PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Metodologi
secara bahasa berasal dari Bahasa Yunani yaitu, metodos yang bermakna
cara atau jalan, dan dari kata logos yang bermakna ilmu. Makna
metodologi secara istilah adalah ilmu menegenai beberapa cara atau jalan yang ditempuh untuk sampai
ketujuan.[1]
Sedangkan pengertian metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Jadi definisi dari metode memiliki arti adanya urutan
kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna
mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Pendidikan
atau pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan
siswa. Dapat diartikan juga bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang
terencana dalam proses belajar mengajar.[2]
Sedangkan Pendidikan Islam merupakan usaha yang sistematis untuk membentuk
manusia-manusia yang bersikap, berpikir dan bertindak sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh Agama Islam untuk keselamatkan dan
kebahagiaan hidupnya di dunia maupun di akhirat.[3]
Maka metodologi pembelajaran dapat diartikan suatu cara atau jalan sistematis
yang ditempuh oleh pendidik dalam menyalurkan pengetahuan pada peserta didik. Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metodologi Pendidikan Islam
adalah jalan yang
dapat ditempuh pendidik untuk memudahkan dalam membentuk pribadi muslim yang
berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
B. Macam-Macam Metode Pendidikan Islam.
Pada zaman sekarang berbagai metode
pendidikan telah digunakan para pendidik sebagai jalan atau cara yang
sistematik agar peserta didik lebih mudah menerima pembelajaran. Sebelum metode
Pendidikan Islam banyak digunakan pada saat ini, berbagai metode Pendidikan
Islam sudah lebih dulu direalisasikan oleh Rasulallah. Berbagai pembelajaran
atau pendidikan tentang Agama Islam sering Rasulallah lakukan pada para sahabat
dengan berbagai metode Pendidikan Islam. Macam-macam metode Pendidikan Islam
yang pernah Beliau realisasikan utuk memberikan pengajaran pada para sahabat
adalah sebagai berikut:
1. Metode
Ceramah
Metode
ceramah ialah cara menyampaikan materi pembelajaran dengan cara penuturan lisan
pada peserta didik atau halayak ramai.[4]
Karakteristik dari metode ini adalah pendidik lebih aktif memberikan
penganjaran kepada peserta didik, sedangkan peserta didik hanya menjadi
pendengar yang pasif. Sejak zaman Rasulallah metode ceramah menjadi metode yang
pertama kali Beliau lakukan dalam menyampaikan wahyu Allah pada pengikutnya.
Salah satu hadits nabi yang menggambarkan bahwa Rasulallah menggunakan metode
ceramah adalah hadits tentang
menyelamatkan diri dari neraka.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
قَالاَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ مُوسَى بْنِ
طَلْحَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الآيَةُ
(وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ) دَعَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- قُرَيْشًا فَاجْتَمَعُوا فَعَمَّ وَخَصَّ فَقَالَ «يَا بَنِى كَعْبِ بْنِ
لُؤَىٍّ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا بَنِى مُرَّةَ بْنِ كَعْبٍ
أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا بَنِى عَبْدِ شَمْسٍ أَنْقِذُوا
أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا بَنِى عَبْدِ مَنَافٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ
مِنَ النَّارِ يَا بَنِى هَاشِمٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا بَنِى
عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا فَاطِمَةُ
أَنْقِذِى نَفْسَكِ مِنَ النَّارِ فَإِنِّى لاَ أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ
شَيْئًا غَيْرَ أَنَّ لَكُمْ رَحِمًا سَأَبُلُّهَا بِبَلاَلِهَا.[5] Artinya:
Menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dan Zubair
bin Harb, berkata, “menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Abdul Malik ibn
‘Umair, dari Musa ibn Thalhah, dari Abu Hurairah, ia berkata, “ketika
diturunkan ayat ini: “Dan peringatkanlah para kerabatmu yang terdekat” (Q.S.
Al-Syu’ara: 125), maka Rasulallah SAW memanggil orang-orang Quraisy. Setelah
mereka berkumpul, Rasulallah SAW berbicara secara umum dan khusus. Beliau
bersabda,”wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri kalian dari neraka!
