Kamis, 02 November 2017

MAKALAH PRAGMATISME



MAKALAH FILSAFAT UMUM "PRAGMATISME"

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT. Atas limpahan rahmad , taufiq serta hidayah  - Nya yang telah menurunkan agama melalui wahyu yang disampaikan kepada Rasullullah pilihan-Nya, kami  mengucapkan  terima kasih atas kesempatan kali ini yang telah diizinkan untuk membahas materi tentang   dan  dapat menyelesaikan tugas  makalah ini  tepat  pada waktu yang  telah  ditentukan.
                                                                            
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua umumnya yang membaca dan khususnya yang menulis. Semoga kedepannya dapat memperbaiki isi makalah agar menjadi lebih baik.

Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya, saya yakin masih ada kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
                                                    
                                                           





Kediri, 18 Mei 2017





                                                                                                Penyusun

BAB I:PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang Masalah
Pragmatisme timbul akibat dari Pemberontakan melawan sistem idealisme yang terlalu memperdepankan intelektual dan bersifat tertutup. Pragmatisme diperkenalkan pertama kali oleh William James (1842-1910) di Amerika. Empiri Inggris dan Jerman Modern mempengaruhi berdirinya pragmatisme, juga pengalaman sosial bangsa Amerika pada abad XIX dalam perdagangan yang menekankan kerja keras dan kebijakan. Sehingga, pragmatisme menjadi alat untuk menolong manusia dalam hidup sehari-hari.
Pelaksanaan atau praktik hiduplah yang penting dalam aliran pragmatisme, bukan Cuma pendapat atau teori yang bersifat hipotesis. Kebenaran diartikan sebagai hal yang dinamis yang mana kebenaran dibuat sambil berjalan atau melaksanakan konsep hidup, karena kebenaran sifanya dinamis. John Dewey mengambarkan konsep hidup terdapat dua unsur, yaitu kecerdasan atau intelaktual manusia dan pengalaman. Kecerdasan manusia merupakan sesuatu yang bersifat kreatif, sedangkan pengalaman merupakan unsur yang terpokok dalam segala pengetahuan.
oleh karena itu, pentingnya pragmatisme dalam kehidupan manusia. penulis akan sedikit mengulas tentang aliran pragmatisme dari pengertian pragmatisme, teori tentang kebenaran, dan konsep hidup yang di kemukaan oleh filosofi Amerika John Dewey.

B.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian pragmatisme?
2.      Bagaimana pemikiran filosof John Dewey dalam pragmatisme?
3.      Bagaimana kebenaran menurut pragmatisme?
4.      Bagaimana konsep hidup menurut pragmatisme?
C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui pengertian pramatisme.
2.      Untuk mengetahui pemikiran John Dewey dalam Pragmatisme.
3.      Untuk mengetahui kebenaran dan konsep hidup menurut aliran pragmatisme.



BAB II: PEMBAHASAN


A.   Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Di Amerika Serikat Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri di dalam pemikiran filsafati. William James (1842-1910) orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan pragmatisme kepada dunia. Pengangan pragmatisme adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat yang praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi diterimanya, asal bermanfaat, bahkan kebenaran mistis dipandang sebagai berlaku juga, asal kebenaran mistis itu membawa akibat praktis yang bermanfaat (Hadiwijono, 1980:130).
Pragmatisme adalah bagian dari salah satu aliran filsafat. Pragmatisme merupakan salah satu pemberontakan umum dalam melawan sistem idealisme yang terlalu menonjolkan intelektual dan tertutup. Pemberontakan dalam bidang filsafat ini terjadi dalam abad XIX. Pada saat itu, para penganut idealisme mengembangkan pengalaman pikiran subjektif manusia sehingga pengalaman tersebut menjadi prinsip metafisika untuk menjelaskan Kosmos. Bagi penganut idealisme, semua realitas adalah satu susunan, dan realitas tersebut tersusun dari bagian-bagian yang melekat satu sama lain berdasarkan atas hubungan internal yang saling menunjang. Realitas ini sering diinterprestasikan dalam katagori-katagori intelektual tertentu dan abstrak.
Dua aliran filsafat yang sangat mempengaruhi pragmatisme pada awal berdirinya adalah Empiris Inggris dan FIlsafat Jerman Modern. Pada Empiris Inggris, karya-karya yang mempengaruhi pragmatisme ditulis oleh John Stuart Mill, Alexander Bain, dan John Venn. Empirisme Inggris menekankan peran pengalaman dalam terbentuknya pragmatisme adalah George Berkeley, seorang penganut idealisme empirisme. Pengaruh lain yang perlu ditambahkan adalah pengalaman sosial bangsa Amerika pada XIX. Pengaruh tersebut adalah ekspansi industri dan perdagangan yang cepat dan optimisme yang merakyat yang berasal dari teologi puritanisme, terutama yang berhubungan dengan kerja keras dan kebijakan (Suparman, 2003:49-50).
Bagi pragmatisme, filsafat adalah alat untuk menolong manusia dalam hidup sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan mewujudkan dunia teknik. Dalam segalanya itu pelaksanaan atau praktik hiduplah yang penting dan bukan pendapat atau teori yang hipotesis dan sepihak. Untuk menilai bermanfaat tidaknya ilmu pengetahuan, anggapan-anggapan hidup malahan filsafat sendiri pun, perlu diperhatikan segala hasil dan kesimpulan atau akibat yang terjadi atas dasar hipotesis-hipotesis itu. Yang pokok adalah bahwa manusia berbuat dan bukan berfikir. Pikiran atau teori merupakan alat yang “hanya berguna “ untuk memungkinkan timbulnya pengalaman yang semakin ikut mengembangkan hidup manusia dalam praktik pelaksanaanya (Sutrisno, 1993:99)[1]

