BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya
orang yang mempunyai ilmu lebih tinggi derajatnya dibandingkan orang yang tidak
berilmu karena dengan ilmu kita bisa mengetahui dan memahami mana yang haq dan
mana yang bathil.
Ilmu yang kita
peroleh membutuhkan lahan agar ilmu tersebut dapat menjadi penolong bagi kita yaitu
dengan cara mengamalkannya, baik dengan mengajarkannya maupun yang lainnya. Maka merugilah orang yang tidak
mengamalkan ilmu. Karena ilmu yang diperoleh akan sia-sia dan tidak bermanfaat
ilmunya.
Maka dari itu
disini kami ingin membahas lebih mendalam tentang arti penting dari mengamalkan
ilmu serta larangan menyimpannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana arti penting
dalam mengamalkan ilmu?
2. Bagaimana hukuman bagi orang-orang yang tidak
mengamalkan
ilmu?
ilmu?
C. Tujuan
1. Mengetahui arti penting
dalam mengamalkan ilmu.
2. Mengetahui hukuman bagi orang-orang yang tidak mengamalkan
ilmu.
ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti penting mengamalkan ilmu
Dalam pandangan
Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap
makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan.
Dalam konteks
ini, ditemukan ungkapan yang dinilai oleh sementara pakar sebagai hadis Nabi
Saw: ”Barangsiapa mengamalkan yang diketahuinya maka Allah menganugerahkan
kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” Atas dasar itu semua,
Al-Quran memandang bahwa seseorang yang memiliki ilmu harus memiliki sifat dan
ciri tertentu pula, antara lain yang paling menonjol adalah sifat khasyat
(takut dan kagum kepada Allah) sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah
ulama”(QS.Fathir[35]:28).
Dalam konteks
ayat ini, ulama adalah mereka yang memiliki pengetahuan tentang fenomena alam.Rasulullah
Saw. menegaskan bahwa: “Ilmu itu ada dua macam, ilmu di dalam dada, itulah yang
bermanfaat, dan ilmu sekadar di ujung lidah, maka itu akan menjadi saksi yang
memberatkan manusia.
Dalam ayat lain,
allah juga berfirman:
وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ
وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا
“Dan
sesungguhnya kalau mereka mengamalkan pelajaran yang diberikan kepada mereka,
tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan
(iman mereka)” (QS. An-nisaa: 66)[1]
Maka lihatlah bagaimanakah keutamaan orang-orang yang
mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya:
1.
Anjuran agar
kita semakin bersemangat dalam menuntut ilmu syar’i sehingga semoga setiap ilmu
yang kita dapatkan, kita berusaha untuk dapat kita amalkan.
2.
Maka
seharusnya ini dapat kita jadikan sebagai tujuan utama kita dalam menuntut
ilmu, yaitu kita mencari ilmu agar kita dapat mengamalkannya; bukan hanya
sekedar “koleksi” ilmu saja. Namun tercermin dalam amal-amal kita, baik amalan
hati, lisan maupun anggota badan.
3.
Dengan
mengamalkan ilmu (dengan ikhlash), maka pasti allah akan menunjuki kita akan
ilmu-ilmu yang belum kita ketahui.
4.
Dengan
mengamalkan ilmu (dengan ikhlash) pula, maka akan memperkuat keimanan dalam
hati kita.
5.
Dengan
mengamalkan ilmu (dengan ikhlash) pula, maka akan membantu kita istiqamah
diatas jalan yang haq.
6.
Allah
menyebut “mengamalkan ilmu” sebagai salah satu bentuk jihad. Maka ini sebagai
jawaban kepada kaum takfiriy yang hanya mengkhususkan jihad kepada jihad qital
(perang) saja; yang mana sebenarnya jihad sangat luas maknanya, tidak sebatas
perang saja.
7.
Sebagaimana
mengamalkan ilmu adalah jihad, maka menuntut ilmu pun merupakan jihad.
Hadits yang Berkaitan
dengan Pentingnya Mengamalkan Ilmu:
من يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْهُ فِي
الدِّيْنِ
“Barang siapa yang
Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan membuat dia faqih (paham)
tentang ilmu agama.”(HR Bukhari dan Muslim).
