Makalah Studi Al-Qur’an QAṢAṢ AL-QUR’AN
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Qasash
Al-Qur’an ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada Bapak Munjiyat, M. Pd selaku Dosen mata kuliah Study
Al-Qur’an yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur’an. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga
makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu peristiwa yang berhubungan
dengan sebab dan akibat dapat menarik perhatian para pendengar. Apabila dalam
peristiwa itu terselip pesan-pesan dan pelajaran mengenai berita-berita bangsa
terdahulu, rasa ingin tahu merupakan faktor paling kuat yang dapat menanamkan
peristiwa tersebut ke dalam hati. Dan nasihat dengan tutur kata yang
disampaikan tanpa variasi tidak mampu menarik perhatian akal, bahkan semua
isinya pun tidak akan bisa dipahami. Akan tetapi bila nasihat itu dituangkan
dalam bentuk kisah yang menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan maka
akan terwujudlah dengan jelas tujuannya. Orang pun akan merasa senang
mendengarnya, memperhatikannya dengan penuh kerinduan dan rasa ingin tahu, dan
pada gilirannya ia akan terpengaruh dengan nasihat dan pelajaran yang
terkandung di dalamnya. Kesusastraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang
khas di antara seni-seni bahasa dan kesusastraan. Dan “kisah yang benar” telah
membuktikan kondisi ini dalam uslub arabi secara jelas dan menggambarkannya
dalam bentuk yang paling itnggi, yaitu kisah-kisah Al-quran.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Qaṣaṣ (kisah-kisah) dalam Al-quran?
2.
Apa saja macam-macam kisah dalam Al-quran?
3.
Apa hikmah Qaṣaṣ (kisah-kisah) Al-quran?
4.
Bagaimana pengulangan sebagian kisah dan apa hikmahnya?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian Qaṣaṣ (kisah-kisah) dalam Al-quran.
2.
Mengetahui macam-macam Qaṣaṣ (kisah-kisah) dalam Al-quran.
3.
Mengetahui hikmah Qaṣaṣ (kisah-kisah) Al-quran.
4.
Mengetahui pengulangan sebagian Qaṣaṣ (kisah-kisah) dan hikmahnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN QAṢAṢ
Qaṣaṣ
secara bahasa berarti mengikuti jejak atau mengungkapkan masa lalu. Al-qaṣaṣ
adalah bentuk masdar dari Qaṣaṣan.Sedangkan secara istilah Qaṣaṣ
adalah berita berita mengenai suatu
permasalahan dalam masa masa yang saling berurutan.
Qaṣaṣ
alqur’an adalah pemberitaan mengenai keadaan umat yang telah lalu, nubuwwat
(kenabian) yang terdahulu dan peristiwa peristiwa yang telah, sedang dan akan
terjadi.[1]
Firman Allah SWT dalam Surat Al-Kahfi [18]:64.
فَارْتَدَّا
عَلَى اَثَارِهِمَا قَصَصًا
Maksudnya, kedua orang itu kembali
lagi untuk mengikuti jejak darimana keduanya itu datang.[2]
Dan firman-Nya melalui lisan ibu Musa dalam Surat Al-Qaṣaṣ [12]: 11.
وَقَالَتْ لِاُخْتِهِ
قُصِّيْهِ
Artinya:
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudaranya yang perempuan: Ikutilah dia.
Maksudnya,
ikutilah jejak sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya.
Qaṣaṣ berarti berita yang
berurutan. Firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran [3]: 62.
اِنَّ هَذَا لَهُوَ
الْقَصَصُ الْحَقُّ
Artinya:
Sesungguhnya ini adalah berita yang benar
Al-qaṣaṣ
dalam alquran sudah pasti dan tidak fiktif sebagaimana yang terkandung dalam
ayat ayat diatas
B. MACAM-MACAM QAṢAṢ AL-QUR’AN
Kisah-kisah dalam Al-quran
dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Dari segi waktu
Ditinjau
dari segi waktu kisah-kisah Al-quran ada tiga, yaitu:
a. Kisah hal gaib yang terjadi pada masa
lalu.
