MAKALAH STUDI AL-QUR'AN "MAKKIYAH DAN MADANIYYAH"
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Studi Al-Quran yang membahas tentang Makkiyah dan
Madaniyyah.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami ucapkan ribuan terimakasih kepada para
pembiming kami dosen mata kuliah Studi Al-Qur’an dan sahabat-sahabatku tercinta
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Terlepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaruhi makalah kami. Akhir kata kami
berharap semoga makalah kami tentang Makkiyah dan
Madaniyyah ini dapat memberikan manfaat serta pengetahuan baru.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Al-Qur’an adalah pedoman bagi umat Islam.
Al-Qur’an diturunkan dalam dua periode yakni dari lauhil mahfudh ke baitul
izza dan dari baitul izza ke bumi. Pada periode ke dua Al-Qur’an
diturunkan secara berangsur-angsur dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Dalam
periode ke dua Al-Qur’an diturunkan dengan latar belakang yang berbeda. Dari
keterangan tersebut para ulama terdahulu membaginya menjadi dua jenis, yakni
Makiyyah dan Madaniyyah, ditinjau dari segi geografis, lafadz, sasaran dan
makna. Adapun beberapa ayat yang diperselisihkan karena ayat tersebut tidak
diturunkan di Makkah dan Madinah, melainkan ketika nabi dalam perjalanan antara
Makkah dan Madinah.
Demikianlah, akan kita lihat Surah Makkiyah
itu penuh dengan ungkapan-ungkapan yang kedengarannya amat keras ditelinga,
huruf-hurufnya seolah-olah melontarkan api ancaman dan siksaan, masing-masing
sebagai penahan dan pencegah. Yang terpenting dipelajari dalam pembahasan ini
ialah: 1).Yang diturunkan di Makkah. 2).Yang diturunkan di Madinah 3).Yang
diperselisihkan. 4).Yang diturunkan di perjalanan antara Makkah dan Madinah. Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sangat penting mengetahui perbedaan
antara Makiyyah dan Madaniyyah. Jadi bisa disimpulkan bahwa dasar betapa pentingnya
mengetahui perbedaan dari surah Makkiyah dan Madaniyyah tersebut karena sebagai
landasan pengetahuan dan sejarah untuk bisa menjadi muslim yang lebih baik.[1]
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana pengertian dari Makkiyah dan
Madaniyyah?
2. Apa manfaat mengetahui Makkiyah dan
Madaniyyah?
3. Apa perbedaan surah Makkiyah dan surah
Madaniyyah?
4. Apa ciri-ciri dari surah Makkiyahdan
Madaniyyah?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari Makkiyah
dan Madaniyyah.
2. Dapat mengetahui manfaat dari perbedaan
surah Makiyyah dan Madaniyyah.
3. Dapat membedakan antara surah Makkiyah dan
surah Madaniyyah.
4. Dapat menyebutkan ciri-ciri dari surah
Makkiyah dan Madaniyyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengrtian Makkiyah
dan Madaniyyah
Ada beberapa prespektif dalam mendefinisikan
terminologi Makkiyah dan Madaniyyah diantaranya adalah: Masa turunnya, objek
pembicaraan, tempat turunnya, tempat pembicaraannya.
1. Dari
prespektif masa turunnya dapat didefinisikan kedua terminologi tersebut menjadi sebagai berikut:
a). Makkiyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an
yang diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, meskipun turunnya ayat
tersebut bukan di sekitar Makkah
b). Madaniyyah
adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan setelah Rasulullah SAW hijrah ke
Madinah,meskipun turunnya ayat tersebut bukan di sekitar Madinah.
Sebagai contoh, sepertifirman Allah yang berbunyi ;
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ
اضْطُرَّ فِي غَيْرَ مَخْمَصَةٍ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ
فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“pada hari ini aku telah sempurnakan untukmu agamamu dan Aku cukupkan
untukmu nikmat Ku,dan Aku ridho islam sebagai agamamu.”
( QS. Al Maa’idah
(5):3)
Ayat yang
mulia ini, sebagai mana kita tau termasuk kategori Madaniyyah kendatipun tidak
di turunkan di Madinah karena ayat tersebut diturunkan pada peristiwa haji
wada’[2]
2. Dari prespektif objek pembicaraannya dapat didefinisikan kedua
terminologi tersebut menjadi sebagai berikut:
a). Makkiyah adalah ayat-ayat yang diserukan untuk orang-orang Makkah.
b). Madaniyyah adalah ayat-ayat yang
diserukan untuk orang-orang Madinah.
Pendefinisian di atas dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan
ayat Al-Qur’an dimulai dengan ungkapan “Yaa ayyuha ala-naas” yang
menjadi kriteria Makiyyah, dan ungkapan ”Yaa ayyuha al ladziina” yang menjadi kriteria Madaniyyah.
