MAKALAH ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN ISLAM
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Membahas aliran-aliran
pemikiran islam, maka tak lain membahas agama islamitu sendri yang biasa
disebut dengan studi islam. Di kalangan para ahli masih terdapat
perdebatan di sekitar permasalahan apakah studi islam (agama)
dapat dimasukkan kedalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat karakteristik
antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda.
Paling popular dalam
perkembangannya ada tiga buah aliran pemikiran dalam islam, yaitu :
1.
aliran kalam (teologi)
2.
aliran fiqih (hukum)
3.
aliran tasawuf
Aliaran –aliran dalam
Islam secara garis besarnya adalah kalam,fiqih,tasawuf, dan filsafat.
Masing-masing dari pembagian aliran-aliran yang telah kami sebutkan di atas.
Mereka terbagi-terbagi lagi menjadi beberapa bagian.
Namun, hal yang
terpenting yang harus digaris bawahi sumber mereka satu, yaitu al-Qur’an dan
as-Sunnah. Sedang realitas yang ada memang benar adanya bahwa Allah SWT
menurunkan ayat yang sifatnya zhanni lebih banyak daripada ayat yang sifatnya
Qhat’i, agar daya nalar yang dimiliki oleh manusia berkembang.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
saja dan bagaimana pemikiran dari aliran teologi ?
2. Apa
saja dan bagaimana pemikiran dari aliran fikih ?
3. Apa
saja dan bagaimana pemikiran dari aliran tasawuf ?
4. Apa
saja dan bagaimana pemikiran dari aliran filsafat ?
C. TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah, sebagai berikut :
1. Mengetahui
dan memahami aliran teologi.
2. Mengetahui
dan memahami aliran fikih.
3. Mengetahui
dan memahami aliran tasawuf.
4. Mengetahui dan memahami aliran
filsafat .
PEMBAHASAN
ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN ISLAM
A.
Aliran Teologi
Dalam tradisi
ilmu keislaman konvensional mengartikan teologi
islam sebagai ilmu kalam
yakni ilmu kalam ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan (Alloh),
sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang yang mesti tidak ada padanya serta sifat-sifat yang mungkin
ada padanya, dan membicarakan pula tentang Rosul-rosul Tuhan, untuk menetapkan
kersulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang
mesti tidak ada padanya serta sifat-sifat yang mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang mungkin terdapat
padanya.
Islam merupakan agama
yang diyakini sebagai agama rahmat li al-amin oleh setiap umat Islam, tetapi tidak selamanya bersifat
positif salah satu buktinya adalah tahkim. Peristiwa ini membuat bencana bagi
umat islam sehingga terpecah belah menjadi tiga kelompokyaitu :
a.
Pendukung Mu’awiyah yaitu Amr bin Ash
b.
Pendukung Ali bin Abithalib yaitu Abu musa al-Asy’ari
c.
Kelompok yang menentang Ali bin Abi thalib yang dipelopori oleh
Atab bin A’war dan Urwah bin Jarir,kelompok ini dikenal dengan nama Khawarij. Macam-Macam Aliran Kalam antara lain :
1.
Khawarij
Khawarij ini merupakan suatu aliran dalam kalam yang bermula dari sebuah kekuatan politik. Dikatakan khawarij (orang-orang yang keluar) karena mereka keluar dari barisan pasukan Ali saat mereka pulang dari perang Siffin, yang dimenangkan oleh Mu’awiyah melalui tipu daya perdamaian.
Khawarij ini merupakan suatu aliran dalam kalam yang bermula dari sebuah kekuatan politik. Dikatakan khawarij (orang-orang yang keluar) karena mereka keluar dari barisan pasukan Ali saat mereka pulang dari perang Siffin, yang dimenangkan oleh Mu’awiyah melalui tipu daya perdamaian.
Pokok-pokok pikiran aliran ilmu
kalam mereka sebagai berikut :
1.
Orang Islam yang melakukan dosa besar adalah termasuk Kafir.