1)
Kisah
tentang penciptaan alam semesta
الَّذِيْ خَلَقَ
السَّمَوَتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِى سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى
عَلَى الْاَرْشِ الرَّحْمَنُ فَسْئَلْ بِهِ خَبِيْرًا
Artinya:
“ Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah,
maka tanyakanlah tentang itu kepada Yang Maha Mengetahui.” (QS. Al-Furqaan
[25]: 59)
2)
Kisah
tentang penciptaan Nabi Adam dan kehidupannya ketika di surga
وَيَا اَدَمُ اسْكُنْ
اَنْتَ وَ زَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا
هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظَّلِمِيْنَ
Artinya:
“ (Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di
surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) dimana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadika kamu berdua
termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-A’raaf [7]: 19)[3]
b. Kisah hal gaib yang terjadi pada masa kini
1)
Kisah
tentang turunnya malaikat-malaikat pada malam Lailatul Qadar seperti dalam QS.
Al-Qadar:1-5
2)
Kisah
tentang kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti setan, jin atau iblis
قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا
فَمَا يَكُوْنُ لَكَ اَنْ تَتَكَبَّرَ فِيْهَا فَاجْرُجْ اِنَّكَ مِنَ
الصَّغِرِيْنَ
Artinya:
“Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu, karena kamu tidak
sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu
termasuk orang-orang yang hina.” (QS. Al-A’raaf [7]: 13) [4]
c. Kisah hal gaib yang akan terjadi pada masa
yang akan datang
1)
Kisah
tentang akan datangnya hari kiamat seperti dalam QS. Al-Qaariah [101]: 1-11.
2)
Kisah
tentang Abu Lahab kelak di akhirat seperti dalam QS. Al-Lahab [111]: 1-5.
3)
Kisah
tentang orang-orang di surga dan orang-orang yang hidup di neraka seperti dalam
QS. Al-Ghaasyiyah [88]: 1-26.[5]
2. Dari segi materi
a. Kisah para nabi terdahulu
Cerita ini mencakup
dakwah mereka pada kaumnya, mukjizat mereka, sikap sikap umatnya kepada nabi,
fase dakwah dan perkembanganya, balasan terhadap orang orang kafir dan para
pendusta, seperti cerita nabi Nuh, Ibrahim dan lainnya.
b. Kisah Al-quran yang berkaitan dengan
kejadian masa lalu
Cerita tentang seseorang
yang tidak dapat dipastikan kenabianya, dan seperti kisah kedua putra nabi
Adam, Ashabul kahfi, Dzul Qornain, Siti maryam dan lainnya.
c.
Kisah
yang berkaitan dengan kejadian yang terjadi pada masa rasulullah, seperti
perang badar, uhud dalam surat al- Imran, perang hunain, tabuk dalam surat
at-taubah, hijrah, al-isra’ dan semacamnya.[6]
Menurut Sayyid Quṭb, cara khas yang tampak dalam keragaman teknik
penghidangan qashash dalam Al-quran ada 4 macam, yaitu:
a.
Al-quran mengungkapkan dengan memulai dari akhir kisah dan akibat
yang dialami oleh tokoh-tokohnya kemudian meneruskannya ke awal cerita dan
memperinci peristiwa-peristiwanya.
b.
Al-quran menyampaikan rangkuman dari kisah, kemudian menyampaikan
perinciannya dari awal sampai akhir cerita.
c.
Al-quran menuturkan inti kisah secara langsung tanpa didahului oleh
muqaddimah atau rangkumannya.
d.
