adalah motivasi dari diri
sendiri (self-determined), Rasa ingin tahu, pemikiran mendalam dan kreativitas
adalah indikator yang baik dari motivasi instrinsik murid untuk belajar,
Motivasi instrinsik dapat menguat jika anak menganggap tugas sebagai sesuatu
yang menarik,relevan secara personal, bermakna dan pada level yang sesuai
dengan kemampuan murid sehingga mereka beranggapan dapat berhasil dalam
menyelesaikan tugas itu.
·
Efek motivasi terhadap usaha, Usaha adalah aspek penting dari motivasi untk
belajar, Pembelajaran yang efektif membutuhkan banyak waktu, energi dan
ketekunan. Pembelajaran murid akan membaik jika guru mendorong usaha dan
ketekunan murid pada tugas.
c) Faktor Sosial
dan Developmental
·
Pengaruh perkembangan pada pembelajaran. Individu akan belajar dengan baik apabila
pembelajarannya sesuai dengan tingkat perkembangan anak, Karena perkembangan
fisik,kognitif dan domain sosiemosional individu itu bervariasi,maka prestasi
dalam domain ini juga bervariasi.
·
Pengaruh sosial terhadap pembelajaran. Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial,hubungan
interpersonal dan komunikasi dengan orang lain.
d)
Faktor Perbedaan Individual
Tiga prinsip learner-centered
terakhir adalah fokus individual pada pembelajaran, diversitas, serta standar
dan penilaian.
·
Perbedaan individual dalam pembelajaran, anak punya strategi yang berbeda, pendekatan
berbeda dan kemampuan berbeda untuk belajar, perbedaan ini adalah akibat dari
pengalaman dan hereditas (heredity).
·
Pembelajaran dan diversitas. Pembelajaran akan lebih efektif jika perbedaan
bahasa,kultural, dan latar belakang sosial murid ikut dipertimbangkan, Prinsip
dasar yang sama dari pembelajaran,motivasi,dan instruksi berlaku untuk semua
anak, akan tetapi bahasa, etnis, dan status sosioekonomi dapat memengaruhi
pembelajaran anak.
·
Standar dan Penilaian, Menentukan standar yang tinggi dan menantang
dan menilai kemajuan pembelajaran dan siswa adalah bagian integral dari proses
pembelajaran, Pembelajaran yang efektif terjadi ketika murid ditantang untuk
bekerja meraih tujuan yang tinggi dan tepat. [3]
3. Instruksi
Langsung
Instruksi langsung adalah pendekatan teacher-centered
yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan control guru, ekspetasi guru
yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid
untuk tugas-tugas akademik dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh
negatif terhadap murid. Tujuan penting dari instruksi langsung adalah
memaksimalkan waktu belajar murid (Stevenson, 2009). Waktu yang dipakai murid
pada tugas-tugas akademik di kelas dinamakan waktu pembelajaran akademik.
Pembelajaran membutuhkan waktu, semakin banyak waktu pembelajaran murid,
semakin besar kemungkinan mereka mempelajari materi dan meraih standar tinggi.
4. Strategi dalam
Perencanaan Instruksional Teacher-Centered
Banyak strategi teacher-centered merefleksikan intruksi langsung:
1) Mengorientasikan. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, susunlah kerangka
pelajaran dan orientasikan murid ke materi baru tersebut (Joyce & Weil.,
1996)
2) Advance Organizer dibagi menjadi
dua yaitu:
a. Expository
advance organizer adalah memberi murid pengetahuan
baru yang akan mengorientasikan mereka ke pelajaran yang akan datang.
b. Comparative
advance organizer
adalah memperkenalkan materi baru dengan mengaitkannya dengan apa yang sudah
diketahui murid.
3)
Pengajaran, penjelasan dan demonstrasi. Pengajaran dengan paparan atau ceramah (lecturing),
penjelasan demonstrasi adalah aktifitas yang biasa dilakukan guru dalam
pendekatan instruksi langsung.