2.
Orang yang terlibat perang Jamal yakni perang antara Ali dan Aisyah
dan pelaku arbitrase antara Ali dan Mua’awiyah dihukum Kafir.
3.
Kholifah menurut mereka tidak harus keturunan Nabi atau suku
quraisyMempercayai bahwa Muhamad bin Hanafiah sebagai pemimpin setelah Husein Ibn Ali
wafat.
2. Murji’ah
Kaum khawarij berpendapat bahwa mukmin yang melakukan dosa besar itu menjadi kafir dan kelak akan kekal dalam neraka, maka Kaum Murji’ah berpendapat bahwa mukmin yang melakukan dosa besar tersebut masih tetap mukmin, yaitu mukmin yang berdosa tidak berubah menjadi kafir.Disamping itu, mereka berpendapat bahwa iman itu adalah mengetahui dan meyakini atas ke-Tuhanan Allah dan ke-Rasulan Muhammad. Mereka tidak memasukkan unsur amal dalam iman, sehingga amal tidak mempengaruhi iman. Pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam mereka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kaum khawarij berpendapat bahwa mukmin yang melakukan dosa besar itu menjadi kafir dan kelak akan kekal dalam neraka, maka Kaum Murji’ah berpendapat bahwa mukmin yang melakukan dosa besar tersebut masih tetap mukmin, yaitu mukmin yang berdosa tidak berubah menjadi kafir.Disamping itu, mereka berpendapat bahwa iman itu adalah mengetahui dan meyakini atas ke-Tuhanan Allah dan ke-Rasulan Muhammad. Mereka tidak memasukkan unsur amal dalam iman, sehingga amal tidak mempengaruhi iman. Pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam mereka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a)
Pengakuan Iman Islam cukup di dalam hatinya saja dan tidak dituntut
membuktikan keimanan dengan perbuatan.Bagi mereka perbuatan maksiat tidak merusak iman sebagai mana perbuatan taat tidak bermanfaat bagi yang kufur, selain itu Murji’ah iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang.
membuktikan keimanan dengan perbuatan.Bagi mereka perbuatan maksiat tidak merusak iman sebagai mana perbuatan taat tidak bermanfaat bagi yang kufur, selain itu Murji’ah iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang.
b)
Selama seorang muslim meyakini dua kalimat syahadat apabila ia berbuat
dosa besar maka tidak tergolong kafir dan hukuman mereka ditangguhkan diakhirat dan hanya Allah yang berhak menghukum
dosa besar maka tidak tergolong kafir dan hukuman mereka ditangguhkan diakhirat dan hanya Allah yang berhak menghukum
Sebagian
umat islam khawatir terhadap gagasan Khawarij yang mengkafirkan Ali bin Abi
thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Amir bin Ash, Abu Musa al-Asy’ari, kemudian
dikenal sebagai Murji’ah.
3.
Qadariyah.
Dalam paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai
qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari
pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepâda qàdar atau qada Tuhan.
Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan
posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia
dinilai mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk
tidak melaksanakan kehendaknya itu. Dalam menentukan keputusan yang menyangkut
perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan, tanpa ada campur tangan
Tuhan.Pemahaman mereka tentang konsep iman, pengakuan hati dan amal dapat
menimbulkan kesadaran bahwa manusia mampu Sepenuhnya memilih dan menentukan
tindakannya sendiri, baik atau buruk.
4.
Jabariyah
Aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.Aliran jabariyah dibagi menjadi 2 yaitu aliran jabariyah yang ekstrim dan moderat. Aliran jabariyah yang ekstrim tokohnya adalah jahm bin safwan pendapatnya manusia sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh paham qodariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusai tidak boleh lepas dari aturan, skenario, dan kehendak Allah.
Aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.Aliran jabariyah dibagi menjadi 2 yaitu aliran jabariyah yang ekstrim dan moderat. Aliran jabariyah yang ekstrim tokohnya adalah jahm bin safwan pendapatnya manusia sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh paham qodariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusai tidak boleh lepas dari aturan, skenario, dan kehendak Allah.
