Minggu, 29 Oktober 2017

MAKALAH STUDI AL-QUR'AN "MAKKIYAH DAN MADANIYYAH"


MAKALAH STUDI AL-QUR'AN "MAKKIYAH DAN MADANIYYAH"

 
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Studi Al-Quran yang membahas tentang Makkiyah dan Madaniyyah.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami ucapkan ribuan terimakasih kepada para pembiming kami dosen mata kuliah Studi Al-Qur’an dan sahabat-sahabatku tercinta yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Terlepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaruhi makalah kami. Akhir kata kami berharap semoga makalah kami tentang Makkiyah dan Madaniyyah ini dapat memberikan manfaat serta pengetahuan baru.



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Al-Qur’an adalah pedoman bagi umat Islam. Al-Qur’an diturunkan dalam dua periode yakni dari lauhil mahfudh ke baitul izza dan dari baitul izza ke bumi. Pada periode ke dua Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Dalam periode ke dua Al-Qur’an diturunkan dengan latar belakang yang berbeda. Dari keterangan tersebut para ulama terdahulu membaginya menjadi dua jenis, yakni Makiyyah dan Madaniyyah, ditinjau dari segi geografis, lafadz, sasaran dan makna. Adapun beberapa ayat yang diperselisihkan karena ayat tersebut tidak diturunkan di Makkah dan Madinah, melainkan ketika nabi dalam perjalanan antara Makkah dan Madinah.
Demikianlah, akan kita lihat Surah Makkiyah itu penuh dengan ungkapan-ungkapan yang kedengarannya amat keras ditelinga, huruf-hurufnya seolah-olah melontarkan api ancaman dan siksaan, masing-masing sebagai penahan dan pencegah. Yang terpenting dipelajari dalam pembahasan ini ialah: 1).Yang diturunkan di Makkah. 2).Yang diturunkan di Madinah 3).Yang diperselisihkan. 4).Yang diturunkan di perjalanan antara Makkah dan Madinah. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sangat penting mengetahui perbedaan antara Makiyyah dan Madaniyyah. Jadi bisa disimpulkan bahwa dasar betapa pentingnya mengetahui perbedaan dari surah Makkiyah dan Madaniyyah tersebut karena sebagai landasan pengetahuan dan sejarah untuk bisa menjadi muslim yang lebih baik.[1]



B.  Rumusan Masalah

1.    Bagaimana pengertian dari Makkiyah dan Madaniyyah?
2.    Apa manfaat mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah?
3.    Apa perbedaan surah Makkiyah dan surah Madaniyyah?
4.    Apa ciri-ciri dari surah Makkiyahdan Madaniyyah?



C.  Tujuan

1.    Dapat mengetahui pengertian dari Makkiyah dan Madaniyyah.
2.    Dapat mengetahui manfaat dari perbedaan surah Makiyyah dan Madaniyyah.
3.    Dapat membedakan antara surah Makkiyah dan surah Madaniyyah.
4.    Dapat menyebutkan ciri-ciri dari surah Makkiyah dan Madaniyyah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengrtian Makkiyah dan Madaniyyah
Ada beberapa prespektif dalam mendefinisikan terminologi Makkiyah dan Madaniyyah diantaranya adalah: Masa turunnya, objek pembicaraan, tempat turunnya, tempat pembicaraannya.
1. Dari prespektif masa turunnya dapat didefinisikan kedua terminologi  tersebut menjadi sebagai berikut:
a). Makkiyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, meskipun turunnya ayat tersebut bukan di sekitar Makkah
b). Madaniyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah,meskipun turunnya ayat tersebut bukan di sekitar Madinah.
Sebagai contoh, sepertifirman Allah yang berbunyi ;
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي غَيْرَ مَخْمَصَةٍ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“pada hari ini aku telah sempurnakan untukmu agamamu dan Aku cukupkan untukmu nikmat Ku,dan Aku ridho islam sebagai agamamu.”
( QS. Al Maa’idah (5):3)
Ayat yang mulia ini, sebagai mana kita tau termasuk kategori Madaniyyah kendatipun tidak di turunkan di Madinah karena ayat tersebut diturunkan pada peristiwa haji wada’[2]
2. Dari prespektif objek pembicaraannya dapat didefinisikan kedua terminologi tersebut menjadi sebagai berikut:
a). Makkiyah adalah ayat-ayat yang diserukan untuk orang-orang Makkah.
b). Madaniyyah adalah ayat-ayat yang diserukan untuk orang-orang Madinah.