Jika seorang mengetahui syariat Alloh, akan tetapi ia
tidak mengamalkannya, maka orang seperti itu bukanlah seorang yang fakih
(memahami isi agamanya), sekalipun ia hafal dan memahami isi kitab fikih paling
besar diluar kepala. Ia hanya dinamakan seorang qori saja. Orang fakih
adalah orang yang mengamalkan ilmunya
B. Larangan dan hukuman bagi orang-orang yang tidak mengamalkan ilmu
Dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam Surat Al Baqarah ayat 159 –
162. Sebagai berikut :
¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbqßJçFõ3t !$tB $uZø9tRr& z`ÏB ÏM»uZÉit7ø9$# 3yçlù;$#ur .`ÏB Ï÷èt/ $tB çm»¨Y¨t/ Ĩ$¨Z=Ï9 Îû É=»tGÅ3ø9$# y7Í´¯»s9'ré& ãNåkß]yèù=t ª!$# ãNåkß]yèù=tur cqãZÏ軯=9$# ÇÊÎÒÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qç/$s? (#qßsn=ô¹r&ur (#qãZ¨t/ur Í´¯»s9'ré'sù ÛUqè?r& öNÍkön=tæ 4 $tRr&ur Ü>#§qG9$# ÞOÏm§9$# ÇÊÏÉÈ ¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. (#qè?$tBur öNèdur î$¤ÿä. y7Í´¯»s9'ré& öNÍkön=tæ èpuZ÷ès9 «!$# Ïps3Í´¯»n=yJø9$#ur Ĩ$¨Z9$#ur tûüÏèyJô_r& ÇÊÏÊÈ tûïÏ$Î#»yz $pkÏù ( w ß#¤ÿsä ãNåk÷]tã Ü>#xyèø9$# wur öLèe crãsàZã ÇÊÏËÈ
159. Sesungguhnya orang-orang yang
Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang
jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab,
mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat
mela'nati,
160. kecuali mereka yang telah taubat
dan Mengadakan perbaikan[105] dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka
Itulah aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha
Penyayang.
161. Sesungguhnya orang-orang kafir dan
mereka mati dalam Keadaan kafir, mereka itu mendapat la'nat Allah, Para
Malaikat dan manusia seluruhnya.
162. mereka kekal di dalam la'nat itu;
tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi
tangguh.[2]
Demikianlah ancaman Allah terhadap yang
berani atau dengan sengaja menyembunyikan apa yang diajarkan oleh para Rasul
berupa ayat-ayat yang bertujuan baik dan sangat dibutuhkan oleh manusia,
sesudah dijelaskan oleh Alllah kepada manusia dalam kitab yang telah diturunkan
kepada Rasul-rasul-Nya.
Ayat ini turun berkenaan dengan ahli
kitab yang telah menyembunyikan sifat-sifat Nabi Muhammad saw. Yang tersebut
dalam kitab mereka
مَنْ سُئِل عَنْ عِلْمٍ
فَكَتَمَهُ، أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ
“Barang siapa ditanya mengenai suatu
ilmu, lalu ia menyembunyikannya niscaya kelak dihari kiamat dia akan disumbat
dengan kendali dari apa neraka.” (HR.
Abu Dawud dan Tirmidzi)
Abu hurairah berkata, “Jika tidak ada
ayat 159 ini, niscaya aku takkan meriwayatkan satu hadis pun kepada orang
lain.”
Dalam ayat 159 ini Allah menyatakan,
bahwa orang yang menyembunyikan ilmu yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya akan
dikutuk oleh Allah, para malaikat, dan seluruh manusia dan seluruh makhluk yang
dapat mengutuk. Kemudian Allah mengecualikan orang yang bertobat dan
memperbaiki perbuatannya serta menerangkan apa yang dahulu mereka sembunyikan.
Allah akan menerima tobat dan memaafkan mereka. Sebab memang sifat Allah Maha
Pemberi dan Penerima tobat serta Maha Pengasih.
Ayat ini menunjukan, bahwa orang yang
mengajak kepada kekafiran dan bid’ah, jika mau bertobat, maka Allah akan
menerima tobatnya. Kecuali orang kafir yang mati dalam kekafiran, maka mereka
tetap dikutuk oleh Allah, malaikat dan seluruh manusia bahkan kekal dalam siksa
Allah.
Dengan hadis ini dapat diambil
kesimpulan, bahwa orang yang tidak suka kepada Allah dan Rasulullah saw. Boleh
dikutuk dan di laknat[3]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
pentingnya seorang muslim yang mempunyain ilmu untuk mengamalkannya agar ilmu
yang dimili seseorang bisa bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
Jika seorang
mengetahui syariat Alloh, akan tetapi ia tidak mengamalkannya, maka orang
seperti itu bukanlah seorang yang fakih (memahami isi agamanya), sekalipun ia
hafal dan memahami isi kitab fikih paling besar diluar kepala. Ia hanya
dinamakan seorang qori saja. Orang fakih adalah orang
yang mengamalkan ilmunya.
Dan jika
seseorang yang mempunyai tetapi tidak mengamalkannya maka ilmu yang diperoleh
akan mejadi sia-sia dan mendapat ancaman bagi orang yang tidak mengamalkan
ilmunya karena tidak bermaanfaat baginya maupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an Al Karim dan terjemah
Terjemah
Singkat Tafsir Ibnu Katsir jilid 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Manfaat