Namun tidak selamanya asumsi ini benar. Contoh firman Allah yang
berbunyi:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونٌ
“Hai manusia, sembahlah
Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelumkamu, agar
kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah (2): 21).
Ayat ini dimulai dengan ungkapan “yaa
ayyuha ala-naas” tetapi termasuk kategori
Madaniyyah karena ia merupakan salah satu dari surah Al Baqarah yang
telah disepakati oleh ulama sebagai surah Madaniyyah.
Contoh lainnya firmanAllah yang berbunyi;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا
وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan,
supaya kamu mendapat kemenangan”.
(QS. Al Hajj
(22): 77)
Ayat ini dimulai dengan ungkapan “ yaa ayyuha al ladziina” tatapi
ini ayat ini termasuk kategori Makkiyah.[3]
3. Dari prespektif tempat turunnya dapat didefinisikan kedua termonologi
tersebut menjadi sebagai berikut:
a). Makiyyah adalah ayat-ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya
seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyyah.
b). Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya
seperti Ubud, Quba’, dan Sul’a.
Terdapat cela kelemahan dari pendefinisian diatas sebab terdapat
ayat-ayat tertentu yang tidak diturunkan di Makkah, Madinah dan sekitarnya,
misalnya QS. At- Taubah (9): 49 diturunkan di Tabuk, dan QS. Az Zuhruf (43): 45
yang diturunkan di perjalanan antara Makkah dan Madinah. Kedua ayat tersebut
tidak dapat dikatagorikan kedalam Makiyyah dan Madaniyyah.[4]
4. Dari prespektif tema pembicaraan akan disinggung lebih terinci dalam uraian
karakteristik kedua klasifikasi tersebut.
Kendatipun mengunggulkan pendefinisan Makiyyah dan Madaniyyah dari
prespektif masa turun, Subhi Sholeh melihat komponen-komponen serupa dalam tiga
pendefinisian. Bukti lebih lanjut dari tesis Sholeh bisa dilihat dalam kasus surah
Al Mumtahanah (60). Bila dilihat dari tempat turunnya surat ini termasuk Madaniyyah
karena diturunkan sesudah peristiwa hijrah. Akan tetapi dalam objek pembicaraannya
surat ini termasuk Makiyyah karena menjadi kitab bagi orang-orang Makkah. Oleh
sebab itu para sarjana muslim memasukkan surat itu kedalam “Ma nuzila bi Al-Madinah
wahukmuhu Makki”. [5]
B. Cara
Mengetahui Makkiyah dan Maddaniyah
Dalam menetapkan mana yang termasuk
kategori ayat-ayat Al Qur’an Makkiyah dan Madaniyyah, para sarjana muslim
berpegang teguh pada 2 perangkat pendekatan:
1). Pendekatan Transmisi (periwayatan)
Dengan perangkat pendekatan transmisi para sarjana muslim merujuk kepada
riwayat-riwayat valid yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang
besar kemungkinan menyaksikan turunnya wahyu, atau para generasi tabiin yang
saling berjumpa dan mendengar langsung dari para sahabat tentang aspek-aspek
yang berkaitan dengan proses kewahyuan Al-Qur’an, termasuk di dalamnya adalah
informasi kronologis Al-Qur’an.
Seperti halnya hadist-hadist Nabi telah
terekam dalam kodifikasi tentang hadist, para sarjana muslimpun telah merekam
informasi dari para sahabat dan tabiin tentang Makkiyah dan Madaniyyah dalam
kitab-kitab tafsir.[6]
2). Metode perbandingan (Qiyas)
Metode perbandingan adalah metode yang
mendasarkan pada ciri-ciri khusus yang ada pada surah atau ayat. Berdasarkan
metode ini, jika dalam surah Madaniyyah terdapat ayat yang membicarakan tentang
peristiwa yang berhubungan dengan kondisi atau keadaan penduduk Makkah, maka ayat
tersebut ditetapkan sebagai Makiyyah. Sebaliknya jika dalam surat Makiyyah
terdapat ayat yang membicarakan tentang berbagai kebiasaan seperti dalam
Madaniyyah atau menjelaskan suatu peristiwa Madaniyyah, maka ditetapkan bahwa
ayat itu Madaniyyah.
Sehubungan dengan metode perbandingan ini
maka ulama menyatakan bahwa setiap surat yang didalamnya terdapat kisah para Nabi
atau umat terahulu, surat tersebut termasuk Makiyyah. Sedangkan setiap surat
yang didalamnya terdapat suatu kewajiban syariat maka surat tersebut termasuk
Madaniyyah.[7]
C.
Manfaat Mengetahui Makkiyah dan Maddaniyah
Ada beberapa manfaat yang dapat kita
peroleh dengan mengetahui mana surah Makkiyah dan mana surah Madaniyyah, di
antaranya adalah :
1).Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat
Qur’an, turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwahnya
dengan segala peristiwanya.[8]
2). Dapat mengetahui hukum nasikh dan hukum
mansukh dalam Al Qur’an.