Pendefinisian di atas dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat Al-Qur’an dimulai dengan ungkapan “Yaa ayyuha ala-naas” yang menjadi kriteria Makiyyah, dan ungkapan ”Yaa ayyuha al ladziina”  yang menjadi kriteria Madaniyyah.
Namun tidak selamanya asumsi ini benar. Contoh firman Allah yang berbunyi:
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونٌ
 “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelumkamu, agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah (2): 21).
 Ayat ini dimulai dengan ungkapan “yaa ayyuha ala-naas” tetapi termasuk kategori  Madaniyyah karena ia merupakan salah satu dari surah Al Baqarah yang telah disepakati oleh ulama sebagai surah Madaniyyah.
Contoh lainnya firmanAllah yang berbunyi;
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
 “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”.
(QS. Al Hajj (22): 77)
Ayat ini dimulai dengan ungkapan “ yaa ayyuha al ladziina” tatapi ini ayat ini termasuk kategori Makkiyah.[3]

3. Dari prespektif tempat turunnya dapat didefinisikan kedua termonologi tersebut menjadi sebagai berikut:
a). Makiyyah adalah ayat-ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyyah.
b). Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya seperti Ubud, Quba’, dan Sul’a.
Terdapat cela kelemahan dari pendefinisian diatas sebab terdapat ayat-ayat tertentu yang tidak diturunkan di Makkah, Madinah dan sekitarnya, misalnya QS. At- Taubah (9): 49 diturunkan di Tabuk, dan QS. Az Zuhruf (43): 45 yang diturunkan di perjalanan antara Makkah dan Madinah. Kedua ayat tersebut tidak dapat dikatagorikan kedalam Makiyyah dan Madaniyyah.[4]
4. Dari prespektif tema pembicaraan akan disinggung lebih terinci dalam uraian karakteristik kedua klasifikasi tersebut.
Kendatipun mengunggulkan pendefinisan Makiyyah dan Madaniyyah dari prespektif masa turun, Subhi Sholeh melihat komponen-komponen serupa dalam tiga pendefinisian. Bukti lebih lanjut dari tesis Sholeh bisa dilihat dalam kasus surah Al Mumtahanah (60). Bila dilihat dari tempat turunnya surat ini termasuk Madaniyyah karena diturunkan sesudah peristiwa hijrah. Akan tetapi dalam objek pembicaraannya surat ini termasuk Makiyyah karena menjadi kitab bagi orang-orang Makkah. Oleh sebab itu para sarjana muslim memasukkan surat itu kedalam “Ma nuzila bi Al-Madinah wahukmuhu Makki”. [5]
B.  Cara Mengetahui Makkiyah dan Maddaniyah
Dalam menetapkan mana yang termasuk kategori ayat-ayat Al Qur’an Makkiyah dan Madaniyyah, para sarjana muslim berpegang teguh pada 2 perangkat pendekatan:

1). Pendekatan Transmisi (periwayatan)
Dengan perangkat pendekatan transmisi para sarjana muslim merujuk kepada riwayat-riwayat valid yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang besar kemungkinan menyaksikan turunnya wahyu, atau para generasi tabiin yang saling berjumpa dan mendengar langsung dari para sahabat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan Al-Qur’an, termasuk di dalamnya adalah informasi kronologis Al-Qur’an.
Seperti halnya hadist-hadist Nabi telah terekam dalam kodifikasi tentang hadist, para sarjana muslimpun telah merekam informasi dari para sahabat dan tabiin tentang Makkiyah dan Madaniyyah dalam kitab-kitab tafsir.[6]
2). Metode perbandingan (Qiyas)
Metode perbandingan adalah metode yang mendasarkan pada ciri-ciri khusus yang ada pada surah atau ayat. Berdasarkan metode ini, jika dalam surah Madaniyyah terdapat ayat yang membicarakan tentang peristiwa yang berhubungan dengan kondisi atau keadaan penduduk Makkah, maka ayat tersebut ditetapkan sebagai Makiyyah. Sebaliknya jika dalam surat Makiyyah terdapat ayat yang membicarakan tentang berbagai kebiasaan seperti dalam Madaniyyah atau menjelaskan suatu peristiwa Madaniyyah, maka ditetapkan bahwa ayat itu Madaniyyah.
Sehubungan dengan metode perbandingan ini maka ulama menyatakan bahwa setiap surat yang didalamnya terdapat kisah para Nabi atau umat terahulu, surat tersebut termasuk Makiyyah. Sedangkan setiap surat yang didalamnya terdapat suatu kewajiban syariat maka surat tersebut termasuk Madaniyyah.[7]
C.  Manfaat Mengetahui Makkiyah dan Maddaniyah
Ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dengan mengetahui mana surah Makkiyah dan mana surah Madaniyyah, di antaranya adalah :
1).Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an, turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwahnya dengan segala peristiwanya.[8]
2).  Dapat mengetahui hukum nasikh dan hukum mansukh dalam Al Qur’an.
Apabila ada dua ayat .atau beberapa ayat dalam Al Qur’an yang berada satu tema pembahasan, sedangkan hukum dalamsatu ayat tersebut berbeda dengan hukum pada ayat yang lain. Lalu diketahui bahwa salah satu ayat tersebut adalah Makkiyah sedangkan yang lainnya adalah Madaniyyah, maka kita dapat menetapkan maka ayat Madaniyyah tersebut menjadi nasikh (pengganti) dari ayat Makkiyah tersebut. Karena ayat Madaniyyah diturunkan lebih akhir dari ayat Makkiyah. Dalam kaidah ushul fiqih, ayat yang turun lebih akhir menghapus ayat yang turun terlebih dahulu.
3). Mengetahui dan memehami perkembangan hukum syariat islam dalam membina individu dan masyarakat islam yang lebih baik dari sebelumnya.[9]