A.1 Pemikiran John Dewey
John dewey lebih suka menamakan cara pengambaran pragmatisme dengan memakai istilah “istrumentalisme”, untuk memberikan tekanan pada hubungan antara ajarannya dengan teori biologi tentang evolusi. John dewey memandang tiap-tiap organisme dalam keadaan terus-menerus terhadap alam sekitarnya dan memperkembangkan berbagai perabot yang memberikan bantuan dalam perjuagan tersebut. Pikiran berkembang sebagai alat untuk mengadakan eksperimen terhadap alam sekitar ketika organisme yang berupa manusia berusaha untuk menguasai dan memberi bentuk pada alam sekitar tersebut agar terpenuhi kebutuhan tersebut.
Karena itu kecerdasan merupakan sesuatu yang bersifat kreatif, dan pengalaman merupakan unsur terpokok dalam segala pengetahuan. Misalnya, jika kita dihadapkan pada masalah akan belajar atuakah menonton film, maka kita mungkin memikirkan konsekuensi-konsekuensi yang akan timbul dari masing-masing tindakan tersebut. Ini dinamakan mengadakan eksperimen. Kemudian kita mengambil keputusan, katakanlah, pergi menonton film, dan secara demikian kita menentukan hari depan. Maka dikatakan kecerdasan kita menciptakan hari depan dengan jalan mendahuluinya (melakukan tindakan sebelumnya).[2]
Menurutnya manusia dengan bekerja (beraktivitas) memberikan pengalaman, dan pengalaman memimpin berfikir manusia, sehingga manusia dapat  bertindak bijaksana dan benar serta mempengaruhi pula pada budi pekerti. Begitulah pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, juga sumber dari nilai.[3] Oleh karena itu dalam bukanya How Think, Dewey berkata bahwa pengkal berfikir ialah suatu keadaan yang menimbulkan sikap ragu-ragu. Karena sikap ragu-ragu itu maka timbullah hasrat untuk menghilangkannya atau mengatasinya.[4]

B.    Kebenaran
Jika makna sebuah konsepsi ditentukan oleh konsekuensi-konsekuensi, maka makna apakah yang dapat kita berikan pada “kebenaran”? sesungguhnya makna menyangkut ide, dan kebenaran menyatakan hubungan antara ide-ide yang dipandang berhunbungan, dan hubungannya dengan sesuatu yang ditunjukan oleh ide-ide tersebut. Karena makna yang dikandung oleh ide-ide tersebut ditentukan oleh konsekuensi-konsekuensi yang praktis, maka kebenaran suatu tanggapan mengenai hubungan antara ide haruslah dengan cara tertentu berhubungan dengan corak-corak konsekuensi yang khusus.
Seseorang penganut pragmatisme melakukan pendekatan terhadap penyelesain masalah ini dengan mempertimbangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang yang berfikir. Mengapa kita berfikir? Berbicara secara biologi, pikiran merupakan perabot untuk menyelesaikan masalah-masalah kita. Jika demikian halnya, maka berfikir secara lurus ialah menghubungkan ide-ide sedemikian rupa sehingga ide-ide tersebut memimpin kita untuk memperoleh hasil yang memuaskan dalam kegiatan menyelesaikan masalah. Karena itu kebenaran harus bersangkutan dengan penyelesaian masalah kita hadapi; dan menurut sementara penganut pragmatisme, kita dapat mengatakan bahwa suatu ide atau tanggapan benar, jika ide atau tanggapan tersebut menghasilkan sesuatu, artinya, jika membawa kita kearah penyelesain masalah yang kita hadapi secara berhasil.
Pragmatisme membuat kebenaran menjadi pengertian yang dinamis dan nisbi; sambil berjalan kita membuat kebenaran, karena masalah-masalah yang kita hadapi bersifat nisbi bagi kita. Untuk memberikan gambaran mengenai masalah ini, saya akan memperhatikan sebuah anggapan yang kebetulan di antara para penganut pragmatisme sendiri tidak terdapat kesepakatan.[5]