Apabila ada
dua ayat .atau beberapa ayat dalam Al Qur’an yang berada satu tema pembahasan, sedangkan
hukum dalamsatu ayat tersebut berbeda dengan hukum pada ayat yang lain. Lalu
diketahui bahwa salah satu ayat tersebut adalah Makkiyah sedangkan yang lainnya
adalah Madaniyyah, maka kita dapat menetapkan maka ayat Madaniyyah tersebut menjadi
nasikh (pengganti) dari ayat Makkiyah tersebut. Karena ayat Madaniyyah
diturunkan lebih akhir dari ayat Makkiyah. Dalam kaidah ushul fiqih, ayat yang
turun lebih akhir menghapus ayat yang turun terlebih dahulu.
3). Mengetahui dan memehami perkembangan
hukum syariat islam dalam membina individu dan masyarakat islam yang lebih baik
dari sebelumnya.[9]
D. Perbedaan dan Pembagian Surah Makkiyah dan Madaniyyah
Para ulama mempunyai tiga pandangan yang masing-masing mempunyai dasar
sendiri antara lain:
1). Dari segi waktu turunnya
Makkiyah adalah ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan sebelum hijrah
meskipun bukan di Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat Al Qur’an yang
diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Madinah.
2). Dari tempat turunnya
Makkiyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Makkah dan
sekitarnya seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Sedangkan Maddaniyah adalah
ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sektarnya seperti Uhud,
Quba, dan Sil.
3). Dari segi sasarannya
Makkiyah adalah yang seruannya ditunjukkan kepada masyarakat Makkah.
Sedangkan Maddaniyah adalah yang seruannya ditujukkan kepada masyarakat
Madinah.[10]
Pendapat yang paling mendekati kebenaran tentang bilangan surah-surah
Makkiyah dam Madaniyyah ialah bahwa Madaniyyah ada dua puluh surah diantaranya
adalah:
1.Al Baqarah
2.Ali ‘imran 3.An Nisa’ 4. Al-Maidah 5.Al-Anfal 6.At-Taubah 7.An-Nur
8.Al-Ahzab 9.Muhammad 10.Al-Fath 11.Al-Hujurat 12.An Nasr
13.Al-Hadid 14.Al-Mujadilah 15.Al-Hasyr
16.Al-Mumtahanah 17.Al Munafiqun 18.Al-Jumu'ah
19.At Talaq 20.At Tahrim.
Sedang yang diperselisihkan ada dua belas surah:
1.Al Fatihah 2.Ar Ra’d
3.Ar rahman 4.As Saff 5.At Tagabun
6.At Tafif 7.Al Qadar 8.Al Bayyinah 9.Az Zalzalah
10.Al Ikhlas 11.Al Falaq 12.A Nas.
Selain yang disebutkan di atas adalah Makkiyah, yaitu delapan puluh dua
surah. Maka jumlah surah-surah Qur’an itu semuanya seratusempat belas surah.[11]
E.Ciri-Ciri Makkiyah dan Maddaniyah
Para ulama telah
menerangkan pula beberapa ketentuan dan ciri-ciri untuk mengetahui antara surah
Makkiyah dan Maddaniyah diantaranya adalah:
Ciri-ciri
surah Makkiyah
a). Setiap surah Al-Qur’an yang di dalamnya
terdapat lafazh “kalla” (jangan begitu) adalah termasuk surah Makkiyah. lafazh
“kalla” ini disebutkan sebanyak 33 kali dan terdapat di dalam15 surah yang
semuanya terdapat pada bagian akhir dari Al-qur’an bahwa mayoritas separuh
akhir dari Al-qur’an itu turun sebelum hijrah.
Contoh:
ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُون
”kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui”(QS. Annaba’ (30): 5)
b). Setiap
surah yang di dalamnya ada bacaan sajadahnya, maka surah tersebut adalah
Makkiyah, seperti surahAn-Najm, Al ‘Alaq dan lain-lain.
Contoh:
إِنَّ ٱلَّذِينَ
عِندَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِۦ وَيُسَبِّحُونَهُۥ وَلَهُۥ
يَسْجُدُونَ
“Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah
merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya
kepada-Nya-lah mereka bersujud” (QS. Al-'A`raf (70): 206)
c). Setiap surah yang diawali ataupun
dibuka dengan huruf hijaiyah, maka ia adalah Makkiyah, seperti surah Al A’raaf,
Yuunus, Huud, Yuusuf, Ibrahim, Al Hijr dan lain sebagainya kecuali dua surah
panjang yaitu Al baqarah dan Ali ‘Imraan yang keduanya adalah Madaniyah.