D. Perbedaan dan Pembagian Surah Makkiyah dan Madaniyyah
Para ulama mempunyai tiga pandangan yang masing-masing mempunyai dasar sendiri antara lain:
1). Dari segi waktu turunnya
Makkiyah adalah ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Madinah.
2). Dari tempat turunnya
Makkiyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Sedangkan Maddaniyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sektarnya seperti Uhud, Quba, dan Sil.
3). Dari segi sasarannya
Makkiyah adalah yang seruannya ditunjukkan kepada masyarakat Makkah. Sedangkan Maddaniyah adalah yang seruannya ditujukkan kepada masyarakat Madinah.[10]
Pendapat yang paling mendekati kebenaran tentang bilangan surah-surah Makkiyah dam Madaniyyah ialah bahwa Madaniyyah ada dua puluh surah diantaranya adalah:
 1.Al Baqarah  2.Ali ‘imran 3.An Nisa’  4. Al-Maidah   5.Al-Anfal  6.At-Taubah  7.An-Nur   8.Al-Ahzab  9.Muhammad  10.Al-Fath  11.Al-Hujurat  12.An Nasr  13.Al-Hadid 14.Al-Mujadilah 15.Al-Hasyr  16.Al-Mumtahanah  17.Al Munafiqun  18.Al-Jumu'ah  19.At Talaq  20.At Tahrim.
Sedang yang diperselisihkan ada dua belas surah:
1.Al Fatihah  2.Ar Ra’d  3.Ar rahman  4.As Saff   5.At Tagabun  6.At Tafif   7.Al Qadar   8.Al Bayyinah  9.Az Zalzalah  10.Al Ikhlas  11.Al Falaq  12.A Nas.
Selain yang disebutkan di atas adalah Makkiyah, yaitu delapan puluh dua surah. Maka jumlah surah-surah Qur’an itu semuanya seratusempat belas surah.[11]

E.Ciri-Ciri Makkiyah dan Maddaniyah

Para ulama telah menerangkan pula beberapa ketentuan dan ciri-ciri untuk mengetahui antara surah Makkiyah dan Maddaniyah diantaranya adalah:

Ciri-ciri surah Makkiyah
a). Setiap surah Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat lafazh “kalla” (jangan begitu) adalah termasuk surah Makkiyah. lafazh “kalla” ini disebutkan sebanyak 33 kali dan terdapat di dalam15 surah yang semuanya terdapat pada bagian akhir dari Al-qur’an bahwa mayoritas separuh akhir dari Al-qur’an itu turun sebelum hijrah.
Contoh:
ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُون
kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui(QS. Annaba’ (30): 5)
b). Setiap surah yang di dalamnya ada bacaan sajadahnya, maka surah tersebut adalah Makkiyah, seperti surahAn-Najm, Al ‘Alaq dan lain-lain.
Contoh:
إِنَّ ٱلَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِۦ وَيُسَبِّحُونَهُۥ وَلَهُۥ يَسْجُدُونَ
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud(QS. Al-'A`raf (70): 206)
c). Setiap surah yang diawali ataupun dibuka dengan huruf hijaiyah, maka ia adalah Makkiyah, seperti surah Al A’raaf, Yuunus, Huud, Yuusuf, Ibrahim, Al Hijr dan lain sebagainya kecuali dua surah panjang yaitu Al baqarah dan Ali ‘Imraan yang keduanya adalah Madaniyah.
Contoh:
المص
“Alif lam mim shaad” (QS. Yuunus (10): 1)
d). Setiap surah yang berisikan kisah-kisah para nabi, para kaumnya, dan juga umat-umat yang terdahulu adalah Makkiyah, kecualiAl-Baqarah.
Contoh:
فَأَلْقَىٰ مُوسَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ
Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu (QS. Asy Syu’ara’(26): 45)
e). Setiap surah yang menceritakan tentang kisah Nabi Adam dan iblis adalah Makkiyah, kecuali surahAl Baqarah.[12]
Contoh:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"(QS. Al A’raaf (7): 172)

