Minggu, 29 Oktober 2017

MAKALAH STUDI AL-QUR`AN "KEMUKJIZATAN AL-QUR`AN (أعجازالقرأن)"



MAKALAH STUDI AL-QUR`AN
KEMUKJIZATAN AL-QUR`AN (أعجازالقرأن)


KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
              Syukur alhamdulillah kami haturkan atas kehadirat Allah SWT yang  senantiasa memberikan kami rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan revisi tugas makalah ini dengan tepat waktu.
              Pada revisi tugas makalah ini kami berkesempatan untuk memperbaikinya dengan tema “Kemukjizatan Al-Qur`an”, kami berharap  semoga revisi makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi pembaca. Dalam penyusunan makalah ini  kami mengakui masih banyak kekurangan, karena kami masih kurang berpengalaman. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan yang akan datang.
Kami sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing serta semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Semua yang ada di muka bumi ini adalah ciptaan Allah SWT, tak terkecuali al-Qur`an, al-Qur`an merupakan salah satu mukjizat terbaik dan terbesar yang diturunkan oleh Allah SWT melalui perantara malaikat  jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Allah menurunkan al-Qur`an dengan tujuan untuk dijadikan sebagai sumber atau landasan hukum islam dan untuk menantang orang-orang yang tidak percaya atas kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dan pada kesempatan ini, kami akan menjelaskan tentang “Kemukjizatan Al-Qu`ran” secara ringkas dan jelas.
1.2   Rumusan Masalah
2.1 Bagaimana pengertian “mukjizat” menurut para ahli ?
2.2 Apa saja macam-macam “mukjizat” berdasarkan sifatnya ?
2.3 Bagaimana “Kemukjizatan Al-Qur`an” ?  
2.4 Apa saja segi-segi “Kemukjizatan Al-Qur`an” dalam kehidupan ?
1.3  Tujuan Masalah
Kita mempelajari “Kemukjizatan Al-Qur`an”, agar kita memiliki wawasan yang cukup luas tentang ilmu tersebut dan hal ini dapat kita renungkan bahwa Allah sangatlah Maha Kuasa atas segala ciptaan-Nya.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Mukjizat
Secara etimologi mukjizat adalah kata  إعجاز  أعجز- يعجز-dari yang bermakna melemahkan atau menetapkan kelemahan. Sedangkan إعجاز (kemukjizatan) adalah ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu yang merupakan lawan dari ketidakberdayaan.[1]
Pengertian mukjizat menurut para ahli secara terminologi, antara lain:
a.       Dalam kitab  مباحث في علوم القرأن karangan Mannā` Khalīl al-Qaṭṭān, beliau menjelaskan bahwa mukjizat ialah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan. Nabi Muhammad SAW memiliki mukjizat yang berupa al-Qur`an Al-karim yang digunakan untuk menantang orang-orang yang tidak mempercayai bahwa Nabi utusan Allah.[2]
b.      Menurut Imam as-Suyuṭi “Mukjizat dalam syara` adalah kejadian yang melampaui batas kebiasaan, didahului oleh tantangan, tanpa ada tandingan”.[3]
c.       Dalam buku “Sejarah Al-Qur`an”  karangan Drs. H.A. Mustofa, beliau menjelaskan bahwa mukjizat ialah suatu hal atau perbuatan  yang luar biasa, yang dijadikan Tuhan timbul dari Rasul-rasulNya, dan Rasul-rasul tersebut minta tandingan kepada orang-orang yang tidak mempercayai kerasulannya, supaya orang-orang tersebut mencoba pula melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukan Rasul-rasul tersebut, dan ternyata orang-orang itu tidak dapat menandingi keajaiban tersebut. Dengan demikian terbuktilah kebenaran Rasul-rasul tersebut.[4]