Wahai Bani ‘Abdi Syams, selamatkan diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi
Manaf, selamatkan diri kalian dari neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkan diri
kalian dari neraka! Wahai Fatimah, selamatkan diri kalian dari neraka! Karena
aku tidak kuasa menolak sedikitpunsiksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya
punya hubungan kekeluargaan dengan kalian yang akan aku sambung dengan
sungguh-sungguh”. (H.R. Muslim)
Dalam hadits ini menjelaskan
bahwa haruslah umat manusia menyelamatkan diri mereka sendiri dari api neraka,
karena Rasulallah tidak dapat menyelamatkan mereka dari siksaan neraka. Beliau
hanya mampu menyambungkan ikatan kekeluargaan antara mereka tanpa dapat menyelamatkan
mereka dari neraka. Melalui hadits ini dapat terlihat jelas bahwa Rasullah
sudah menggunakan metode ceramah sejak dulu.
2.
Metode Tanya Jawab
Pengertian metode tanya jawab adalah cara penyajian dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau
dapat juga dari murid kepada guru.[6]
Metode ini menyampaikan pesan pengajaran dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaaan dan peserta didik menjawab, atau sebaliknya peserta
didik yang bertanya pada pendidik.[7]
Metode tanya jawab juga sudah pernah digunakan Rasulallah untuk memberikan
pengajaran, contohnya hadits berikut ini.
حَدَثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ حَدَثَنَا جَرِيْرٌ عَنْ عُمَارَةَ بْنُ الْقَعْقَاعِ بْنُ
شَبْرَمَةَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ
رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلى الله عَلَيْهِ وَ سَلَم فَقَالَ يَارَسُولُ الله
مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ (أُمُّكَ). قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ(ثُمَّ
أُمُّكَ).قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ ( ثُمَّ أُمُّكَ ). قَالَ ثُمُّ مَنْ؟ قَالَ ( ثُمَّ
أَبُوكَ)[8] Artinya:
Menceritakan kepada kami Qutaibah bin sa’id, menceritakan
kepada kami Jarir dari Umarah bin Qa’qa’ bin Syabramah dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa seorang
laiki-laki datang kepada Rasulallah SAW lalu bertanya: “ya Rasulallah, siapa
yang paling berhak (pantas) mendapatkan perlakuan baikku?” Rasulallah menjawab
“ibumu.” laki-laki itu berkata lagi, “siapa lagi?” Rasulallah menjawab
“kemudian ibumu.” laki-laki itu bertanya lagi, “kemudian siapa lagi?”
Rasulallah menjawab “ibumu.” laki-laki itu berkata lagi (untuk yang keempat
kalinya) “siapa lagi?” Rasulallah menjawab, “sesudah itu ayahmu.”
(HR. Al-Bukhari)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa terjadi pembelajaran
tanya jawab antara Rasulallah dan seorang laki-laki. Dijelaskan bahwa seorang
laki-laki bertanya pada Rasulallah siapakah orang yang lebih berhak atau pantas
mendapatkan perlakuan baiknya, maka Rasullah menjawab “ibumu” sebanyak tiga
kali dan menjawab “ayahmu” pada pertanyaan yang keempat. Maka dapat disimpulkan
bahwa ibu lebih berhak mendapatkan perlakuan baik dari seorang anak. Melalui
hadits tersebut Rasulullah telah memberikan pendidikan budi pekerti kepada
sahabat dengan menggunakan metode tanya jawab.
3.
Metode Diskusi
Secara bahasa diskusi berasal dari kata bahasa Latin,
yaitu “discussus” yang berakar dari kata “dis” (terpisah) dan “cuture”
(menggoncangkan atau memukul), jadi secara bahasa “discuture”berarti
suatu pukulan yang memisahkan sesuatu.[9]
Sedangkan secara istilah Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi
pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu
argumentasi secara rasional dan objektif.[10]
Metode ini merupakan suatu metode/cara yang dapat digunakan dalam kelompok
belajar dengan tujuan memecahkan suatu permasalah dengan pendapat para anggota
belajar. Selain itu diskusi juga dapat merangsang peserta didik untuk aktif
dalam memecahkan suatu permasalahan. Pada zaman sekarang metode diskusi banyak
digunakan karena dapat merangsang siswa lebih aktif dalam berpikir dan
berpendapat, padahal metode ini sudah lama digunakan Rasulallah, contohnya
adalah hadits berikut ini.
