Selasa, 31 Oktober 2017

Makalah Metode Pendidikan Islam



 PEMBAHASAN

A.      Pengertian Metode Pendidikan Islam
Metodologi secara bahasa berasal dari Bahasa Yunani yaitu, metodos yang bermakna cara atau jalan, dan dari kata logos yang bermakna ilmu. Makna metodologi secara istilah adalah ilmu menegenai beberapa  cara atau jalan yang ditempuh untuk sampai ketujuan.[1] Sedangkan pengertian metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jadi definisi dari metode memiliki arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Pendidikan atau pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dapat diartikan juga bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang terencana dalam proses belajar mengajar.[2] Sedangkan Pendidikan Islam merupakan usaha yang sistematis untuk membentuk manusia-manusia yang bersikap, berpikir dan bertindak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh Agama Islam untuk keselamatkan dan kebahagiaan hidupnya di dunia maupun di akhirat.[3] Maka metodologi pembelajaran dapat diartikan suatu cara atau jalan sistematis yang ditempuh oleh pendidik dalam menyalurkan pengetahuan pada peserta didik. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metodologi Pendidikan Islam adalah jalan yang dapat ditempuh pendidik untuk memudahkan dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
B.       Macam-Macam Metode Pendidikan Islam.
Pada zaman sekarang berbagai metode pendidikan telah digunakan para pendidik sebagai jalan atau cara yang sistematik agar peserta didik lebih mudah menerima pembelajaran. Sebelum metode Pendidikan Islam banyak digunakan pada saat ini, berbagai metode Pendidikan Islam sudah lebih dulu direalisasikan oleh Rasulallah. Berbagai pembelajaran atau pendidikan tentang Agama Islam sering Rasulallah lakukan pada para sahabat dengan berbagai metode Pendidikan Islam. Macam-macam metode Pendidikan Islam yang pernah Beliau realisasikan utuk memberikan pengajaran pada para sahabat adalah sebagai berikut:
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah ialah cara menyampaikan materi pembelajaran dengan cara penuturan lisan pada peserta didik atau halayak ramai.[4] Karakteristik dari metode ini adalah pendidik lebih aktif memberikan penganjaran kepada peserta didik, sedangkan peserta didik hanya menjadi pendengar yang pasif. Sejak zaman Rasulallah metode ceramah menjadi metode yang pertama kali Beliau lakukan dalam menyampaikan wahyu Allah pada pengikutnya. Salah satu hadits nabi yang menggambarkan bahwa Rasulallah menggunakan metode ceramah adalah hadits tentang menyelamatkan diri dari neraka.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الآيَةُ (وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ) دَعَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قُرَيْشًا فَاجْتَمَعُوا فَعَمَّ وَخَصَّ فَقَالَ «يَا بَنِى كَعْبِ بْنِ لُؤَىٍّ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا بَنِى مُرَّةَ بْنِ كَعْبٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا بَنِى عَبْدِ شَمْسٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا بَنِى عَبْدِ مَنَافٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا بَنِى هَاشِمٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا بَنِى عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا فَاطِمَةُ أَنْقِذِى نَفْسَكِ مِنَ النَّارِ فَإِنِّى لاَ أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا غَيْرَ أَنَّ لَكُمْ رَحِمًا سَأَبُلُّهَا بِبَلاَلِهَا.[5]                         Artinya:
Menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dan Zubair bin Harb, berkata, “menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Abdul Malik ibn ‘Umair, dari Musa ibn Thalhah, dari Abu Hurairah, ia berkata, “ketika diturunkan ayat ini: “Dan peringatkanlah para kerabatmu yang terdekat” (Q.S. Al-Syu’ara: 125), maka Rasulallah SAW memanggil orang-orang Quraisy. Setelah mereka berkumpul, Rasulallah SAW berbicara secara umum dan khusus. Beliau bersabda,”wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Syams, selamatkan diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Manaf, selamatkan diri kalian dari neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkan diri kalian dari neraka! Wahai Fatimah, selamatkan diri kalian dari neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikitpunsiksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan kekeluargaan dengan kalian yang akan aku sambung dengan sungguh-sungguh”. (H.R. Muslim)
 Dalam hadits ini menjelaskan bahwa haruslah umat manusia menyelamatkan diri mereka sendiri dari api neraka, karena Rasulallah tidak dapat menyelamatkan mereka dari siksaan neraka. Beliau hanya mampu menyambungkan ikatan kekeluargaan antara mereka tanpa dapat menyelamatkan mereka dari neraka. Melalui hadits ini dapat terlihat jelas bahwa Rasullah sudah menggunakan metode ceramah sejak dulu.


