DISRUPTIF
A. Pengertian Perilaku Disruptif
Perilaku
distrubtif dicirikan dengan tingkah laku yang mengacau secara sosial. Gangguan perilaku ditandai dengan pola
tingkah laku yang berulang dimana hak dasar orang lain trganggu. Masalah ini
biasanya terjadi pada masa kanak-kanak akhir dimana masalah ini lebih sering
terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
B. Karakteristik anak Berperilaku Disruptif
Perlu untuk mengetahui
ciri-ciri perilaku yang dimunculkan seorang anak, karena hal ini, bisa membantu
orang lain untuk mengenal perilaku yang muncul termasuk dalam disruptive
bahvior atau sudah termasuk gangguan. Disruptive behavior juga mempunyai
ciri-ciri tertentu seperti tidak taat pada aturan, berbicara di kelas, berdebat dengan teman sekelas, mengamuk, tidak memperhatikan penjelasan guru, berbohong, dan lain-lain.
C. Faktor-faktor
Perilaku Disruptif
1.
Faktor genetik atau biologis
Anak lak-laki lebih sering melakukan prilku
disruptif dibandingkan anak perempuan.
2. Faktor keluarga
Hubungan
dan interaksi yang paling intens dari seorang anak adalah dalam lingkungan
keluarga, terutama dengan orang tua, sebab hal itu menjadi acuan dalam
interaksi sosial selanjutnya. Jika hubungan anak dengan orang tua di awal masa
hidupnya tidak terjalin secara positif, bisa saja mempengaruhi hubungan dan
perilaku anak ketika dewasa.
3.
Faktor lingkungan
Disruptive
behavior bisa terjadi anak-anak juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang
tidak bermoral. Anak-anak
dengan mudah menyaksikan dan mecontoh perilaku kekeran dan perilaku mengganggu
lainya melalui media dan masyarakat disekitarnya. Pengaruh ini yang bisa
meningkatkan siswa terlibat dalam perilaku mengganggu.
D. Jenis-jenis Gangguan Perilaku Disruptif
Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) dan cacat
mental
E. Penanganan
Gangguan Perilaku Disruptif
Program pelatihan keterampilan sosial dikembangkan
berdasarkan asumsi bahwa perilaku disruptive merupakan hasil belajar tingkah
laku yang salah dan atau anak belum menguasai keterampilan sosial yang
dibutuhkan untuk berinteraksi dengan orang lain baik dengan keluarga maupun
masyarakata luas.
Pelatihan perilaku orangtua berdasarkan asumsi bahwa
perilaku anak (normal, menyimpang, atau mengalami keterlambatan) terkait dengan
perilaku orangtua terhadap anak. Jadi interaksi orangtua dan anak sangat berperan
dalam membentuk perilaku.
Dari uraian diatas dapat kita pahami
bahwa prilaku disruptif adalah prilaku yang mengganggu orang lain. Prilaku
disruptif yang dimaksud seperti ramai dikelas, membolos, mengamuk, tidak taat
pada peraturan, dan sejenisnya yang sifatnya mengganggu orang lain.
Faktor-faktor yang menjadikan anak berprilaku disruptif yaitu faktor genetik
(berkaitan dengan jenis kelamin anak), faktor keluarga (berkaitan dengan pola
asuh orangtua yang intinya terletak pada interaksi orang tua terhadap diri anak),
dan faktor lingkungan (berkaitan dengan interaksi seorang anak terhadap
lingkungannya, anak seringkali meniru perbuatan seseorang yang dilihatnya tanpa
berfikir benar atau salah, seperti anak seringkali melihat orang berkelahi
ataupun mencuri, hal tersebut akan terrekam di memori anak dan perbuatan tadi
akan dipraktikkan oleh anak tersebut).
Penanganan terhadap prilaku disruptif
disini ada dua cara:
1. Pelatihan untuk anak
Pelatihan untuk
anak disini berupa keterampilan sosial, karena dengan ketrampilan sosial
diasumsikan dapat dapat merubah tingkah laku disruptif anak. Sebab prilaku
seseorang adalah hasil dari pengetahuan dan kebiasaan orang tersebut dalam
bertingkah laku. Sehingga jika anak diberi ketrampilan sosial maka prilakunya
akan berubah menjadi baik.
2.
Pelatihan untuk
orangtua
Pelatihan untuk
orangtua bisa berupa wawasan mengenai pola asuh orangtua terhadap anak, dengan
asumsi bahwa perilaku anak (normal, menyimpang, atau mengalami keterlambatan)
terkait dengan perilaku orangtua terhadap anak. Selain itu, orangtua lah lingkungan
yang langsung bersinggungan dengan diri anak sejak lahir. Contoh pola asuh
disini seperti pembiasaan prilaku sopan santun dengan orangtua sebagai contoh
untuk anak. Sehingga prilaku anak berubah menjadi lebih baik.
Kasus perilaku disruptif yang saya contohkan berbeda
dengan diskusi dikelas kelompok 2. Contoh saya yaitu yang ada di sekitar saya:
ada seorang anak bernama Ahmat, dia usil seringkali bertingkah di manapun dia
berada, salah satunya seperti ketika bertamu dia memanjat kursi, lompat-lompat
dari kursi satu kekursi yang lain. Memang kebanyakan orang menganggap hal
tersebut wajar-wajar saja melihat dia juga masih anak-anak. Kemudian
orangtuanya selalu mendidiknya tentang ketrapilan berprilaku, yaitu dengan
mencontohkan prilaku yang baik, selain itu dia juga dimasukkan ke madrasah.
Hasilnya lama-kelamaan prilaku disruptifnya hilang dan sekarang dia justru sangat peduli dengan orang yang
disekelilingnya.
Dari contoh tersebut menunjukkan bahwa kesesuaian antara
teori yang dipaparkan diatas dengan kenyataannya. Dimana prilaku orangtua dan
pengetahuan anak sangat mempengaruhi tingkah laku anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Manfaat