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِىُّ بْنُ حُجْرٍ قَالاَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ وَهُوَ
ابْنُ جَعْفَرٍعَنِ الْعَلاَءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ».
قَالُواالْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ
الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ
وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ
هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ
فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ
خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ».[11]
Artinya:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“tahukah kalian apa yang dimaksud dengan al-muflis (bangrut)?” Sahabat menjawab
“al-muflis dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta
benda.”Rasulallah berkata, “Sesungguhnya Al-muflis diantara umatku adalah orang
yang datang pada hari kiamat membaawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Selain
itu ia juga memfitnah orang lain, menuduh orang lain (berbuat maksiat), memakan
harta orang lain (dengan cara tidak halal), menumpahkan darah dan memukul orang
lain. Lalu masing-masing kesalahan itu ditebus dengan kebaikan
(pahala)nya.setelah kebaikan (pahala)nya habis sebelum permasalahannya
terselesaikan, maka dosa orang yang didzalimi itu dilemparkan kepadanya,
kemudian ia dilemparkan kedalam neraka.” (HR. Muslim)
Diskusi antara Rasulallah dan sahabat ada yang diawali
pertanyaan sahabat pada Rasulallah, ada juga yang diawali dengan pertanyaan
Rasulullah pada para sahabat. Kemudian pertanyaan itu berlanjut pada sesi
diskusi yang bertujuan menyelesaikan suatu permasalahan. Hadits diatas
membuktikan metode diskusi digunakan Rasulallah untuk memberitahu dan
menyelesaikan masalah tentang al-muflis.
4.
Metode Demonstrasi
Demonstrasi diambil dari kata “domonstration” yang
artinya memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu. Secara
terminologi metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan
untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana proses
yang harus dilalui peserta didik.[12]
Dalam mendidik para sahabat Rasulullah salah satunya dengan keteladanan,
sebagai contohnya adalah bacaan shalat, kedisiplinan waktu dalam shalat dan
masih banyak lagi.[13]
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِى عَائِشَةَ عَنْ
عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ
-صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الطُّهُورُ فَدَعَا
بِمَاءٍ فِى إِنَاءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا
ثُمَّ غَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ
إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِى أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى
ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ وَبِالسَّبَّاحَتَيْنِ بَاطِنَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ
رِجْلَيْهِ ثَلاَثًا ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ « هَكَذَا الْوُضُوءُ فَمَنْ زَادَ
عَلَى هَذَا أَوْ نَقَصَ فَقَدْ أَسَاءَوَظَلَمَ»
أَوْ « ظَلَمَ وَأَسَاءَ».[14]
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah
menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Musa bin Abu Aisyah dari ‘Amru bin
Syu’aib dan ayahnya dari kakeknya bahwasanya ada seorang laki-laki datang
kepada Raulullah SAW seraya berkata; “Ya Rasulallah, bagaimana cara bersuci?
Maka Beliau memerintahkan untuk didatangkan air didalam bejana, lalu Beliau
membasuh telapak tangannya tiga kali, kemudian membasuh wajahnya tiga kali,
kemudian membasuh lengannya tiga kali, kemudian mengusap kepalanya lalu memasukkan kedua telunjuknya pada kedua telinganya, dan
mengusap bagaian luar kedua telinga dengan kedua ibu jari dan bagian dalam
kedua telinga dengan kedua jari telunjuknya, kemudian membasuh kedua kakinya
tiga kali tiga kali, kemudian Beliau bersabda:”Beginilah cara berwudhu, barang
siapa yang menambah atau mengurangi dari keterangan ini, maka ia telah berbuat
kejelekan dan kedzaliman atau kedzaliman dan kejelekan.” (HR. Abu Dawud)
Melalui hadits ini dapat dilihat bahwa Rasulallah telah
meggunakan metode demonstrasi dalam mengajarkan cara berwudhu pada para
sahabat.
5.
Metode Pembiasaan
Pembiasaan dalam metode pedidikan Islam adalah sebuah
cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan
bertindak sesuai dengan tuntunan Agama Islam.[15]
Salah satu cara yang ampuh untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah
pembiasaan. Melalui pembiasaan kebiasaan baik yang sering dilakukan peserta
didik akan mempermudah mereka untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Selain
itu cara ini cukup efisien utuk menghilangakan kebiasaan buruk peserta didik
dengan pembiasaan yang lebih positif.