C.    Konsep Hidup
John dewey mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk rasional (makhluk berfikir), bahkan menurutnya segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah dari aktifitas otak manusia. Semua hal yang terjadi dalam masyarakat jika ditelusuri secara mendalam, maka akan dijumpai bahwa manusialah sebagai aktor dan faktor utama. Akal merupakan sarana bagi mausia yang dapat mengadakan pembaharuan, rekontruksi dan reorganisasi. Karena itu manusia mampu berkambang kearah yang tidak dapat diramalkan. Dengan akal manusia senantiasa dinamis dan progresif. Dewey menetang teori yang mengatakan bahwa karakter manusia itu statis dan tidak berkembang. Menurut pandangan demikian merupakan teori atau doktrin yang bersifat mengekang dan pesimistik.
Dengan demikian, hakekat manusia menurut John Dewey adalah sebagai mahkluk yang mempunyai kekuatan dan pola serta watak, fikir, rasa dan semangat atau kemauan serta nafsu dan insting. Hal ini didasari oleh kebebasan manusia yang bagi John Dewey termanifestasi dalam dirinya sendiri. Manusia adalah pribadi-pribadi yang mampu melaksanakan nilai-nilai yang menjadi tujuan dalam hidupnya. Menurutnya, pengembangan kodrat manusia tersebut dilakukan dan terjadi keharusan dari pendidikan.[6]



BAB III: PENUTUP


A.   Kesimpulan
Pragmatisme adalah aliran yang memperdepankan praktis ketimbang hanya sekedar berteori atau berpendapat saja. Pragmatisme timbul akibat pemberontakan melawan idealisme yang terlau mengunakan intelektual manusia dan bersifat tertutup. Berdirinya pragmatisme dipengaruhi aliran Empris Inggris dan Jerman Modern, juga pengalaman sosial rakyat Amerika dalam melaksanakan perekonomian yang memperdepankan kerja keras dan kebijakan. Pragmatisme diperkenalkan dari gagasan-gagasan william james (1842-1910) di Amerika, pegangannya adalah logika pengamatan yakni segala sesuatu dapat masuk asalkan bersifat praktis
Pragmatisme membuat kebenaran menjadi pengertian yang dinamis, sambil berjalan kita membuat kebenaran, karena masalah-masalah yang kita hadapi bersifat nisbi. John Dewey mengambarkan pragmatisme dengan memakai istilah “intrumentalisme”, untuk memberikan tekanan pada hubungan antara ajaranya dengan teori biologi tentang evolusi. Yaitu pikiran berkembang sebagai alat untuk mengadalan eksperimen terhadap alam sekitar, karena itu kecerdasan merupakan sesuatu yang bersifat kratif, dan pengalaman merupakan unsur terpokok dalam segala pengetahuan.
Pragmatisme bersifat penting dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas manusia dipengaruhi oleh kerja otak, karena akal merupakan Akal merupakan sarana bagi mausia yang dapat mengadakan pembaharuan, rekontruksi dan reorganisasi. Sehingga watak dan fikirin manusia dapat berkembang akibat dari lingkungan yang dialami. Oleh karena itu semua hal yang terjadi jika ditelusuri secara mendalam manusialah yang menjadi faktor dan aktor utamanya.



BAB IV: DAFTAR PUSTAKA


Akbar, T. Saiful. “MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN DAN JOHN DEWEY”. Jurnal Ilmiah Didaktika, (2015), Vol. 15:223-243.
Kattsoff, Louis O. Elements of Philisophy. Terj. Soejono Soemargono Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1996.
Syarifuddin. “KONTRUKSI FILSAFAT BARAT KONTEMPORER”. Jurnal Substantia, (2011), Vol. 13:231-248.


[1] Syarifuddin, “KONTRUKSI FILSAFAT BARAT KONTEMPORER”, Jurnal Substantia, 2 (Oktober, 2011), 238.
[2] Louis O. Kattsoff, Elements of Philisophy, terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1996), 133
[3] T. Saiful Akbar, “MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN DAN JOHN DEWEY”, dalam Filsafat pendidikan, Sistem dan Metode, ed Imam Barnabid (Yogyakarta: Yasbit, FIP IKIP), 66-68.
[4] T. Saiful Akbar, “MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN DAN JOHN DEWEY”, Jurnal Ilmiah Didaktika, 2 (Februari, 2015), 236
[5] Louis O. Kattsoff, Elements of Philisophy, terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1996), 131.
[6] T. Saiful Akbar, “MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN DAN JOHN DEWEY”, Jurnal Ilmiah Didaktika, 2 (Februari, 2015), 236

3 komentar:

Semoga Manfaat