2.      Metode Tanya Jawab
Pengertian metode tanya jawab adalah cara penyajian dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau dapat juga dari murid kepada guru.[6] Metode ini menyampaikan pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaaan dan peserta didik menjawab, atau sebaliknya peserta didik yang bertanya pada pendidik.[7] Metode tanya jawab juga sudah pernah digunakan Rasulallah untuk memberikan pengajaran, contohnya hadits berikut ini.
حَدَثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ حَدَثَنَا جَرِيْرٌ عَنْ عُمَارَةَ بْنُ الْقَعْقَاعِ بْنُ شَبْرَمَةَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلى الله عَلَيْهِ وَ سَلَم فَقَالَ يَارَسُولُ الله مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ (أُمُّكَ). قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ(ثُمَّ أُمُّكَ).قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ ( ثُمَّ أُمُّكَ ). قَالَ ثُمُّ مَنْ؟ قَالَ ( ثُمَّ أَبُوكَ)[8]              Artinya:
Menceritakan kepada kami Qutaibah bin sa’id, menceritakan kepada kami Jarir dari Umarah bin Qa’qa’ bin Syabramah dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa seorang laiki-laki datang kepada Rasulallah SAW lalu bertanya: “ya Rasulallah, siapa yang paling berhak (pantas) mendapatkan perlakuan baikku?” Rasulallah menjawab “ibumu.” laki-laki itu berkata lagi, “siapa lagi?” Rasulallah menjawab “kemudian ibumu.” laki-laki itu bertanya lagi, “kemudian siapa lagi?” Rasulallah menjawab “ibumu.” laki-laki itu berkata lagi (untuk yang keempat kalinya) “siapa lagi?” Rasulallah menjawab, “sesudah itu ayahmu.”   
        (HR. Al-Bukhari)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa terjadi pembelajaran tanya jawab antara Rasulallah dan seorang laki-laki. Dijelaskan bahwa seorang laki-laki bertanya pada Rasulallah siapakah orang yang lebih berhak atau pantas mendapatkan perlakuan baiknya, maka Rasullah menjawab “ibumu” sebanyak tiga kali dan menjawab “ayahmu” pada pertanyaan yang keempat. Maka dapat disimpulkan bahwa ibu lebih berhak mendapatkan perlakuan baik dari seorang anak. Melalui hadits tersebut Rasulullah telah memberikan pendidikan budi pekerti kepada sahabat dengan menggunakan metode tanya jawab.
3.      Metode Diskusi
Secara bahasa diskusi berasal dari kata bahasa Latin, yaitu “discussus” yang berakar dari kata “dis” (terpisah) dan “cuture” (menggoncangkan atau memukul), jadi secara bahasa “discuture”berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu.[9] Sedangkan secara istilah Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.[10] Metode ini merupakan suatu metode/cara yang dapat digunakan dalam kelompok belajar dengan tujuan memecahkan suatu permasalah dengan pendapat para anggota belajar. Selain itu diskusi juga dapat merangsang peserta didik untuk aktif dalam memecahkan suatu permasalahan. Pada zaman sekarang metode diskusi banyak digunakan karena dapat merangsang siswa lebih aktif dalam berpikir dan berpendapat, padahal metode ini sudah lama digunakan Rasulallah, contohnya adalah hadits berikut ini.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِىُّ بْنُ حُجْرٍ قَالاَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍعَنِ الْعَلاَءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ». قَالُواالْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ».[11]                                                                          
Artinya:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tahukah kalian apa yang dimaksud dengan al-muflis (bangrut)?” Sahabat menjawab “al-muflis dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta benda.”Rasulallah berkata, “Sesungguhnya Al-muflis diantara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat membaawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Selain itu ia juga memfitnah orang lain, menuduh orang lain (berbuat maksiat), memakan harta orang lain (dengan cara tidak halal), menumpahkan darah dan memukul orang lain. Lalu masing-masing kesalahan itu ditebus dengan kebaikan (pahala)nya.setelah kebaikan (pahala)nya habis sebelum permasalahannya terselesaikan, maka dosa orang yang didzalimi itu dilemparkan kepadanya, kemudian ia dilemparkan kedalam neraka.” (HR. Muslim)
Diskusi antara Rasulallah dan sahabat ada yang diawali pertanyaan sahabat pada Rasulallah, ada juga yang diawali dengan pertanyaan Rasulullah pada para sahabat. Kemudian pertanyaan itu berlanjut pada sesi diskusi yang bertujuan menyelesaikan suatu permasalahan. Hadits diatas membuktikan metode diskusi digunakan Rasulallah untuk memberitahu dan menyelesaikan masalah tentang al-muflis.