2.2  Macam-macam Mukjizat
Macam-macam mukjizat berdasarkan sifatnya, antara lain:
a.       Mukjizat yang bersifat material yakni dapat dicerna oleh pancaindra, namun melawan hukum alam. Mukjizat yang bersifat ini sering diturunkan sebelum masa Nabi Muhammad, seperti pada masa Nabi Isa AS, Nabi Isa dapat menghidupkan orang mati. Melihat hal ini, dapat disimpulkan bahwa keajaiban yang dilakukan oleh Nabi Isa AS dapat dicerna oleh pancaindra manusia, tetapi secara logika hal ini sangatlah mustahil dan melawan hukum alam.
b.      Mukjizat yang bersifat rasional yakni yang semuanya dapat dicerna melalui daya nalar. Setiap manusia menerimanya sesuai dengan kemampuan daya paham, nalar, dan kemampuannya untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Menurut Imam as-Suyuṭi “bahwa sebagian besar mukjizat yang diturunkan pada masa Nabi Muhammad SAW berbentuk rasional. Karena, kecerdasan dan kesempurnaan pemahaman mereka. Karena syariat ini akan tetap abadi pada lembaran sejarah umat manusia sampai kiamat, maka al-Qur`an dispesifikasikan dengan mukjizat akal yang abadi. Tujuannya agar dapat dianalisis oleh mereka yang mempunyai penalaran.”[5]
2.3  Kemukjizatan Al-Qur`an dalam Tahapan Tantangan Ayat Al-Qur`an
Mukjizat Al-Qur`an adalah mukjizat yang dimiliki atau yang terdapat di dalam al-Qur`an.[6] Berarti bukti kebenaran yang datang bukan dari luar al-Qur`an. Contohnya dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang berisi tahap-tahapan tantangan Allah SWT kepada setiap orang yang meragukan kebenaran al-Qur`an sebagai firman-Nya dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Dan gaya bahasa al-Qur`an dalam tantangan (أسلوب القرأن في التحدي) Allah itu ada dua yakni,  التحدي العامdan  [7]التحدي الخاص. Dan Nabi Muhammad menantang orang Arab agar membuat semisal dengan al-Qur`an melalui 3 tahapan, yaitu:
تحداهم بالقرأن كله, ثم تحداهم بعشر سور منه, ثم تحداهم بسورة واحدة منه[8].
Berikut ayat yang berisi tantangan Allah , antara lain:
a.       Allah SWT menantang mereka untuk membuat semisal “keseluruhan Al-Quran” sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Isra`(17): 88,   
قُلْ  لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنّ اَنْ يَأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا القُرْأَنِ لاَيَأْتُوْنَ بِمِثْلِهِ وَلَوْكَانَ عَلَى بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا[۸۸]
“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur`an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”
Yang menjelaskan bahwa manusia dan jin tidak akan mampu membuat sesuatu yang serupa dengan uslub al-Qur`an meskipun mereka saling bantu-membantu satu sama lain. Tantangan ini termasuk العام  التحدي karena diperuntukkan untuk seluruh makhluk Allah yang meragukan kebenaran al-Qur`an pada masa dahulu hingga sekarang.
Dan juga tercantum dalam Q.S. aṭ-Ṭur (52): 33-34,
اَمْ يَقُولُونَ تَقَوّلَهُ بَلْ لاَّيُؤْمِنُونَ[۳۳] فَلْيَأْتُوا بِحَدِيْث مِّثْلِهِ اِنْ كَانُوْا صَادِقِيْن[۳٤]
ataukah mereka menyatakan bahwa dia (Muhammad) membuat-buatnya. Sebenarnya mereka tidak beriman, maka hendaklah mereka mendatangkan ucapan semisal al-Qur`an jika mereka orang-orang yang benar (dalam tuduhan mereka)”
Mereka yang meragukan kebenaran al-Qur`an tidak dapat melayani tantangan tersebut dengan dalih bahwa “kami tidak mengetahui sejarah umat terdahulu”. Ayat ini termasuk التحدي الخاص, karena di peruntukkan untuk orang yang meragukan kebenaran al-Qur`an pada masa turunnya al-Qur`an.
