PEMBAHASAN
A. Suasana
Tumbuhnya Peradaban Ilmu Pengetahuan Masa Abbasiyah
Perkembangan ilmu pengetahuan yang
terjadi pada masa Bani Abbasiyah ini tidak lepas dari pengaruh dinasti
sebelumnya yakni dinasti Umayyah. Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan
Islam. Pada masa itu umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam
bidang ekonomi, peradaban, dan kekuasaan. Selain itu juga berkembang ilmu
pengetahuan, ditambah dengan banyaknya penerjemah buku-buku dari bahasa asing
ke bahasa Arab. Inilah yang menjadi pemicu lahirnya cendekiawan-cendekiawan
besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu
pengetahuan.[1]
Suasana tumbuhnya peradaban di
Abbasiyah terjadi setelah perluasan wilayah seecara besar-besaran. Faktor yang
paling dominan mendorong suasana itu adalah kebijakan dari Khalifah Abu Ja’far,
bahwa yang menjadi Khalifah harus orang yang mencintai dan dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan. Suasana keilmuan memang diciptakan oleh khalifah dengan
menyediakan segala fasilitas penunjang, lembaga pendidikan dan perpustakaan
dibangun, tempat-tempat istirahat dan mukim disediakan oleh siapa saja yang mau
belajar ilmu pengetahuan. Ulama dari berbagai disiplin ilmu didatangkan untuk
mengajari orang-orang Islam yang belajar.
Kegiatan menulis buku berjalan
dengan pesat, karena pemerintah mewajibkan belajar sambil menuliskan ilmu dalam
kitab. Dalam sejarah, kegiatan menulis ilmu itu berjalan menurut 3 tingkat
yaitu :
a. Tingkat
pertama, mencatat ide-ide atau percakapan dalam satu halaman kertas dituliskan
rangkap dua, asli dan salinan.
b. Tingkat
kedua, merupakan pembukuan ide-ide seupa hadis-hadis dalam satu buku,
hukum-hukum fiqh di satu buku, cerita-cerita sejarah di satu buku dan
seterusnya.
c. Tingkat
ketiga, tingkat penyusunan yang lebih halus dan paling sempurna. Segala yang
sudah dicatat, diatu dan disusun dalam bagian bab-bab tertentu serta berbeda
satu sama yang lainnya.
Tingkat penyusunan peradaban ilmu
semikian berlangsung pada Bani Abbasiyah fase pertama masa kekuasaan 9 khalifah
pertama Abbasiyah. Khalifah-khalifah seperti al-Mansur, Harun al-Rasyid, dan
al-Makmum adalah khalifah-khalifah yang paling disiplin dalam suasana tersebut.[2]
B. Bentuk
Peradaban Hasil Riset dari Para Ahli Beserta Tokohnya
Dari
hasil ijtihad dan riset para ahli ilmu pengetahuan dan ulama atau cendekiawan
muslim, berhasil menemukan berbagai bidang ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Filsafat
Melihat fungsi
Filsafat bagi umat Islam, maka para pakar keilmuan Islam di samping memahami
Filsafat, ia juga seorang ulama yang sangat disegani ke-dalaman ilmunya,
misalnya Imam Al Gazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Thufail. Di samping itu, di antara
mereka ada yang sangat menguasi ilmu-ilmu umum, misalnya kedokteran (Ibnu
Shina). Tokoh-tokoh Filsafat yang ilmu dan pemikirannya sampai kepada kita,
misalnya adalah :
a)
Al Kindi (194 –
260 H / 809 – 873 M), buku karangannya sebanyak 236 judul.
b)
Al Farabi (wafat
tahun 390 H / 916 M dalam usia 80 tahun) – orang Eropa me-nyebutnya dengan Al
Pharabius. Karangannya yang masih tinggal ada 12 judul.
c)
Ibnu Bajah (wafat
tahun 523 H).