5.
Muktazilah
Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak memakai akal sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.
Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak memakai akal sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.
Aliran Muktazillah
mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al- khamsah.
Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
a)
Keesaan tuhan (al-tauhid )
b)
Keadilan tuhan (al-adl )
c)
Janji dan ancaman (al-wa’d wa al-waid )
d)
Posisi diantara dua tempat ( al-manzilah bain al-manzilatin )
e)
Amar makruf nahi munkar (al-amr bi al-ma’ruf wa al-nahy’an al-munkar)
6.
Ahlu sunnah wal jama’ah
Ahlu sunnah wal jama’ah terbentuk
akibat dari adanya penentangan terhadap aliran Muktazilah oleh orang Muktazilah
itu sendiri, mereka adalah Abu al-Hasan, Ali bin Isma’il bin Abi basyar ishak
bin Salim bin isma’il bin abd Allah bin Musa bin Bilal bin Abi burdah amr bin
Abi musa al-asy’ari.Imam al-asy’ari (260-324 H), menurut Abubakar isma’il
al-Qairawani adalah seorang penganut Muktazilah selama 40 tahun kemudian ia
menyatakan keluar dari Muktazilah. setelah itu ia mengembangkan ajaran yang
merupakan counter terhadap gagasan –gagasan Muktazilah.
Ajaran
pokok Ahlu sunnah wal jama’ah tidak sepenuhnya sejalan dengan gagasan Imam
al-asy’ari. Para pelanjutnya antara lain Imam abu manshur al-maturidi yang
kemudian mendirikan aliran Maturidiyyah yang ajarannya lebih dekat dengan
muktazilah. Imam al- maturidi pun memiliki pengikut yaitu al-bazdawi yang
pemikirannya tidak selamanya sejalan dengan gagasan gurunya. Oleh karena itu
para ahli menjelaskan bahwa maturidiah terbagi menjadi dua golongan:
a)
Golongan Maturidiah Samarkand, yaitu para pengikut Imam al
maturidi.
b)
Golongan Maturidiah Bukhara,yaitu para pengikut Imam al
bazdawi yang tampaknya
lebih dekat dengan ajaran al-asy’ari.
7.
Salafi
Aliran ini tidak selamanya sejalan dengan gagasan-gagasan imam al-asy’ari, terutama karena aliran ahlu sunnah wal jama’ah menggunakan logika (manthiq) dalam menjelaskan teologi, sedangkan aliran salafi Setelah menghendaki teologi apa adanya tanpa dimasuki oleh unsur ra’y. Aliran ini dikemukakan oleh Ibnu taimiah.
Aliran ini tidak selamanya sejalan dengan gagasan-gagasan imam al-asy’ari, terutama karena aliran ahlu sunnah wal jama’ah menggunakan logika (manthiq) dalam menjelaskan teologi, sedangkan aliran salafi Setelah menghendaki teologi apa adanya tanpa dimasuki oleh unsur ra’y. Aliran ini dikemukakan oleh Ibnu taimiah.
8.
Aliran Al asy’ariyah
Setelah keluar dari kelompok
Muktazillah, al-Asy’ari merumuskan pokok-pokok ajarannya yang berjumlah tujuh
pokok. Berikut ini adalah tujuh pokok ajaran aliran As’ariyah:
a)
Tentang Sifat Allah
Menurutnya, Allah mempunyai sifat, seperti al-Ilm (mengetahui), al-Qudrah
(kuasa), al-Hayah (hidup), as-Sama’ (mendengar), dan al-Basar (melihat).
b)
Tentang Kedudukan
Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam arti baru dan diciptakan.