4.      Metode Demonstrasi
Demonstrasi diambil dari kata “domonstration” yang artinya memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu. Secara terminologi metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana proses yang harus dilalui peserta didik.[12] Dalam mendidik para sahabat Rasulullah salah satunya dengan keteladanan, sebagai contohnya adalah bacaan shalat, kedisiplinan waktu dalam shalat dan masih banyak lagi.[13]
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِى عَائِشَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الطُّهُورُ فَدَعَا بِمَاءٍ فِى إِنَاءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِى أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ وَبِالسَّبَّاحَتَيْنِ بَاطِنَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلاَثًا ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ « هَكَذَا الْوُضُوءُ فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا أَوْ نَقَصَ فَقَدْ أَسَاءَوَظَلَمَ»  أَوْ « ظَلَمَ وَأَسَاءَ».[14]                                                 
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Musa bin Abu Aisyah dari ‘Amru bin Syu’aib dan ayahnya dari kakeknya bahwasanya ada seorang laki-laki datang kepada Raulullah SAW seraya berkata; “Ya Rasulallah, bagaimana cara bersuci? Maka Beliau memerintahkan untuk didatangkan air didalam bejana, lalu Beliau membasuh telapak tangannya tiga kali, kemudian membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh lengannya tiga kali, kemudian mengusap kepalanya lalu memasukkan kedua telunjuknya pada kedua telinganya, dan mengusap bagaian luar kedua telinga dengan kedua ibu jari dan bagian dalam kedua telinga dengan kedua jari telunjuknya, kemudian membasuh kedua kakinya tiga kali tiga kali, kemudian Beliau bersabda:”Beginilah cara berwudhu, barang siapa yang menambah atau mengurangi dari keterangan ini, maka ia telah berbuat kejelekan dan kedzaliman atau kedzaliman dan kejelekan.” (HR. Abu Dawud)
Melalui hadits ini dapat dilihat bahwa Rasulallah telah meggunakan metode demonstrasi dalam mengajarkan cara berwudhu pada para sahabat.
5.       Metode Pembiasaan
Pembiasaan dalam metode pedidikan Islam adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan Agama Islam.[15] Salah satu cara yang ampuh untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah pembiasaan. Melalui pembiasaan kebiasaan baik yang sering dilakukan peserta didik akan mempermudah mereka untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Selain itu cara ini cukup efisien utuk menghilangakan kebiasaan buruk peserta didik dengan pembiasaan yang lebih positif.   