b.      Maka untuk tahap kedua Allah SWT meringankan tantangan itu dengan firman-Nya, sebagaimana tercantum dalam QS. Hud. (11): 13,
اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰهُ قُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرسُوَرٍمِّثْلِهِ مُفْتَرَيَتٍ وَّادْعُوْامَنِ استَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ الله اِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْن[۱۳]
“Bahkan mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah membuat-buat al-Qur`an (lalu dikatakannya bahwa itu dari tuhan).” Katakanlah, “(kalau demikian) maka datangkanlah sepuluh surah saja yang dibuat-buat yang menyamainya dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah jika kamu memang benar (dalam tuduhan kamu).”
Namun, tantangan tahap kedua pun tak dapat dilayani oleh mereka sedangkan mereka tetap tidak mengakui kebenaran al-Qur`an. Ayat ini termasuk التحدي الخاص.
c.       Maka untuk tahap ketiga Allah tetap menantang mereka tetapi lebih ringan daripada tantangan-tantangan sebelumnya, sebagaimana tercantum dalam Q.S. Yunus (10): 37,
اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰهُ قُلْ فَأْتُوْابِسُوْرَةٍ مِّثْلِهِ وَادْعُوْامَن استَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ الله اِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْن[۳۷]
“Atau patutkah mereka berkata, “Dia (Muhammad) membuat-buatnya ?” Katakanlah (kalau benar tuduhan kamu itu), maka buatlah satu surah semacamnya dan panggillah siapapun yang dapat kamu panggil selain Allah, jika kamu benar (dalam tuduhamu).”
Ayat ini termasuk التحدي الخاص.
d.      Ketiga tahapan tersebut diturunkan Allah ketika Nabi Muhammad masih berada di mekkah. Dan Allah menurunkan wahyu yang berisi tentang tantangan tahap yang keempat kepada Nabi Muhammad ketika berhijrah ke Madinah, sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Baqarah (2): 23,
وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَآءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ الله اِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْن[۲۳]
“ Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur`an yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad). maka buatlah walau satu surah yang lebih kurang semisal dengan al-Qur`an. Ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu memang orang-orang yang benar (dalam keraguamu).”
Tetapi, pada tahap keempat orang-orang yang meragukan kebenaran al-Qur`an tetap tidak dapat memenuhi tantangan tersebut. Ayat ini termasuk التحدي الخاص.
e.        Dan pada tahap terakhir Allah menurunkan ayat yang sangat jelas dan tegas dan tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang meragukan kebenaran al-Qur`an pada masa turunnya al-Qur`an, melainkan kepada seluruh umat manusia yang meragukan kebenaran tersebut, sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Baqarah (2): 24,
فَاِنْ لَمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَتَّقُوْا النَّارَ الَّتِي وَ قُوْدُهَا النّاسُ وَالْحِجَارَةُ اُعِدَّتْ لِلكَافِرِيْنَ[۲٤]  
“Maka jika kamu tidak dapat membuat (semacam al-Qur`an) dan pasti kamu tidak akan mampu, maka peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
Ayat ini termasuk العام  التحدي.
Kesimpulannya bahwa manusia sepanjang masa tidak mungkin mampu membuat semacam al-Qur`an, walaupun mereka saling bantu-membantu satu sama lain.[9]