Dengan demikian, Al-Qur’an bersifat qadim (tidak baru)
c)
Tentang melihat Allah Di
Akhirat
Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala karena Allah mempunyai
wujud.
d)
Tentang Perbuatan
Manusia
Perbuatan-perbuatan manusia itu ciptaan Allah.
e)
Tentang
Antropomorfisme
Menurut alAsy’ari, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan, sebagaimana
disebutkan dalam surah al-Qamar ayat 14 dan ar-Rahman ayat 27. akan tetapi
bagaimana bentuk Allah tidak dapat diketahui.
f)
Tentang dosa
Besar
Orang mukmin yang berdosa besar tetap
dianggap mukmin selam ia masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
g)
Tentang Keadilan
Allah
Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia milik kehendak mutlak atas
ciptaan-Nya.
B.
Aliran Fikih
1.
Aliran Syafi’iyyah ( Mutakallimin )
Aliran
ini membangun ushul fiqih mereka secara teoritis, tanpa terpengaruh oleh
masalah-masalah furu’ (masalah keagamaan yang tidak pokok)[1].
Dalam membangun teori, aliran ini menetapkan kaidah-kaidah dengan alasan yang
kuat, baik dari naqli (al-Qur’an dan atau Sunnah) maupun dari ‘aqli (akal
pikiran), tanpa dipengaruhi oleh masalah-masalah furu’ dari berbagai mazhab,
sehingga teori tersebut adakalanya sesuai dengan furu’ dan ada kalanya tidak. Setiap permasalahan yang diterima
akal dan didukung oleh dalil naqli, dapat dijadikan kaidah, baik kaidah itu
sejalan dengan furu’mazhab maupun tidak, sejalan dengan kaidah yang telah
ditetapkan imam mazhab atau tidak.
2.
Aliran Fuqaha’
Aliran ini dianut ulama-ulama mazhab Hanafi. Dinamakan aliran fuqaha’, karena aliran ini dalam membangun teori ushul
fiqhnya banyak
dipengaruhi oleh masalah furu’ dalam
mazhab mereka[2].Berbeda dengan aliran Syafi’iyyah/Mutakallimin
yang sama sekali tidak terpengaruh oleh furu’ yang ada dalam mazhabnya,
sehingga sering terjadi pertentangan kaidah dengan hukum furu’ dan terkadang
kaidah yang dibangun sulit untuk diterapkan.
3.
Aliran Gabungan
Pada
perkembangannya muncul trend untuk menggabungkan kitab ushul fiqh aliran mutakallimin dan
Hanafiyah. Metode penulisan ushul fiqih aliran gabungan adalah
dengan membumikan kaidah ke dalam realitas persoalan-persoalan fiqih.
Persoalan hukum yang dibahas imam-imam madzhab diulas dan
ditunjukkan kaidah yang menjadi sandarannya.
C.
Aliran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang
studi islam yang memfokouskan perhatiannya pada dimensi esotorik yakni
pembersihan aspek rohani manusia sehinnga dapat menimbulkan ahlak mulia. Hal
ini berbeda dengan aspek fiqih seperti pelaksanaan thoharoh misalnya, memusatkan
perhatiaannya pada pembersiahan aspek jasmani manusia yang disebut dimensi
eksoteris[3]. Macam – Macam Aliran Tasawuf antara lain :
a) Tasawuf Ahlaki (sunni)
Dalam hal landasannya, tasawuf akhlaki (tasawuf sunni) ini berpijak pada
Al-Qur’an dan As-sunnah. Orientasi dari tasawuf
akhlaki (tasawuf sunni) ini adalah pembentukan akhlak yang mulia (mahmudah) dalam
mencari hakikat kebenaran, mewujudkan manusia yang mengenal dan dekat kepada
Allah (ma’rifah).
b)
Tasawuf Irfani
Di
samping tasawuf akhlaqi yang membahas moralitas yang terukur,
seperti kejujuran, keikhlasan, dan perkataan yang benar, ada juga tasawuf irfani yang tingkatannya
lebih tinggi lagi. Ini tidak hanya membahas soal keikhlasan dalam hubungan
antarmanusia, tetapi lebih jauh menetapkan bahwa apa yang kita lakukan
sesungguhnya tidak pernah kita lakukan. Ini tingkatan ikhlas yang paling
tinggi.
c)
Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang
ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya.