d)
Ibnu Thufail
(wafat tahun 581 H). Yaitu Abu Bakar bin Abdul Malik bin Thufail, beliau adalah
salah seorang murid Ibnu Bajah dan termasuk filosof terkenal.[3]
e)
Ibnu Shina atau
Avicena (370 – 428 H/980 – 1037 M), buku karangannya adalah Shafa (18 Jilid)
Najaaat, Qonun, Sadidia (5 jilid), Danes Names, Najmul Hikmah (10 Jilid) dam Al
Qonun Fi At Thib.
f)
Al Gazali (450 –
505 H/1058 – 1101 M), buku karangannya sejumlah 70 jilid, diantaranya adalah Al
Munqidz minadl Dlalal, Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin, Al
Wajiz, Miyazul Ilmu dan Maqosidul Falasifah.
g)
Ibnu Rusyd atau
Avveroes (520 – 595 H/1126 – 1198 M) bukunya antara lain Mabadiul Falasifah,
Kulliyat, Thahafutut Thahafut, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah, Bidayatul
Mujtahid.[4]
2. Kedokteran
Beberapa
perguruan tinggi kedokteran yang cukup terkenal berada di kota Yunde Shapur
(Iran), Harran (Syiria), dan Baghdad. Dan berikut para dokter dan ahli
kedokteran yang terkenal, antara lain:
a) Jabir
bin Hayyan (wafat tahun 161 H/778 M), beliau dianggap sebagai bapak ilmu kimia,
buku karangannya sebanyak 500 judul.
b) Hunain
bin Ishaq (194-264 H/810-878 M), beliau adalah seorang ahli mata yang terkenal
dan banyak menterjemahkan buku-buku bahasa asing.
c) Thabib
bin Qurra (221-228 H/836-901 M)
d) Al-Razi
atau Razes (251-313 H/809-873 M), karangannya yang terkenal adalah bidang
penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin.
3. Matematika
Diantara ahli matematika, yaitu :
a) Umar Al- Farukhan, Beliau seorang Insinyur arsitek
pembangunan kota Baghdad.
b) Al- Khawarizmi, pengarang kitab Al-Gebra (Al jabar) beliau
juga penemu angka Nol (0).
c) Banu Nusa (3 anak Syakir Musa), mereka banyak menulis buku
dan ilmu ukur.
4. Astronomi
Para ahli ilmu astronomi yang terkenal, antara lain :
a) Al Fazari, ia adalah seorang astronom yang menemukan
“Astrolobe” (alat pengukur tinggi dan gerak bintang).
b) Jabir Al Batani, beliau pencipta alat teropong bintang yang
pertama.
c) Abdul Wafak, menemukan jalan ke-3 dari bulan (jalan ke-1 dan
ke-2 ditemukan oleh orang Yunani).
d) Al-Farghoni atau Al-Fragenius.
5. Seni
ukir
Beberapa seniman
ukir yang terkenal yaitu Badr dan Tariff (sekitar tahun 961-976 M), pada saat
itu juga terdapat sekolah khusus seni ukir di Kairo yang bernama sekolah Kairo.
6. Bahasa
dan sastra
Penyair pada masa bani umayyah,
masih kental dengan keaslian warna arabnya, sedangkan sastrawan pada zaman
pemerintahan Bani Abbas, telah melakukan perubahan kekuasaan tersebut. Mereka
telah mampu mengkombinasikannya dengan sesuatu yang bukan berasal dari tradisi
arab. Oleh karena itu wajar kalau kemudian pada masa pemerintahan bani Abbas
banyak bermunculan penyair terkenal, antara lain :
a) Abu Nawas (145-198 H),
b) Abu Tamam (wafat 232 H),
c) Dabal al-Khuza’I (wafat 246 H),
d) Ibnu Rumy (221-283 H),
e) Al-Mutanabby (303-354 H).[5]
C. Pusat
Peradaban Masa Abbasiyah
Bersamaan dengan tumbuhnya
peradaban dengan pesat, maka kota-kota di wilayah Abbasiyah banyak yang tumbuh
berkembang menjadi kota-kota pusat peradaban Islam. Tumbuhnya pusat-pusat
peradaban Islam dapat menarik berbagai bangsa di dunia untuk belajar dari
kota-kota pusat peradaban Islam tersebut, terutama yang paling banyak datang untuk
belajar adalah mahasiswa dari Eropa Inggris dan Prancis.