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا سَوَّارُ بْنُ دَاوُدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوا صِبْيَانَكُمْ بِالصَّلَاةِ إِذَا بَلَغُوا سَبْعًا وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا إِذَا بَلَغُوا عَشْرًا وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ. [16]                                      

                         Artinya:
Telah diceritakan kepada kami Waki’ telah diceritakan kepada kami Sawwar bin Dawud dari Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Rasulallah SAW bersabda, “suruhlah anakmu mendirikan shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh tahun. (pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ahmad)
Dalam mengajarkan shalat Rasulallah menganjurkan metode pembiasaan sejak kecil, Beliau bertitah pada para sabat agar membiasakan shalat sejak umur tujuh tahun. Meskipun anak yang berumur tujuh tahun belum berkewajiban shalat, tetapi Rasulallah tetap menyuruh mereka shalat. Hal ini merupakan metode pembelajaran Rasulallah dengan metode pembiasaan, kerena dengan begitu anak-anak akan terbiasa melakukan shalat saat usianya sudah baligh.
Dari pejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan Islam telah dicontohkan Rasulallah pada masa lalu. Dengan metode-metode tersebut dapat memudahkan Rasulallah menyampaikan wahyu dan pengajaran untuk kaum muslimin agar dapat berfikir, bersikap dan bertindak sesuai tuntunan Agama Islam. Metode Pendidikan Islam yang pernah Rasulallah gunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan pembiasaan.

C.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Pendidikan Islam
Berbagai metode pendidikan Islam memang mempermudah para pendidik dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi setiap metode pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut ini adalah ulasan beberapa kelebihan dan Kekurangan metode pendididkan Islam.
1.      Metode Ceramah
Kelebihan:
a.  Lebih ekonomis, praktis dan efektif untuk menyajikan informasi, konsep ilmu, gagasan.
b. Suasana kelas lebih tenang karena semua peserta didik hanya mendengarkan penjelasan dari pendidik.
c.  Meminimalisir tenaga dan waktu, karena dengan waktu singkat peserta didik dapat menerima pengajaran dari pendidik.
d. Melatih pendengaran dan daya tangkap peserta didik sehingga dapat menyimpulakan pembelajaran yang diterima.[17]
Kekurangan:
a.  Pendidik lebih aktif sehingga peserta didik menjadi pasif.
b. Kurang membentuk keterampilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
c.  Pendidik sulit mengukur pemahaman peserta didik tentang materi yang diceramahkan.
d. Cenderung membosankan sehingga dapat mengikis fokus dan perhatian peserta didik, sehingga tidak dapat memahami materi dengan baik.
2.      Metode Tanya Jawab
Kelebihan:
a.  Situasi kelas akan lebih hidup karena peserta didik dapat melontarkan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari hasil pemikirannya.
b. Melatih keberanian peserta didik dalam berpendapat.
c.  Perbedaan pendapat yang timbul dapat menghangatkan proses pembelajaran.
d. Pendidik dapat mengantrol pemahaman peserta didik.
e.  Pertanyaan dapat memusatkan perhatian peserta didik.
f.   Merangsang perkembangan daya pikir peserta didik.[18]
Kekurangan:
a.  Menyita waktu lebih lama dan kurang terkontrol jika banyak pertanyaan yang dilontarkan
b. Bila tanya jawab tidak sesuai materi kemungkinan dapat terjadi penyimpangan perhatian peserta didik.
c.  Pembelajaran kurang terkordinir jika bayak pertanyaan yang belum dapat dijawab dengan tepat.[19]
3.      Metode Diskusi
Kelebihan:
a.  Suasana kelas lebih bergairah, karena perhatian dan pemikiran peserta didik tercurahkan pada permasalahan yang diangkat dalam forum diskusi.
b. Terjalinnya hubungan sosial antar peserta didik, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri, toleransi, demokrasi, berpikir kritis dan sistematis.
c.  Karena peserta didik aktif dalam pembelajaran, maka hasil diskusi dapat dipahami.
d. Adanya kesadaran peserta didik dalam mengikuti dan mematuhi aturan dalam diskusi.
Kekurangan:
a.  Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi.
b. Sulit menentukan hasil yang ingin dicapai.
c.  Peserta didik sulit berpendapat secara ilmiah atau sistematis.[20]
4.      Metode Demonstrasi
Kelebihan:
a.  dapat memusatkan perhatian peserta didik  pada apa yang didemonstrasikan.
b. Memberikan pengalaman praktis, menguatkan ingatan dan keterampilan peserta didik.
c.  Menghindari kesalahan peserta didik dalam mengambil kesimpulan.
Kekurangan:
a.  Persiapan dan pelaksanaan memakan banyak waktu.
b. Harus menggunakan peralatan lengkap agar efektif.
c.  Sukar dilaksanakan jika pese[21]rta didik  belum matang kemampuan dalam melaksanakan.
5.      Metode Pembiasaan
Kelebihan:
a.       Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
b.      Berkaitan dengan aspek lahiriyah dan batiniyah.
c.  Tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam membentuk kepribadian peserta didik.
Kekurangan:
Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan tauladan dalam menanam sebuah nilai pada peserta didik.[22]

