Kamis, 09 November 2017

MAKALAH MENYEBARKAN ILMU DAN LARANGAN MENYEMBUNYIKANNYA



MENYEBARKAN ILMU DAN LARANGAN MENYEMBUNYIKANNYA


Mata Kuliah Al-Qur’an Hadist

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pada dasarnya orang yang mempunyai ilmu lebih tinggi derajatnya dibandingkan orang yang tidak berilmu karena dengan ilmu kita bisa mengetahui dan memahami mana yang haq dan mana yang bathil.
Ilmu yang kita peroleh membutuhkan lahan agar ilmu tersebut dapat menjadi penolong bagi kita yaitu dengan cara mengamalkannya, baik dengan mengajarkannya maupun yang lainnya. Maka merugilah orang yang tidak mengamalkan ilmu. Karena ilmu yang diperoleh akan sia-sia dan tidak bermanfaat ilmunya.
Maka dari itu disini kami ingin membahas lebih mendalam tentang arti penting dari mengamalkan ilmu serta larangan menyimpannya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana arti penting dalam mengamalkan ilmu?
2.      Bagaimana hukuman bagi orang-orang yang tidak mengamalkan 
ilmu?

C.     Tujuan

1.    Mengetahui arti penting dalam mengamalkan ilmu.
2.    Mengetahui hukuman bagi  orang-orang yang tidak mengamalkan
ilmu.
 





BAB II

PEMBAHASAN


A.    Arti penting mengamalkan ilmu

Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan.
Dalam konteks ini, ditemukan ungkapan yang dinilai oleh sementara pakar sebagai hadis Nabi Saw: ”Barangsiapa mengamalkan yang diketahuinya maka Allah menganugerahkan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.”   Atas dasar itu semua, Al-Quran memandang bahwa seseorang yang memiliki ilmu harus memiliki sifat dan ciri tertentu pula, antara lain yang paling menonjol adalah sifat khasyat (takut dan kagum kepada Allah) sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama”(QS.Fathir[35]:28).           
Dalam konteks ayat ini, ulama adalah mereka yang memiliki pengetahuan tentang fenomena alam.Rasulullah Saw. menegaskan bahwa: “Ilmu itu ada dua macam, ilmu di dalam dada, itulah yang bermanfaat, dan ilmu sekadar di ujung lidah, maka itu akan menjadi saksi yang memberatkan manusia.
Dalam ayat lain, allah juga berfirman:
وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا
“Dan sesungguhnya kalau mereka mengamalkan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)” (QS. An-nisaa: 66)[1]


Maka lihatlah bagaimanakah keutamaan orang-orang yang mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya:      
1.      Anjuran agar kita semakin bersemangat dalam menuntut ilmu syar’i sehingga semoga setiap ilmu yang kita dapatkan, kita berusaha untuk dapat kita amalkan.
2.      Maka seharusnya ini dapat kita jadikan sebagai tujuan utama kita dalam menuntut ilmu, yaitu kita mencari ilmu agar kita dapat mengamalkannya; bukan hanya sekedar “koleksi” ilmu saja. Namun tercermin dalam amal-amal kita, baik amalan hati, lisan maupun anggota badan.
3.      Dengan mengamalkan ilmu (dengan ikhlash), maka pasti allah akan menunjuki kita akan ilmu-ilmu yang belum kita ketahui.
4.      Dengan mengamalkan ilmu (dengan ikhlash) pula, maka akan memperkuat keimanan dalam hati kita.
5.      Dengan mengamalkan ilmu (dengan ikhlash) pula, maka akan membantu kita istiqamah diatas jalan yang haq.
6.      Allah menyebut “mengamalkan ilmu” sebagai salah satu bentuk jihad. Maka ini sebagai jawaban kepada kaum takfiriy yang hanya mengkhususkan jihad kepada jihad qital (perang) saja; yang mana sebenarnya jihad sangat luas maknanya, tidak sebatas perang saja.
7.      Sebagaimana mengamalkan ilmu adalah jihad, maka menuntut ilmu pun merupakan jihad.
Hadits yang Berkaitan dengan Pentingnya Mengamalkan Ilmu:
    من يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ 
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan membuat dia faqih (paham) tentang ilmu agama.”(HR Bukhari dan Muslim).
Jika seorang mengetahui syariat Alloh, akan tetapi ia tidak mengamalkannya, maka orang seperti itu bukanlah seorang yang fakih (memahami isi agamanya), sekalipun ia hafal dan memahami isi kitab fikih paling besar diluar kepala. Ia hanya dinamakan seorang qori saja. Orang  fakih adalah orang yang mengamalkan ilmunya