Sementara itu, beberapa ciri-ciri surah Madaniyah di antaranya adalah:
a). Setiap surah yang membahas secara terperinci tentang hukum, ibadah, dan interaksi sesama manusia.
Contoh:
وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. Al Maidah(5): 38)

b). Setiap surah yang menjalaskan secara terperinci tentang jihad dan segala ketentuannya.
Contoh:
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah, Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.S.At-Taubah(9): 41)

c). Setiap surah yang menerangkan secara terperinci tentang orang-orang munafik dan segala sifat, cara-cara, dan tipu dayanya terhadap dakwah Islamiyah.[13]
Contoh:
وَيَقُولُونَ طَاعَةٌ فَإِذَا بَرَزُوا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ غَيْرَ الَّذِي تَقُولُ ۖ وَاللَّهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُونَ ۖ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا
Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami hanyalah) taat". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi.  Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung(QS. An Nisa’(4): 81)
d). Membuat bantahan bagi Ahlul Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani).
Contoh:
وَتَرَىٰ كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. (QS. Al Maidah (5): 62)

e). Terdapat klaimat “orang-orang yang beriman” pada ayat-ayatnya.[14]
Contoh:
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?(QS. As Shaff(61): 2)


 


PENUTUP

KESIMPULAN

            Al-Qur’an dibagi menjadi dua periode pada zaman nabi yakni, Makiyyah dan Madaniyyah. Ayat atau surat Makiyyah cenderung menerangkan tentang tauhid dan Madaniyyah cenderung menerangkan tentang syariat. Hal tersebut dapat diketahui melalui beberapa metode yakni, metode transmisi (periwayatan) dan metode analogi (qiyas). Metode tersebut meninjau dari segi geografis, lafadz, sasaran dan latar belaknag turunnya.
            Ciri-ciri ayat Makiyyah adalah di dalamnya terdapat ayat sajdah, ayat-ayatnya dimulai dengan “kalla”dan seperti yang telah diterangkan diatas, sedangkan ciri-ciri ayat Madaniyyah adalah mengandung ketentuan-ketentuan faroidl dan had, mengandung perdebatan dengan ahli kitab dan sepertiyang telah diterangkan diatas.
            Manfaat mempelajari Makiyyah dan Madaniyyah juga sangat penting bagi kita yakni, untuk mengetahui hukum nasikh dan mansukh, mengetahui perkembangan hukum syariat islam dan seperti yang telah dijelaskan diatas.





DAFTARPUSTAKA
Al-Qaţţān, Mannā’Khalīl, 2014. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Jakarta: PT.Pustaka Litera Antar Nusa.
Anwar, Rosihan, 2007.  Ulumul Qur’an, Cet, 6; Bandung: Pustaka Setia.
Anwar, Rosihan, 2009. Pengantar Ulumul Qur’an, Cet, 1; Bandung: Pustaka Setia.
Herman, Asep, 2013, Ulumul Qur’an, Cet, 2; Bandung: Remaja Rosdakarya..
Supiana, 2002. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Islamika.
Thantowi. Mohammad, 2001. Al-Qur’an wa Lailatul Qadar. Jakarta Selatan: Pustaka Azzam.



[1] Mannā’ Khalīl al-Qaţţān. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: PT.Pustaka Litera Antar Nusa,2014),71-73
[2] Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), 102.
[3] Rosihon Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2009), 116.
[4] Ibid., 103.
[5] Ibid., 104.
[6] Ibid., 105.
[7] Supiana, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), 105.
[8] ,Mannā’ Khalīl al-Qaţţān. Studi Ilmu-ilmu Qur’an(Jakarta: PT. Pustaka Litera  Antar Nusa, 2014), 82.
[9] Moh. Sayyid Thantawi, Al Qur’an wa Lailatul Qodar, (Jakarta Selatan: 2001), 58.
[10] Ibid., 83-85.
[11] Mannā’ Khalīl al-Qaţţān. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: PT.Pustaka Litera Antar Nusa,2014), 74
[12] Ibid., 58-59.
[13]  Moh. Sayyid Thantawi, Al Qur’an wa Lailatul Qodar, (Jakarta Selatan: 2001), 59
[14] Asep Hermawan, Ulumul Qur’an, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 54.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Manfaat