4)
Pertanyaan
dan diskusi. Dalam menggunakan strategi ini, adalah penting untuk merespons setiap
kebutuhan pembelajaran murid sembari menjaga minat dan perhatian kelompok dan
untuk mendistribusikan partisipasi luas sembari mempertahankan semangat
belajar.
5)
Mastery
Learning (pembelajaran
penguasaan materi) adalah pembelajaran satu konsep atau topik secara menyeluruh sebelum pindah ke topik
yang lebih sulit.
6)
Seatwork adalah menyuruh semua murid atau sebagian besar murid untuk belajar
sendiri-sendiri di bangku mereka.
7)
Pekerjaan
rumah. keputusan
instruksional penting lainnya adalah seberapa banyak dan apa jenis pekerjaan
rumah yang harus diberikan kepada murid.[4]
5. Strategi dalam
Perencanaan Instruksional Learned-Centered
Adapun beberapa strategi dalam Perencanaan Instruksional Learned-Centered,
antara lain:
1) Pembelajaran Berbasis Problem
Menekankan pada pemecahan problem kehidupan nyata. Kurikulum berbasis
problem akan memberi problrm riil kepada murid, yakni problem yang muncul dalam
kehidupan sehari-harinyan (Jones, Rasmussen, & Moffitt, 1997).
2) Pertanyaan Esensial
Pertanyaan yang merefleksikan inti dari kurikulum, hal paling penting yang
harus dieksplorasi dan dipelajari oleh murid (Jacobs, 1997).
3) Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Pembelajaran di mana murid menyusun pemahaman sendiri. Pendidik John Dewey
(1933) dan psikolog kognitif Jerome Bruner (1966) mempromosikan konsep
pembelajaran penemuan dengan mendorong guru untuk memberi murid kesempatan
belajar sendiri. Menurut mereka, pembelajaran penemuan mendorong murid untuk
berfikir sendiri dan menemukan cara menyusun dan mendapat pengetahuan.[5]
6. Teknologi Pendidikan
Segala bentuk teknologi yang berkaitan atau
digunakan untuk keperluan pendidikan,
ada tiga jenis umum penerapan teknologi dalam pendidikan. pertama,
guru menggunakan teknologi dalam pengajaran mereka di ruang kelas. kedua, guru menggunakan teknologi untuk meneliti, melatih dan menyiapkan makalah dan presentasi. ketiga, guru dan pengurus menggunakan teknologi untuk mengerjakan tugas-tugas administratif yang terkait dengan profesi mereka. adapun program-program komputer
yang dapat membantu dalam pendidikan seperti spreadsheet, basis data,
hiperteks dan hipermedia dsb.
dimana internet juga berperan penting dalam membantu pendidikan seperti surat elektronik, konferensi, listerv, chat
room dan konferensi video
untuk menghubungkan siswa dengan
orang lain. Melalui interaksi ini , diharapkan siswa dapat melihat dari sudut pandang
yang berbeda sehingga menimbulkan pemikiran-pemikiran baru
yang lebih kritis.[6]
Asmani (2011:
145-149) menyatakan bahwa pemanfaatan Teknologi Informasi dalam bidang
pendidikan meliputi:
·
Berbagi hasil penelitian
·
Konsultasi dengan pakar
·
Perpustakaan online
·
Diskusi online
·
Kelas online[7]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perencanaan instruksional
sangat penting dalam pembelajaran karena ini dapat mendukung pembelajaran secara
efektif baik dari guru maupun murid,
dimana dalam pembuatan perencanaan guru juga memerlukan teknologi sebagai
pembantu pembelajaran. Sehingga menjadikan teknologi ikut andil dalam proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock,
John W. Psikologi
Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. 2007.
Samosir, Marianto. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta:
Permata Puri Media. 2006.
Subarjo,
Abdul Haris.“Pemanfaatan Teknologi informasi untuk Pendidikan: Kajian pada Mata Kuliah Kewarganegaraan”.
Edisi Mei 2015/ Vol VII. No 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Manfaat