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا سَوَّارُ بْنُ دَاوُدٍ عَنْ عَمْرِو
بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوا صِبْيَانَكُمْ بِالصَّلَاةِ إِذَا بَلَغُوا سَبْعًا وَاضْرِبُوهُمْ
عَلَيْهَا إِذَا بَلَغُوا عَشْرًا وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ. [16]
Artinya:
Telah diceritakan kepada kami Waki’ telah diceritakan
kepada kami Sawwar bin Dawud dari Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya,
Rasulallah SAW bersabda, “suruhlah anakmu mendirikan shalat ketika berumur
tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur
sepuluh tahun. (pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ahmad)
Dalam mengajarkan shalat Rasulallah menganjurkan metode
pembiasaan sejak kecil, Beliau bertitah pada para sabat agar membiasakan shalat
sejak umur tujuh tahun. Meskipun anak yang berumur tujuh tahun belum
berkewajiban shalat, tetapi Rasulallah tetap menyuruh mereka shalat. Hal ini
merupakan metode pembelajaran Rasulallah dengan metode pembiasaan, kerena
dengan begitu anak-anak akan terbiasa melakukan shalat saat usianya sudah
baligh.
Dari pejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode
pendidikan Islam telah dicontohkan Rasulallah pada masa lalu. Dengan
metode-metode tersebut dapat memudahkan Rasulallah menyampaikan wahyu dan
pengajaran untuk kaum muslimin agar dapat berfikir, bersikap dan bertindak
sesuai tuntunan Agama Islam. Metode Pendidikan Islam yang pernah Rasulallah
gunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan
pembiasaan.
C.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Pendidikan Islam
Berbagai metode pendidikan Islam memang mempermudah para
pendidik dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi setiap
metode pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut ini
adalah ulasan beberapa kelebihan dan Kekurangan metode pendididkan Islam.
1.
Metode Ceramah
Kelebihan:
a. Lebih ekonomis,
praktis dan efektif untuk menyajikan informasi, konsep ilmu, gagasan.
b. Suasana kelas lebih
tenang karena semua peserta didik hanya mendengarkan penjelasan dari pendidik.
c. Meminimalisir tenaga
dan waktu, karena dengan waktu singkat peserta didik dapat menerima pengajaran
dari pendidik.
d. Melatih pendengaran
dan daya tangkap peserta didik sehingga dapat menyimpulakan pembelajaran yang
diterima.[17]
Kekurangan:
a. Pendidik lebih aktif
sehingga peserta didik menjadi pasif.
b. Kurang membentuk
keterampilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
c. Pendidik sulit
mengukur pemahaman peserta didik tentang materi yang diceramahkan.
d. Cenderung membosankan
sehingga dapat mengikis fokus dan perhatian peserta didik, sehingga tidak dapat
memahami materi dengan baik.
2.
Metode Tanya Jawab
Kelebihan:
a. Situasi kelas akan
lebih hidup karena peserta didik dapat melontarkan pertanyaan maupun menjawab
pertanyaan dari hasil pemikirannya.
b. Melatih keberanian
peserta didik dalam berpendapat.
c. Perbedaan pendapat
yang timbul dapat menghangatkan proses pembelajaran.
d. Pendidik dapat
mengantrol pemahaman peserta didik.
e. Pertanyaan dapat
memusatkan perhatian peserta didik.
f.
Merangsang perkembangan daya pikir peserta didik.[18]
Kekurangan:
a. Menyita waktu lebih
lama dan kurang terkontrol jika banyak pertanyaan yang dilontarkan
b. Bila tanya jawab
tidak sesuai materi kemungkinan dapat terjadi penyimpangan perhatian peserta
didik.
c. Pembelajaran kurang
terkordinir jika bayak pertanyaan yang belum dapat dijawab dengan tepat.[19]
3.
Metode Diskusi
Kelebihan:
a. Suasana kelas lebih
bergairah, karena perhatian dan pemikiran peserta didik tercurahkan pada
permasalahan yang diangkat dalam forum diskusi.
b. Terjalinnya hubungan
sosial antar peserta didik, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri,
toleransi, demokrasi, berpikir kritis dan sistematis.
c. Karena peserta didik
aktif dalam pembelajaran, maka hasil diskusi dapat dipahami.
d. Adanya kesadaran
peserta didik dalam mengikuti dan mematuhi aturan dalam diskusi.
