Sabtu, 11 November 2017

DISRUPTIF


DISRUPTIF

A.      Pengertian Perilaku Disruptif
Perilaku distrubtif dicirikan dengan tingkah laku yang mengacau secara sosial. Gangguan perilaku ditandai dengan pola tingkah laku yang berulang dimana hak dasar orang lain trganggu. Masalah ini biasanya terjadi pada masa kanak-kanak akhir dimana masalah ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
B.       Karakteristik anak Berperilaku Disruptif
Perlu untuk men­getahui ciri-ciri perilaku yang dimunculkan seorang anak, karena hal ini, bisa membantu orang lain un­tuk mengenal perilaku yang muncul termasuk dalam disruptive bahvior atau sudah termasuk gangguan. Disruptive behavior juga mempunyai ciri-ciri tertentu seperti tidak taat pada aturan, berbicara di kelas, berdebat dengan teman sekelas, mengamuk, tidak memperhatikan penjelasan guru, berbohong, dan lain-lain.
C.       Faktor-faktor Perilaku Disruptif
1.      Faktor genetik atau biologis
Anak lak-laki lebih sering melakukan prilku disruptif dibandingkan anak perempuan.
2.      Faktor keluarga
Hubungan dan interaksi yang paling intens dari seorang anak adalah dalam lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua, sebab hal itu menjadi acuan dalam interaksi sosial selanjutnya. Jika hubun­gan anak dengan orang tua di awal masa hidupnya tidak terjalin secara positif, bisa saja mempengaruhi hubungan dan perilaku anak ketika dewasa.
3.      Faktor lingkungan
Disruptive behavior bisa terjadi anak-anak juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak bermoral. Anak-anak dengan mudah menyaksikan dan mecontoh perilaku kekeran dan perilaku mengganggu lainya melalui media dan masyarakat disekitarnya. Pengaruh ini yang bisa meningkatkan siswa terlibat dalam perilaku mengganggu.
D.      Jenis-jenis Gangguan Perilaku Disruptif
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan cacat mental
E.       Penanganan Gangguan Perilaku Disruptif
Program pelatihan keterampilan sosial dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa perilaku disruptive merupakan hasil belajar tingkah laku yang salah dan atau anak belum menguasai keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan orang lain baik dengan keluarga maupun masyarakata luas.
Pelatihan perilaku orangtua berdasarkan asumsi bahwa perilaku anak (normal, menyimpang, atau mengalami keterlambatan) terkait dengan perilaku orangtua terhadap anak. Jadi interaksi orangtua dan anak sangat berperan dalam membentuk perilaku.
Dari uraian diatas dapat kita pahami bahwa prilaku disruptif adalah prilaku yang mengganggu orang lain. Prilaku disruptif yang dimaksud seperti ramai dikelas, membolos, mengamuk, tidak taat pada peraturan, dan sejenisnya yang sifatnya mengganggu orang lain. Faktor-faktor yang menjadikan anak berprilaku disruptif yaitu faktor genetik (berkaitan dengan jenis kelamin anak), faktor keluarga (berkaitan dengan pola asuh orangtua yang intinya terletak pada interaksi orang tua terhadap diri anak), dan faktor lingkungan (berkaitan dengan interaksi seorang anak terhadap lingkungannya, anak seringkali meniru perbuatan seseorang yang dilihatnya tanpa berfikir benar atau salah, seperti anak seringkali melihat orang berkelahi ataupun mencuri, hal tersebut akan terrekam di memori anak dan perbuatan tadi akan dipraktikkan oleh anak tersebut).
Penanganan terhadap prilaku disruptif disini ada dua cara:
1.      Pelatihan untuk anak
Pelatihan untuk anak disini berupa keterampilan sosial, karena dengan ketrampilan sosial diasumsikan dapat dapat merubah tingkah laku disruptif anak. Sebab prilaku seseorang adalah hasil dari pengetahuan dan kebiasaan orang tersebut dalam bertingkah laku. Sehingga jika anak diberi ketrampilan sosial maka prilakunya akan berubah menjadi baik.
2.      Pelatihan untuk orangtua
Pelatihan untuk orangtua bisa berupa wawasan mengenai pola asuh orangtua terhadap anak, dengan asumsi bahwa perilaku anak (normal, menyimpang, atau mengalami keterlambatan) terkait dengan perilaku orangtua terhadap anak. Selain itu, orangtua lah lingkungan yang langsung bersinggungan dengan diri anak sejak lahir. Contoh pola asuh disini seperti pembiasaan prilaku sopan santun dengan orangtua sebagai contoh untuk anak. Sehingga prilaku anak berubah menjadi lebih baik.
Kasus perilaku disruptif yang saya contohkan berbeda dengan diskusi dikelas kelompok 2. Contoh saya yaitu yang ada di sekitar saya: ada seorang anak bernama Ahmat, dia usil seringkali bertingkah di manapun dia berada, salah satunya seperti ketika bertamu dia memanjat kursi, lompat-lompat dari kursi satu kekursi yang lain. Memang kebanyakan orang menganggap hal tersebut wajar-wajar saja melihat dia juga masih anak-anak. Kemudian orangtuanya selalu mendidiknya tentang ketrapilan berprilaku, yaitu dengan mencontohkan prilaku yang baik, selain itu dia juga dimasukkan ke madrasah. Hasilnya lama-kelamaan prilaku disruptifnya hilang dan sekarang  dia justru sangat peduli dengan orang yang disekelilingnya.
Dari contoh tersebut menunjukkan bahwa kesesuaian antara teori yang dipaparkan diatas dengan kenyataannya. Dimana prilaku orangtua dan pengetahuan anak sangat mempengaruhi tingkah laku anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Manfaat