B.      Larangan dan hukuman bagi orang-orang yang tidak mengamalkan ilmu

Dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam Surat Al Baqarah ayat 159 – 162. Sebagai berikut :
¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbqßJçFõ3tƒ !$tB $uZø9tRr& z`ÏB ÏM»uZÉit7ø9$# 3yçlù;$#ur .`ÏB Ï÷èt/ $tB çm»¨Y¨t/ Ĩ$¨Z=Ï9 Îû É=»tGÅ3ø9$#   y7Í´¯»s9'ré& ãNåkß]yèù=tƒ ª!$# ãNåkß]yèù=tƒur šcqãZÏ軯=9$# ÇÊÎÒÈ   žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qç/$s? (#qßsn=ô¹r&ur (#qãZ¨t/ur šÍ´¯»s9'ré'sù ÛUqè?r& öNÍköŽn=tæ 4 $tRr&ur Ü>#§q­G9$# ÞOŠÏm§9$# ÇÊÏÉÈ   ¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. (#qè?$tBur öNèdur î$¤ÿä. y7Í´¯»s9'ré& öNÍköŽn=tæ èpuZ÷ès9 «!$# Ïps3Í´¯»n=yJø9$#ur Ĩ$¨Z9$#ur tûüÏèyJô_r& ÇÊÏÊÈ   tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù ( Ÿw ß#¤ÿsƒä ãNåk÷]tã Ü>#xyèø9$# Ÿwur öLèe šcrãsàZムÇÊÏËÈ  
159. Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati,  
160. kecuali mereka yang telah taubat dan Mengadakan perbaikan[105] dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.
161. Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam Keadaan kafir, mereka itu mendapat la'nat Allah, Para Malaikat dan manusia seluruhnya.
162. mereka kekal di dalam la'nat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.[2]
Demikianlah ancaman Allah terhadap yang berani atau dengan sengaja menyembunyikan apa yang diajarkan oleh para Rasul berupa ayat-ayat yang bertujuan baik dan sangat dibutuhkan oleh manusia, sesudah dijelaskan oleh Alllah kepada manusia dalam kitab yang telah diturunkan kepada  Rasul-rasul-Nya.
Ayat ini turun berkenaan dengan ahli kitab yang telah menyembunyikan sifat-sifat Nabi Muhammad saw. Yang tersebut dalam kitab mereka
مَنْ سُئِل عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ، أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ
“Barang siapa ditanya mengenai suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya niscaya kelak dihari kiamat dia akan disumbat dengan kendali dari apa neraka.”  (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Abu hurairah berkata, “Jika tidak ada ayat 159 ini, niscaya aku takkan meriwayatkan satu hadis pun kepada orang lain.”
Dalam ayat 159 ini Allah menyatakan, bahwa orang yang menyembunyikan ilmu yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya akan dikutuk oleh Allah, para malaikat, dan seluruh manusia dan seluruh makhluk yang dapat mengutuk. Kemudian Allah mengecualikan orang yang bertobat dan memperbaiki perbuatannya serta menerangkan apa yang dahulu mereka sembunyikan. Allah akan menerima tobat dan memaafkan mereka. Sebab memang sifat Allah Maha Pemberi dan Penerima tobat serta Maha Pengasih.

Ayat ini menunjukan, bahwa orang yang mengajak kepada kekafiran dan bid’ah, jika mau bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya. Kecuali orang kafir yang mati dalam kekafiran, maka mereka tetap dikutuk oleh Allah, malaikat dan seluruh manusia bahkan kekal dalam siksa Allah.
Dengan hadis ini dapat diambil kesimpulan, bahwa orang yang tidak suka kepada Allah dan Rasulullah saw. Boleh dikutuk dan di laknat[3]





BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa pentingnya seorang muslim yang mempunyain ilmu untuk mengamalkannya agar ilmu yang dimili seseorang bisa bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
Jika seorang mengetahui syariat Alloh, akan tetapi ia tidak mengamalkannya, maka orang seperti itu bukanlah seorang yang fakih (memahami isi agamanya), sekalipun ia hafal dan memahami isi kitab fikih paling besar diluar kepala. Ia hanya dinamakan seorang qori saja. Orang  fakih adalah orang yang mengamalkan ilmunya.
Dan jika seseorang yang mempunyai tetapi tidak mengamalkannya maka ilmu yang diperoleh akan mejadi sia-sia dan mendapat ancaman bagi orang yang tidak mengamalkan ilmunya karena tidak bermaanfaat baginya maupun orang lain.


DAFTAR PUSTAKA


Al-qur’an Al Karim dan terjemah
Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir jilid 1.




[1] Al-Qur’an Al Karim dan Terjemah
[2] Ibid
[3] Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir jilid 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Manfaat