a. Baghdad
Kota Baghdad dibangun oleh
khalifah ke-2 al-Mansur tahun 136 H. Tujuan al-Mansur membangun kota ini ialah
untuk seteril dari kelompok syiah maupun kelompok Bani Umayyah yang baru saja
dikalahkan. Letaknya di tebing sungai Dajlah. Dari sungai ini jalannya
trasportasi barang dari India, Sind, Cina, Bashra, Ahwaz, Wasit, Mausil, Diar
Bakar dan Diar Rabi’ah. Baghdad dibangun oleh 1000 pekerja dari seluruh wilayah
Islam diawasi oleh arsitek ahli dari eropa yang dibayaar dengan harga mahal
oleh Khalifah al- Mansur.
Di dalam kota Baghdad dibangun
berbagai peradaban seperti istana, masjid, madrasah, kuttab dan perpustakaan,
darul khaliah atau perkampungan khalifah dan fasilitas lainnya. Pada masa Harun
al-Rasyid kota Baghdad dibangun menjadi lebih sempurna, dengan fasilitas
pendidikan, diantaranya berdiri Universitas Nizamiyah dan Perpustakaan Baitul
Hikmah, dilengkapi dengan fasilitas belajar yang lengkap. Pada ahirnya kota
Baghdad menjadi kota yang makmur, maju dan kaya dengan tamadun, ilmu
pengetahuan dan kebaikan serta mendapat perhatian seluruh kaum muslimin dan
terkenal di seluruh dunia. Selanjutnya banyak mahasiswa dari berbagai penjuru
dunia datang untuk belajar di kota Baghdad.
b. Samarra
Diriwayatkan bahwa, asal kata
samarra dari bahasa arab yang artinya siapa yang melihat pasti senang. Kota ini
dibangun di timur sungai Dajlah, sejauh seratus kilometer dari kota Baghdad.
Asalnya dibangun oleh Harun dari sebuah kota tua, khalifah Harun menggali
sebuah sungai yang dekat dengan istana namanya Taqul. Selanjutnya Khalifah
al-Muktasim juga telah membangun sebuah istana yang dihadiahkan kepada
Permaisurinya. Kota itu di bangun karena kota Baghdad semakin sesak dengan
penduduk dan peradaban. Diantara bangunan-bangunan besar yang indah di kota
Samarra ialah mahligai khaliah al-Mutawakkil khalifah ke-10 yang diberi nama
mahligai al-Arus selanjutnya dibangun mahligai-mahligai khalifah berikutnya,
al- Mukhtar dan al-Walid.
c. Karkh
Kota Karkh dibangun oleh khalifah
al-Mansur dengan tujuan sebagai kota bayangan bagi Baghdad sebagai kota pusat
pemerintahan. Kota Baghdad yang sudah penuh sesak dengan berbagai bagunan,
Masjid, istana, madrasah, maktab dan bangunan fasilitas pemerintahan lainnya,
maka khalifah al- Mansur memindahkan pusat-pusat perniagaan dari kota Baghdad
ke kota Karkh. Perniagaan yang dominan adalah perniagaan minyak wangi, tukang-tukang
besi, tukang-tukang kayu, perniagaan-perniagaan pakaian dan senjata, serta
perniagaan bunga, dan perniagaan alat musik.