2.4  Segi-segi Kemukjizatan Al-Qur`an
Segi kemukjizatan al-Qu`ran, antara lain:
a.       Segi bahasa
Gaya bahasa al-Qur`an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk islam, seperti masuk islamnya sahabat Umar Bin Khattab, beliau masuk islam dikarenakan membaca petikan ayat-ayat al-Quran .[10] Unsur-unsur bahasa dalam al-Qur`an antara lain: مفردة, أسلوب, بلاغة.
Sedangkan, orang Arab tidak memiliki kalam yang mencakup unsur-unsur tersebut. Dan al-Qur`an yang sedemikian banyak dan panjang, ke-faṣahah-annya senantiasa indah dan serasi, sesuai dengan apa yang digambarkan Allah, sebagaimana tercantum dalam Q.S. az-Zumar (39): 23,
الله نَزَّلَ اَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِى تَقْشَعِرُّ مِنهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِيْنَ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ اِلَى ذِكْرِالله ....الخ[۲۳]

“ Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.(dan seterusnya).”
Betapa menakjubkan rangkaian al-Qur`an dan betapa indah susunannya.[11] Dan pada hakikatnya lafal, makna, keanekaragaman ajaran, keserasian susunan dan hurufnya menunjukkan kemukjizatan al-Qur`an. pada setiap lafal al-Qur`an mengandung keindahan dan pelajaran. Kisah-kisah tentang masa lalu yang dibawakan al-Qur`an, baik cerita pendek maupun panjang, tidak mungkin dapat ditandingi  oleh kisah-kisah yang disampaikan para pujangga.[12]
b.      Segi ilmiah
Para pakar selalu berusaha meletakkan metodologi ilmiah untuk mengikat rantai fenomena-fenomena yang saling berkaitan dalam kehidupan dan di alam semesta ini. Allah telah menyeru manusia untuk melakukan riset dan belajar, sebagaimana tercantum pada surah yang turun pertama kali kepada Nabi Muhammad, yakni Q.S. al-`Alaq ayat 1-5, yang artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Begitu juga Rasulullah menganjurkan untuk mempelajari al-Qur`an dan mendalaminya dalam sabdanya,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاَنَ وَعَلَّمَهَ (رواه البخاري و مسلم و ابو داود)
sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.”(HR. Bukhāri, Muslim, dan Abū Dāwud).[13]
 Contoh dalam al-Qur`an terdapat ayat yang menerangkan tentang ilmu falak (astronomi), sebagaimana tercantum dalam Q.S. Yaasiin ayat 38-40, yang artinya:
Matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tanda yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Firman Allah ini menjelaskan bahwa matahari bergerak kearah yang ditentukan. Pengetahuan ini baru terungkap oleh para ilmuwan modern pada permulaan abad ke-20 sebelum abad ke-20 para ilmuwan tersebut bahwa matahari tidak bergerak atau diam di tempat. Sedangkan, gerakan matahari dari timur ke barat hanyalah gerakan secara lahiriah saja.[14]
 Dan sesuatu yang paling mengejutkan tentang kesesuaian antara pemahaman pengetahuan ilmiah tentang matahari sebagai sumber panas dan sinar dengan pemahaman al-Qur`an tampak dalam firman Allah,
وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجَا [نوح:۱٦]
“Kami jadikan matahari sebagai pelita yang amat terang.”(Q.S. Nuh:16)[15]
c.        segi tasyri`
Al-Quran menjelaskan pokok-pokok aqidah, norma-norma, sopan santun, undang-undang politik, ekonomi, sosial serta hukum-hukum ibadah. Tentang aqidah, al-Qur`an mengajak kita umat manusia pada aqidah yang suci dan tinggi, yakni beriman kepada Allah Yang Maha Agung serta meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.[16] Apabila aqidah seorang muslim telah benar, maka ia wajib menerima segala syari`at al-Qur`an baik menyangkut kewajiban maupun ibadah, sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Muddathir [74]: 38,
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَة [۳۸]
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”
Dan al-Qur`an telah menetapkan kaidah-kaidah pemerintahan Islam ini dalam bentuk yang ideal dan baik. Yaitu suatu pemerintahan yang didasarkan pada musyawarah, persamaan, dan larangan kekuasaan individual. Sebagaimana tercantum dalam Q.S. Ali Imran [3]: 159,
وَشَاوِرْهُمْ فِي الاَمْرِ[۱۵۹]
“ Dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.”
وَاَمْرُهُم شُوْرَى  بَيْنهُمْ [۳۸]
Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (Q.S. ash-Shura (42): 38).
 Dan semua manusia itu sama sederajat, tidak pandang pangkat. Sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Hujurat [48]: 10,
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ[۱۰]
“ Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudara.”
Ringkasnya al-Qur`an merupakan undang-undang syari`at (dustur tasyri`) yang menegakkan kehidupan manusia di atas dasar konsep yang paling utama.