Demikian penjelasan tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing metode pembelajaran Islam yang juga pernah diterapkan oleh Rasulallah. Maka dari berbagai penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa setiap metode tidak hanya meliki kelebihan, tetapi juga kekurangan yang berbeda-beda. Meski terdapat kelebihan dan kekurangan, metode pendidikan Islam tetap menjadi cara sistematis yang dapat mempermudah dalam pembelajaran.


PENUTUP

A.    Kesimpulan
Metode memiliki arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan usaha yang sistematis untuk membentuk manusia-manusia yang bersikap, berpikir dan bertindak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh Agama Islam untuk keselamatkan dan kebahagiaan hidupnya di dunia maupun di akhirat. Maka metodologi Pendidikan Islam adalah jalan yang dapat ditempuh pendidik untuk memudahkan dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
Berbagai macam metode pendidikan Islam telah banyak dicontohkan Rasulallah dalam pembalajaran yang dilakukan beliau pada umat. Macam-macam metode pendidikan Islam yang juga pernah diterapkan oleh Rasulallah adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi dan metode pembiasaan. Meskipun setiap metode dapat mempermudah pembelajaran untuk mencapai tujuan, metode pendidikan Islam juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.





[1] Armai Arief, Pengentar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta Selatan: Ciputat Pres, 2002), 87.
[2] Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta, 2011), 107.
[3] Ibid., 88.
[4] Ibid., 135-136.
[5] Muslim, S{ah{i>h{ Muslim, Kita>b Al-i>ma>n, Ba>b Fi> Qauluhu Ta‘a>la> (wa ’Andhir ‘Ashi>rataka Al-’aqrabi>n)

[6] Syaiful Bhari Djamarah dan Aswan Jaini, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 107.
[7] Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), 43.
[8] Bukha>ri>y, S{ah{i>h{ Al-Bukha>ri>y, Kita>b Al-’Adab, Ba>b Man ’Ah{aquna>s Bih{usni Al-S{ah{abati.
[9] Ibid., 145.
[10] Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta, 2011), 112.
[11] Muslim, S{ah{i>h{ Muslim, Kita>b Al-biru wa Al-s{ilah wa Al-’a<dab, Ba>b tah{ri>muz{alam.
[12] Ibid,. 190.
[13] Bukhari Umar, Hadits Tarbawi: Pendidikan dalam Prespektif Hadits (Malang: Amazah, 2015), 109.
[14]Abi>y Da>wud, Sunan Abi>y Da>wud, Kita>b Al-T{aha>rah, Ba>b Al-wud{u>’u Tsulatsa> Tsulatsa>.
[15] Ibid., 110.
[16]Ahmad, Musnad Ahmad, Al-juz’u Al-h{a>di>y ‘Ashara.
[17] Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta, 2011), 111-112.
[18] Ibid., 142-143.
[19] Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), 44.
[20] Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), 37-38.
[21] Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta, 2011), 116-117.
[22] Ibid., 115-116.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Manfaat