Kekurangan:
a. Adanya sebagian siswa
yang kurang berpartisipasi.
b. Sulit menentukan
hasil yang ingin dicapai.
c. Peserta didik sulit
berpendapat secara ilmiah atau sistematis.[20]
4.
Metode Demonstrasi
Kelebihan:
a. dapat memusatkan
perhatian peserta didik pada apa yang
didemonstrasikan.
b. Memberikan pengalaman
praktis, menguatkan ingatan dan keterampilan peserta didik.
c. Menghindari kesalahan
peserta didik dalam mengambil kesimpulan.
Kekurangan:
a. Persiapan dan
pelaksanaan memakan banyak waktu.
b. Harus menggunakan
peralatan lengkap agar efektif.
c. Sukar dilaksanakan
jika pese[21]rta
didik belum matang kemampuan dalam
melaksanakan.
5.
Metode Pembiasaan
Kelebihan:
a.
Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
b.
Berkaitan dengan aspek lahiriyah dan batiniyah.
c. Tercatat sebagai
metode yang paling berhasil dalam membentuk kepribadian peserta didik.
Kekurangan:
Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat
dijadikan tauladan dalam menanam sebuah nilai pada peserta didik.[22]
Demikian penjelasan tentang kelebihan dan kekurangan
masing-masing metode pembelajaran Islam yang juga pernah diterapkan oleh
Rasulallah. Maka dari berbagai penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa setiap
metode tidak hanya meliki kelebihan, tetapi juga kekurangan yang berbeda-beda.
Meski terdapat kelebihan dan kekurangan, metode pendidikan Islam tetap menjadi
cara sistematis yang dapat mempermudah dalam pembelajaran.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode memiliki arti
adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen
ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan Pendidikan
Islam merupakan usaha yang sistematis untuk membentuk manusia-manusia yang
bersikap, berpikir dan bertindak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
digariskan oleh Agama Islam untuk keselamatkan dan kebahagiaan hidupnya di
dunia maupun di akhirat. Maka metodologi Pendidikan Islam adalah jalan yang
dapat ditempuh pendidik untuk memudahkan dalam membentuk pribadi muslim yang
berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
Berbagai macam
metode pendidikan Islam telah banyak dicontohkan Rasulallah dalam pembalajaran
yang dilakukan beliau pada umat. Macam-macam metode pendidikan Islam yang juga
pernah diterapkan oleh Rasulallah adalah metode ceramah, metode tanya jawab,
metode diskusi, metode demonstrasi dan metode pembiasaan. Meskipun setiap
metode dapat mempermudah pembelajaran untuk mencapai tujuan, metode pendidikan
Islam juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
[1] Armai Arief, Pengentar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta Selatan: Ciputat Pres, 2002), 87.
[2] Soleha dan Rada, Ilmu
Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta, 2011), 107.
[3] Ibid., 88.
[4] Ibid., 135-136.
[5] Muslim, S{ah{i>h{ Muslim, Kita>b Al-i>ma>n,
Ba>b Fi> Qauluhu Ta‘a>la> (wa ’Andhir ‘Ashi>rataka
Al-’aqrabi>n)
[6] Syaiful Bhari
Djamarah dan Aswan Jaini, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), 107.
[8] Bukha>ri>y, S{ah{i>h{ Al-Bukha>ri>y,
Kita>b Al-’Adab, Ba>b Man ’Ah{aquna>s Bih{usni Al-S{ah{abati.
[9]
Ibid., 145.
[12]
Ibid,. 190.
[14]Abi>y
Da>wud, Sunan Abi>y Da>wud, Kita>b Al-T{aha>rah, Ba>b Al-wud{u>’u
Tsulatsa> Tsulatsa>.
[15]
Ibid., 110.
[16]Ahmad,
Musnad Ahmad, Al-juz’u Al-h{a>di>y ‘Ashara.
[18]
Ibid., 142-143.
[19]
Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat
Pres, 2002), 44.
[20]
Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat
Pres, 2002), 37-38.
[22]
Ibid., 115-116.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Manfaat