Berbeda dengan tasawuf akhlaki, tasawuf
falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya.
Terminologi falsafi tersebut berasal dari bermacam macam ajaran filsafat yang
telah memengaruhi para tokohnya.
Menurut
At-Taftazani, tasawuf mulai muncul dengan jelas dalam khazanah Islam sejak abad
keenam Hijriah[4]. Masih menurut
At-Taftazani, ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang
samar-samar akibat banyak istilah khusus yang hanya dapat dipahami oleh mereka
yang memahami ajaran tasawuf jenis ini.
D.
Aliran Filsafat
a)
Idealisme
Idealisme adalah suatu
aliran filsafat yang paling tua yang umumnya disandarkan dengan filusuf
besar Plato. Aliran
ini memiliki suatu keyakinan bahwa realitas ini terdiri dari subtansi
sebagaimana ide-ide atau spirit. Pengetahuan menurut aliran ini tidak lain
adalah yang ada dalam ruang idea. Alam nyata tergantung pada Tuhan sebagai Jiwa
Universal. Alam nyata ini adalah pancaran dan ekspresi dari Jiwa Universal itu.
Realitas yang sesungguhnya bukanlah terletak pada bendanya, tetapi pada sesuatu
yang berada didalam dan mengikat zat tersebut, sehingga ia menjadi wujud[5].
b)
Realisme
Pada hakikatnya
kelahiran realisme sebagai suatu aliran dalam filsafat sebagai sintesis antara
filsafat idealisme (Immanuel Kant) di
satu sisi dan empirisme ( John
Locke ) di sisi lainnya. Realisme ini kadang kala disebut juga neo
rasonalisme. John Locke memandang
bahwa tidak ada kebenaran yang bersifat metafisik dan universal. Ia
berkeyakinan bahwa sesuatu dikatakan benar jika didasarkan pada pengalaman-pengalaman
indrawi, sifatnya induksi[6]. John Locke menyangkal
kebenaran akal.
c)
Rasionalisme
Rasionalisme adalah
suatu aliran filsafat yang muncul pada zaman modern dengan menekankan bahwa
dunia luar adalah sesuatu yang riil. Rasionalisme memiliki suatu keyakinan
bahwa sumber pengetahuan terletak pada rasio manusia melalui persentuhannya
dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya.
BAB III
KESIMPULAN
Aliran-aliran dalam pemikiran islam terbagi menjadi 4, yaitu:
1)
Aliran Teologi antara lain: Khawarij, Murji’ah, Qodariah, Jabariyah,
Muktazillah, Ahluss Sunnah wal Jama’ah, salafi, Al As-Ariyah.
2)
Aliran Fiqih antara lain: Syafi’iyah (Mutakallimin), Fuqoha’, Gabungan.
3)
Aliran Tasawuf antara lain: Tasawuf Ahlaqi (sunni), Tasawuf Irfani, dan
Tasawuf Falsafi.
4)
Aliran Filsafat antara lain: Idealisme, Realisme, dan Rasionalisme.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung, Metode
Penelitian Sejarah, Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1999
Anwar, Risihon, dkk, Pengantar Studi
Islam, Bandung:Pustaka Setia, 2009
Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi
Islam, Yogyakarta:Teras, 2013
Nata, Abuddin, Metodologi Stiudi
Islam, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2014
ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN ISLAM
Makalah Ini Dibuat
Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu :
Imam
Taulabi, M. Pd. I
Disusun oleh kelompok 5
Kelas J
1. IZZANA FAUZYAH (932136417)
2. MOH. MUTAMMAM I. (932136917)
3. DESTAOXSA AURELENSKY. W. (932138817)
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
TAHUN AJARAN 2017/2018
[6] Hamdani Ihsan
dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III,
(Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Manfaat