Al-quran mengubah kisah menjadi drama. Al-Quran memulai cerita
dengan beberapa kata, kemudian membiarkan tokoh-tokohnya berbicara tentang
dirinya sendiri.[7]
C. MANFAAT QAṢAṢ AL-QURAN
a. Menjelaskan dasar-dasar dakwah agama Allah
dan menerangkan pokok-pokok syariat yang disampaikan para Nabi
b. Memantapkan hati Rasulullah SAW. Dan
umatnya dalam mengamalkan agama Allah (Islam) dan menguatkan kepercayaan para
mukmim tentang akan datangnya pertolongan Allah dan kehancuran orang-orang yang
sesat.
c. Mengabadikan usaha-usaha para Nabi dan
peringatan bahwa para Nabi yang terdahulu adalah benar.
d. Menampakkan kebenaran Nabi Muhammad SAW
dalam dakwahnya, dengan tepat beliau menerangkan keadaan umat-umat terdahulu.
e. Menyingkap kebohongan-kebohongan ahli
kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang murni dan mengoreksi
pendapat mereka.
f.
Menanamkan
akhlakul karimah dan budi yang mulia.
g. Menarik perhatian para pendengar yang
diberikan pelajaran kepada mereka.[8]
D. HIKMAH PENGULANGAN QAṢAṢ DALAM AL-QUR’AN
Al-quran
mencakup berbagai kisah yang berulang-ulang disebut di beberapa surat.Sebuah
kisah disebut berulang kali dalam bentuk yang berbeda-beda, kadang-kadang
pendek, kadang-kadang panjang. Di antara hikmahnya ialah:
a. Menjelaskan ke-balaghahan Al-quran
dalam bentuk paling tinggi. Diantara keistimewaan-keistimewaan balaghah ialah
menerangkan sebuah makna dalam berbagai macam susunan. Dan tiap-tiap tempat
disebut dengan kalimat yang berbeda dari yang telah disebutkan. Dengan demikian
selalu terasa nikmat ketika mendengar dan membacanya
b. Menampakkan kekuatan iʻjaz.
Menyebut suatu makna dalam berbagai bentuk susunan perkataan yang tidak dapat
ditantang oleh sastrawan-sastrawan Arab, menjelaskan bahwa Al-quran benar-benar
dari Allah.
c. Memberikan perhatian penuh kepada kisah
itu. Mengulangi kisah adalah salah satu cara ta’kid dan salah satu dari
tanda-tanda besarnya perhatian, seperti keadaannya kisah Musa dan Firʻaun.
d. Karena berbeda tujuan yang karenanyalah
disebut kisah itu. Di suatu tempat diterangkan sebagiannya, karena itu saja
yang diperlukan dan di tempat-tempat yang lain disebut lebih sempurna karena
yang demikianlah yang dikehendaki keadaan.[9]
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Qaṣaṣ
al-quran adalah pemberitaan mengenai keadaan umat yang telah lalu, nubuwwat
(kenabian) yang terdahulu dan peristiwa peristiwa yang telah, sedang dan akan
terjadi. Qaṣaṣ terbagi menjadi dua. Dilihat dari segi waktu, dan dilihat
dari segi materi. Manfaat yang dapat kita ambil dengan mempelajari qaṣaṣ ialah
kita dapat menyingkap kebohongan-kebohongan ahli kitab yang telah
menyembunyikan isi kitab mereka yang murni dan mengoreksi pendapat mereka, menanamkan
akhlakul karimah dan budi yang mulia, serta menarik perhatian para pendengar
yang diberikan pelajaran kepada mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-qattan, Manna’ Khalil. 2011. Studi Ilmu-Ilmu Quran. Jakarta:
PT Pustaka Litera Antar Nusa.
Anshori. (2013). Ulumul Qur’an. Depok: PT Rajagrafindo
Persada.
Ash-shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. (2014). Ilmu-ilmu
Al-Qur’an. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Syadali, Ahmad dan Ahmad Rofi’i. (1997). Ulumul Qur’an II. Bandung:
CV. Pustaka Setia.
Syafe’i,
Rachmat. 2006. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia.
[2] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran ( Jakarta: PT
Pustaka Litera Antar Nusa, 2011), 435.
[6] Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2014), 179-180.
[7] Rachmat
Syafe’i, Pengantar Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2006) hlm. 134
[9] Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2014), 181.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Manfaat