d. Anhar
(Hasyimiyah)
Kota Anhar adalah kota tua yang
dibangun oleh salah seorang raja Persia yang bergelar Heraklius. Pada saat
Abbasiyah, maka khalifah pertama Abu Abas assafah memperbaiki kota ini dan
mengganti namanya menjadi kota Hasyimiyah. Pada saat al-Mansur menjadi khalifah
kedua, dia merasa tidak aman, karena pernah mendapat ancaman dari lawan
politik, maka khalifah selalu pesimis tinggal di kota ini. Selanjutnya khalifah
al-Mansur merancang untuk mendirikan kota baru yang namanya Baghdad. Meskipun ibu
kota Abbasiyah dipindahkan ke Baghdad di wilayah bekas kekuasaan Romawi timur
yang terkenal dengan Babilonia, akan tetapi Hasyimiyah tetap menjadi salah satu
pusat peradaban Islam Abbasiyah. Selama 4 tahun Abu Abbas menjadi khalifah,
kota ini menjadi pusat ibu kota Abbasiyah. Pada saat perkembangan peradaban
Abbasiyah mengalami masa puncak kejayaan, Hasyimiyah termasuk salah satu
pusatnya pegembangan ilmu pengetahuan.
e. Bukhara
dan Samarkand
Dua kota ini terdapat di wilayah
paling jauh di wilayah perbatasan dengan Mongol. Sejarah berdiri dua kota ini
adalah ketika Iskandar Zulkarnain diperintahkan agar membatasi hegomoni Mongol
mengadakan serangan ke wilayah lain. Iskandar diutus ke wilayah ini yang
sekarang dikenal dengan nama wilayah Tranxoania dan membangun Bukhara Samarkand
menjadi pusat kota bagi komunitas di wilayah ini. dua kota ini masuk ke wilayah
pada masa Abbasiyah berkuasa. Dua kota ini dikembangakan menjadi dua pusat
peradaban besar. Di kota ini lahir ulama-ulama seperti Imam Bukhari dan Imam Samarkandi.
f. Mesir
Mesir sejak dahulu kala telah
berdiri beberapa kota tua yang dalam sejarah Mesir Kuno telah kita kenal beberapa
kota seperi Alexandria, Fustat dan Kahira yang sekarang dikenal dengan nama
Kairo. Pada saat wilayah ini dikuasai Abbasiyah, berdiri beberapa Universitas
dan Masjid, Univesitas al-Azhar dan Masjid Quatul.[6]
D. Pengaruh
Peradaban Islam Terhadap Dunia Barat
Ilmu pengetahuan Islam masuk dan
berkembang di daratan Eropa pada awalnya di wilayah, Toledo, Cordoba dan Sevilla,
kemudian mengalir ke negara-negara Barat lewat para kaum terpelajar Barat.
Mereka menterjemahkan karangan buku-buku dari Islam dalam bahasa Barat.
Diantara pelajar dari Barat antara lain:
1. Abolard
Bath. Berpendidikan Islam dari Toledo kemudian menjadi ahli matematika serta
sebagai filosof Inggris yang terkenal.
2. Mazarabes.
Beliau seorang muslim dan mengubah namanya menjadi Petrus Alphonsi supaya tidak
dicurigai, setelah bekerja sebagai dokter di Istana Raja Inggris Henri I.
Setelah mendapatkan dukungan dari beberapa pihak, kemudian beliau membuka
perguruan tinggi dan mengajarkan pengetahuan Islam. Ia termasuk orang yang
berjasa menyebarkan Islam di Inggris.
3. Archedeacon
Dominico Gundissavi. Dengan meniru Khalifah Al-Makmun, beliau mendirikan
"Bait al-Hikmah" (Badan Penterjemah/House of Wisdom) dari pihak
pemerintah Kristen di Toledo yang waktu itu badan tersebut dipimpin oleh
Raymond. Disana disalinlah buku-buku berbahasa Arab yang belum terbakar.