Contoh:
المص
“Alif lam mim shaad” (QS. Yuunus
(10): 1)
d). Setiap surah yang berisikan
kisah-kisah para nabi, para kaumnya, dan juga umat-umat yang terdahulu adalah
Makkiyah, kecualiAl-Baqarah.
Contoh:
فَأَلْقَىٰ
مُوسَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ
”Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan
benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu” (QS. Asy Syu’ara’(26): 45)
e). Setiap surah yang menceritakan tentang
kisah Nabi Adam dan iblis adalah Makkiyah, kecuali surahAl Baqarah.[12]
Contoh:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي
آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ
أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
“Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"(QS. Al A’raaf (7): 172)
Sementara
itu, beberapa ciri-ciri surah Madaniyah di antaranya adalah:
a). Setiap
surah yang membahas secara terperinci tentang hukum, ibadah, dan interaksi
sesama manusia.
Contoh:
وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ
فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِنَ اللَّهِ ۗ
وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan
dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS. Al Maidah(5): 38)
b). Setiap surah yang menjalaskan secara
terperinci tentang jihad dan segala ketentuannya.
Contoh:
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا
وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ
خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Berangkatlah kamu baik dalam
keadaan merasa ringan atau merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan
dirimu di jalan Allah, Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.” (Q.S.At-Taubah(9): 41)
c). Setiap surah yang menerangkan secara
terperinci tentang orang-orang munafik dan segala sifat, cara-cara, dan tipu
dayanya terhadap dakwah Islamiyah.[13]
Contoh:
وَيَقُولُونَ طَاعَةٌ فَإِذَا بَرَزُوا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ
طَائِفَةٌ مِنْهُمْ غَيْرَ الَّذِي تَقُولُ ۖ وَاللَّهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُونَ
ۖ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا
“Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami
hanyalah) taat". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian
dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang
telah mereka katakan tadi. Allah menulis
siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka
dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung”(QS. An
Nisa’(4): 81)
d). Membuat
bantahan bagi Ahlul Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani).
Contoh:
وَتَرَىٰ كَثِيرًا مِنْهُمْ
يُسَارِعُونَ فِي الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ ۚ لَبِئْسَ مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi)
bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat
buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. (QS. Al Maidah (5): 62)
e). Terdapat
klaimat “orang-orang yang beriman” pada ayat-ayatnya.[14]
Contoh:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat?”(QS. As
Shaff(61): 2)
PENUTUP
KESIMPULAN
Al-Qur’an
dibagi menjadi dua periode pada zaman nabi yakni, Makiyyah dan Madaniyyah. Ayat
atau surat Makiyyah cenderung menerangkan tentang tauhid dan Madaniyyah
cenderung menerangkan tentang syariat. Hal tersebut dapat diketahui melalui
beberapa metode yakni, metode transmisi (periwayatan) dan metode analogi
(qiyas). Metode tersebut meninjau dari segi geografis, lafadz, sasaran dan
latar belaknag turunnya.
Ciri-ciri
ayat Makiyyah adalah di dalamnya terdapat ayat sajdah, ayat-ayatnya dimulai
dengan “kalla”dan seperti yang telah diterangkan diatas,
sedangkan ciri-ciri ayat Madaniyyah adalah mengandung ketentuan-ketentuan
faroidl dan had, mengandung perdebatan dengan ahli kitab dan sepertiyang telah
diterangkan diatas.
Manfaat
mempelajari Makiyyah dan Madaniyyah juga sangat penting bagi kita yakni, untuk
mengetahui hukum nasikh dan mansukh, mengetahui perkembangan hukum syariat
islam dan seperti yang telah dijelaskan diatas.
DAFTARPUSTAKA
Al-Qaţţān, Mannā’Khalīl, 2014. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Jakarta: PT.Pustaka
Litera Antar Nusa.
Anwar, Rosihan, 2007. Ulumul
Qur’an, Cet, 6; Bandung: Pustaka Setia.
Anwar, Rosihan, 2009. Pengantar Ulumul
Qur’an, Cet, 1; Bandung: Pustaka Setia.
Herman, Asep, 2013, Ulumul Qur’an, Cet,
2; Bandung: Remaja Rosdakarya..
Supiana, 2002. Ulumul Qur’an. Bandung:
Pustaka Islamika.
Thantowi. Mohammad, 2001. Al-Qur’an wa
Lailatul Qadar. Jakarta Selatan: Pustaka Azzam.
[1] Mannā’ Khalīl al-Qaţţān. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: PT.Pustaka
Litera Antar Nusa,2014),71-73
[8] ,Mannā’ Khalīl al-Qaţţān. Studi Ilmu-ilmu Qur’an(Jakarta:
PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2014),
82.
[11] Mannā’ Khalīl al-Qaţţān. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: PT.Pustaka
Litera Antar Nusa,2014), 74
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Manfaat