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Al-Qur`an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat jibril secara berangsur-angsur dan kemukjizatan al-Qur`an tidak dapat diragukan lagi. Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya. Dan mukjizat berfungsi untuk membuktikan bahwa kekuasaan Allah berada diatas segala-galanya dan sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan para utusan Allah. Sedangkan, al-Qur`an berfungsi sebagai sumber atau landasan hukum pertama bagi kehidupan manusia.  Kemukjizatan al-Qur`an tidak dapat ditandingi oleh apapun. Karena dari hal yang terkecil sampai hal yang terbesar semua dibahas dalam al-Qur`an.

3.2 Kritik dan Saran
            Kami sebagai penulis merasa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan saran dari para pembaca.




DAFTAR PUSTAKA
Abduṣṣamad, Muhammad Kamil. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur`an. Jakarta: Al-Akbar Media Eka Sarana, 2003.
al-Maliki, Muhammad Alwi. Keistimewaan-keistimewaan Al-Qur`an. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2001
al-Qaṭṭān, Mannā` Khalīl. Studi ilmu-ilmu Qur`an Terj. Mahahith fi `Ulūmil Qur`an oleh Mudzakir. Bogor: Litera AntarNusa, 2013.
al-Qaṭṭān, Mannā` Khalīl. Mahahith fi `Ulūmil Qur`an. Riyāḍ: al-Ḥuramain.1973.
Anwar, Rosihon. `Ulūmul Qur`an untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia , 2006.
aṣ-Ṣabuniy, Shaikh Muhammad Ali. Aṭ-Ṭibyān fī `Ulūmil Qur`an. Bairut: Dar al- Irshad, 1970.
Mustofa. Sejarah Al-Qur`an. Surabaya: Al-Ikhlas, 1994.
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur`an: Di tinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Ghaib. Bandung: Mizan, 1997.
Usman. Ulumul Qur`an. Yogyakarta: Teras. 2009.
                                                                                                    


[1] Usman, Ulumul Qur`an, (Yogyakarta: Teras, 2009), 285.
[2] Mannā` Khalīl Al-Qaṭṭān, Studi Ilmu-ilmu Qur`an Terj. Mabāhith fī `Ulūmil Qur`an oleh Mudzakir (Bogor: Litera AntarNusa, 2013), 371.
[3] Muhammad Kamil Abduṣṣamad, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur`an (Jakarta: al-Akbar Media Eka Sarana, 2003), 1.
[4] Mustofa, Sejarah Al-Qur`an (Surabaya: al-Ikhlas,1994), 138.
[5] Ibid., 2.
[6] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur`an: Di tinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah,dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 1997), 43.
[7] Shaikh muhammad Ali Aṣ-Ṣobuniy, Aṭ-Ṭibyān  fī `Ulūmil Qur`an (Bairut: Dar al-Irshad, 1970), 107.
[8] Mannā` Khalīl Al-Qaṭṭān, Mabāhith fī `Ulūmil Qur`an (Riyāḍ: al-Ḥuramain, 1973), 259.
[9] Ibid., 43-47.
[10] Rosihon Anwar. `Ulūmul Qur`an untuk UIN, STAIN, PTAIS (Bandung: Pustaka Setia, 2006),197.
[11] Al-Qaṭṭan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, 384-385.
[12] Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Keistimewaan-keistimewaan Al-Qur`an (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), 26.
[13] Abduṣṣamad, Mukjizat Ilmiah, 17-18.
[14] Ibid., 28-29.
[15] Ibid., 33.
[16] Anwar, Ulumul Qur`an.199.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Manfaat