4. Ibnu
Dawud (seorang Muslim dari bangsa Yahudi). Di Barat ia terkenal dengan nama
Avendeath. Ia menyalin buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin, tentang
Astronomi dan Astrologi.
5. Gerard
Cremona. Lahir di Cremona Itali tahun 1114 M. Kemudian pindah ke Toledo, disana
ia menyalin buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin tentang Ilmu
Filsafat, matematika dan Kedokteran, semuanya berjumlah 80 buah. Menurut
pengakuan para ahli kebudayaan dan ahli ilmu pengetahuan Barat, bahwa peradaban
di negara-negara Barat banyak dipengaruhi oleh peradaban Islam. Berbagai orang
pandai Eropa sekarang merasa bahwa kehidupan Eropa sebenarnya dibelit oleh
kebudayaan Islam di sekelilingnya. Dan untuk melepaskan diri dari kebudayaan
ini adalah sesuatu yang tidak mungkin kerena mereka sendiri telah mengakui
kebudayaan ini adalah kebudayaan sendiri. Pengakuan para ahli dari Barat
tentang pengaruh Islam terhadap dunia
Barat di masa lalu, diantaranya adalah :
a. Prof.
Dr. Charles Singer. "Di Barat Ilmu Tasrih (Anatomi) dan Ilmu Kedokteran
sebenarnya tidak ada, ilmu mengenal penyakit dipergunakan dengan cara yang
bukan-bukan, seperti dengan jengkalan jari, tumbuh-tumbuhan, tukang jual obat
dan takhayul yang dijadikan untuk pengobatan".
b. Para
Orientalis Spanyol. "Buku karangan Ilmu Filsafat buah pikiran ahli
Filsafat Islam yaitu Ibnu Rusyd, Al-Ghazali". Jadi pernyataan tersebut
berarti bahwa filsafat Islam sangat mempengaruhi filsafat Barat.
c. Ibnu
Tumlus (ahli Ilmu Ukur, Ilmu Perbintangan, Ilmu Musik dan Aritmatika), "Orang-orang
Islam telah jauh melampaui kepandaian orang-orang Barat".
d. Dr.
Peter Du Berg. "Pendeta Peter the Venerable berangkat ke Toledo hendak
menyalin Al-Qur’an, tetapi pendeta tersebut takjub ketika melihat Yahudi Islam
sedang menulis di atas benda tipis halus (kertas), kemudian ia membawa
kepandaian umat Islam dalam membuat kertas itu ke Paris".
e. Prof.
H.A.R. Gibb (Maha Guru London University). "Sastra Barat itu berasal dari
sastra Muslimin, tidaklah ada yang mempertengkarkan dan
memperselisihkannya".
f. Prof.
Leo Weiner (sastrawan). "Kontak pengaruh sastra Islam dengan sastra Eropa
dimulai pada abad VII M".
g. Prof.
Kodrad. Dalam bukunya "Ubar den Usprung deermite Literichen
Minnesang" yang diterbitkan di Swiss tahun 1918, menyatakan bahwa Eropa
mendapat sastra dan nyala api peradaban moderen adalah dari Islam".[7]
[1] A. Hasjmi, Sejarah
Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), 210.
[2] Kementerian
Agama, SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM untuk MADRASAH ALIYAH Kelas XI (Jakarta:
Kementerian Agama, 2015), 66-67.
[3] Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press,
1985), 69.
[4] Baitul Izzah,
“PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH”, http://tsabbit-izzati.blogspot.co.id/2009/01/peradaban-islam-pada-masa-bani.html, diakses pada
tanggal 02 Oktober 2017.
[5] Mubarikatin
Najah, “SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM”, http://telaahmateri.blogspot.co.id/2016/06/mubarikatin-najah-sejarah-kebudayaan.html, diakses pada
tanggal 02 Oktober 2017.
[6] Kementerian Agama, SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM untuk MADRASAH
ALIYAH Kelas XI (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), 69-72.
[7] Ibid., 72-73.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Manfaat